Pendidikan karakter adalah
tidak kalah penting dibanding pendidikan berbasis skill atau
pengetahuan. Bila mengikuti skema klasifikasi quotient, ia adalah
cenderung masuk ke dalam EQ (Emotional quotient) dan SQ (spiritual
quotient).
Pengertian Karakter
Secara umum istilah
“karakter” yang sering disamakan dengan istilah “temperamen” ,”tabiat”,
“watak” atau “akhlak” yang memberinya sebuah definisi sesuatu yang
menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan
konteks lingkungan. Secara harfiah menurut beberapa bahasa, karakter
memiliki berbagai arti seperti : “kharacter” (latin) berarti instrument
of marking, “charessein” (Prancis) berarti to engrove (mengukir),
“watek” (Jawa) berarti ciri wanci; “watak” (Indonesia) berarti sifat
pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, dan
peringai. Dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur
somatopsikis yang dimiliki sejak lahir, Sehingga Doni Kusuma (2007:80)
istilah karakter dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau
sifat dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1995:445), istilah “karakter”
berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain: tabiat, watak. Dalam istilah Inggris, karakter
berpadanan dengan “character” yang dalam Oxford Advace Learner’s
Dictionary of Current English (2000) dapat diartikan: (1) All the
qualities and features that make a person, groups of people, and places
different from others (semua baik kualitas maupun ciri-ciri yang membuat
seseorang, kelompok orang atau tempat berbeda dari yang lain); (2) the
way the something is, or a particular quality or peature that a thing,
an event or a place has (cara
yang khas atau kekhasan yang dimiliki oleh sesuatu, peristiwa atau
tempat); (3) strong personal qualities such as the ability to deal with
difficult or dangerous situations (kualitas pribadi yang tangguh
misalnya kemampuan dalam menghadapi situasi yang sulit atau berbahaya);
(4)
the interesting or unusual quality that a place or a person has
(kualitas menarik dan luar biasa yang dimiliki suatu tempat atau orang);
(5) a person, particularly an unpleasant or strange one (orang yang
aneh atau tidak menyenangkan); (6) an interesting or unusual person
(orang yang menarik dan luar biasa); (7) the opinion the people have of
you, particularly of whether you can be trusted or relied on (pendapat
khalayak tentang anda, apakah anda dapat dipercaya). Dari penjelasakan
konsep karakter di atas, maka karakter pada nomor (5) dan (6) lebih
bersifat informal sedangkan nomor (7) mengandung pengertian yang lebih
bersifat formal.
Karakter yang baik menurut Maxwell (2001) lebih dari sekedar
perkataan, melainkan sebuah pilihan yang membawa kesuksesan. Ia bukan
anugerah, melainkan dibangun sedikit demi sedikit, dengan pikiran,
perkataan, perbuatan, kebiasaan, keberanian usaha keras, dan bahkan
dibentuk dari kesulitan hidup.
Dalam National Conference on Character Bulding, Jakarta (2005),
“Character has been defined as the inner disposition conductive to right
conduct. It is a person’s collection of attitudes and habits which
enable and facilitate moral action.
It is the foundation for all activity in the world; every task and
every achievement bears the imprint of ones’s character. Moreover, as we
shall see, one result of attaining good character is that individuals
are able to love others well and become more productive citizens. Good
character is thus the foundatio for all human endeavors.
Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai berikut:
Menurut
David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter
adalah: “the deliberate effort to help people understand, care about,
and act upon core ethical values. When we think about the kind of
character we want for our children, it is clear that we want them to be
able to judge what is right, care deeply about what is right, and then
do what they believe to be right, even in the face of pressure from
without and temptation from within”.
Menurut DR. Achmad Husen, M.Pd dkk, pendidikan karakter merupakan
upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat.
Menurut Dr. Dr. Ratna Megawangi, Pendidikan karakter adalah untuk
mengukir akhlak melalui proses mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan,
dan berprilaku baik. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan
aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir
menjadi kebiasaan fikiran, hati dan tangan (Semua Berakar Pada Karakter,
Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2007)
Menurut Thomas Lickone, pendidikan karakter adalah pendidikan untuk
membentuk kepribadian melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya
terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik,
jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan
sebagainya (Thomas Lickona, 1991)
Sumber:
-DR. Achmad Husen, M.Pd et al, Model Pendidikan Karakter
Bangsa, Sebuah Pendekatan Monolitik, Universitas Negeri Jakarta,
Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.
-Dr. Adian Husaini, Pendidikan Karakter: Penting, tapi Tidak Cukup, INSISTS, 2010).
Demikian pengertian pendidikan karakter menurut para ahli. Semoga bermanfaat
source:http://blog.dianmas.com/2013/03/pengertian-pendidikan-karakter-menurut-para-ahli.html
Saturday, November 9, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment