Showing posts with label Sejarah Sasak. Show all posts
Showing posts with label Sejarah Sasak. Show all posts

Thursday, May 30, 2013

Tentang Lombok

0 comments


Lombok
Lombok, menarik tidak hanya karena peralihan di antara Indonesia Asia dan Australia fauna dan flora zona- atau yang dikenal sebagai garis Wallace, tetapi dikarenakan oleh dandanan kebudayaan yang memikat,dan berbagai elemen pencampuran kebudayaan itu sendiri.
Lombok di kenal dengan" putri cantik yang terTidur". para pengunjung dari eropa menggambarkannya sebagai "desa perdana yang muda dan yang manis " jika dipandang dari pojok mata yang gemerlapan. Di satu hal, Lombok kelihatannya seperti Bali 50 tahun yang lalu.Ini disebabkan bahwa pada akhir abad ke-17 banyak orang bali yang berdatagan ke lombok dan masing-masing mempunyai kebudayaan dan peninggalan etniknya sendiri.
Kebudayaan Lombok dengan kuat dipengaruhi oleh elemen dari luar, khususnya dari Bali, Jawa (majapahit) dan Goa. pola hiasan elemen Asing meliputi, di antaranya, lewat keramik Cina dari periode Dynasty Ming.
Pengaruh kebudayaan Sumbawa dan bima dipantulkan di rumah tradisional, pakaian, upacara tradisional dan kepercayaan.
__________________________
Sumber : http://semuatentanglombok.blogspot.com/2009/12/sekilas-tentang-lombok.html
read more

Monday, May 13, 2013

Kehidupan Nenek Moyang Suku Sasak

0 comments

Salah satu petunjuk tentang kehidupan nenek moyang  dimasa lampau  adalah peninggalan, termasuk peninggalan berupa jejak yang dapat diamati pada bentangan alam. Kebiasaan hidup nenek moyang kita pada masa itu adalah berpindah- pindah dengan mata pencaharian utama adalah berburu dan meramu. Kemudian pada tahap selanjutnya nenek moyang kita hidup secara berkelompok dan membentuk pemimpin -pemimpin di tempat tinggalnya.
Pemukiman nenek moyang kita pada masa prasejarah dibagi menjadi dua yaitu pemukiman di daerah pantai dan pemukiman di daerah pedalaman.
  1. Pemukiman nenek moyang kita di daerah pesisir pantai mengambil makanan dari hasil laut. Bukti tentang keberadaannya ialah ditemukannya peralatan seperti jaring (kerakat), alat penangkap cumi-cumi, adanya sisi kerang .
  2. Pemukiman di daerah pedalaman ditandai dengan ditemukannya alat-alat berburu seperti tombak, jaring, kodong ipin (alat untuk menangkap udang), Kodong lindung, dan sebagainya.gambar sasak
Nenek moyang kita yang tinggal di pedalaman mengambil bahan makanan dari hutan maupun sungai-sungai yang ada di sekitarnya. Berita tentang hidup dan kehidupan nenek moyang kita dapat ditemukan dalam bentuk penuturan berantai secara turun temurun itu sebabnya dikatakan zaman prasejarah, karena pada waktu itu nenek moyang kita belum mengenal tulisan. Zaman ketika nenek moyang kita sudah mengenal huruf dan tulisan disebut zaman sejarah.
Menurut Lalu Wacana, untuk mengetahui tentang kehidupan nenek moyang kita pada masa lampau, kita dapatkan dari sumber informasi seperti
  1. cerita-cerita rakyat
  2. babad lontar
  3. peninggalan-peningalan berupa makam dan masjid tua
  4. hasil penemuan Gunung Piring
Banyak hal dapat dijelaskan dari situs-situs peninggalan di pulau Lombok, akan tetapi penelitian ke arah itu masih sangat kurang seperti situs Gunung Piring, penemuan arca Budha Awalokiteswara, penemuan Genta di Pendua maupun benda-benda yang masih tersimpan dan dipegang oleh para pewaris.

Tahukah kamu apa itu zaman prasejarah ?Zaman prasejarah adalah zaman dimana nenek moyang kita belum mengenal tulisan.

__________________________________________________________________________
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.
read more

Asal Usul Penghuni Gumi Sasak

0 comments


Berdasarkan hasil temuan arkeologis menjelaskan bahwa, manusia purba di Indonesia adalah jenis Homo sapiens. Homo sapiens yang bermukim di Indonesia adalah dua ras yaitu
  1. Ras Mongoloid, khusus sub ras Melayu-Indonesia, tersebar di sebagain besar wilayah Indonesia terutama Indonesia yang terletak di bagian Barat dan Selatan antara lain Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok
  2. Ras Austromelanesoid, tersebar di wilayah Indonesia bagian timur terutama Irian Jaya dan pulau-pulau sekitarnya
Dengan demikian, sebagaimana suku-suku lainnya di Indonesia, maka penghuni suku di pulau Lombok berasal dari Asia Tenggara. Adapun kemudian penduduk pendatang berasal dari Bali, Sulawesi Selatan, Jawa, Kalimantan, Sumatera, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
Nenek moyang kita menyusuri lembah-lembah sungai di Vietnam dan Thailand sampai di Semenanjung Malaya. Kemudian dengan menggunakan perahu bercadik mereka datang ke Nusantara mendarat di Sumatera, Jawa, Kalimantan  Barat, Bali,  Nusa Tenggara termasuk Lombok sampai ke Flores dan Sulawesi Selatan.
Penemuan Gunung Piring
 Gerabah Gunung Piring
 Hasil penemuan arkeologis di Gunung Piring,  desa Truwai Kecamatan Pujut, Lombok Selatan oleh proyek penggalian dan penelitian purbakala Jakarta tahun 1976 adalah periuk utuh, kereweng, kerangka manusia, sisa kulit kerang, arang, fragmen logam dan binatang.
Dari hasil  tersebut , disimpulkan  bahwa   kira-kira  pada akhir zaman  perunggu,   enam  abad  yang  lalu   pulau  Lombok bagian Selatan telah  dihuni  oleh  sekelompok  manusia  yang   sama  kebudayaannya dengan penduduk ; (1) penduduk di Vietnam Selatan di Gua Tabon dan Gua Sasak, (2) penduduk di pulau Pallawan-Filipina, (3) penduduk di Gilimanuk Bali, (4) penduduk di Malielo-Sumba. Menurut Drs.M.M. Sukarto dan Prof Solheim, guru besar di Universitas Hawai, kebudayaan mereka di Gunung Piring itu termasuk ke dalam Shan Huyn Kalanny Tradition.
Bagian Selatan telah  dihuni  oleh  sekelompok  manusia  yang   sama  kebudayaannya dengan penduduk ; (1) penduduk di Vietnam Selatan di Gua Tabon dan Gua Sasak, (2) penduduk di pulau Pallawan-Filipina, (3) penduduk di Gilimanuk Bali, (4) Penduduk di Malielo-Sumba. Menurut Drs.M.M. Sukarto dan Prof Solheim, guru besar di Universitas Hawai, kebudayaan mereka di Gunung Piring itu termasuk ke dalam Shan Huyn Kalanny Tradition.
 Pada zaman dahulu nenek moyang kita hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mengumpulkan bahan makanan dari hewan dan tumbuhan. Masa seperti ini di sebut dengan masa meramu. Nenek moyang kita yang tinggal di daerah Belongas, Sekaroh dan sekitarnya mulai bercocok tanam sehingga pada saat ini daerah tersebut kurang subur itu sebabnya daerah Belongas, Sekaroh dan sekitarnya sekarang ini banyak di tumbuhi semak belukar. Kehidupan nenek moyang kita pada saat itu sudah mulai menetap (bertempat tinggal) secara berkelompok.
Dengan demikian, hidupnya sudah lebih teratur dan membentuk pemimpin-pemimpin di tempat tinggalnya. Pemukiman masyarakat zaman prasejarah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
sasak
  1. Pemukiman di Daerah Pesisir Pantai.
Nenek moyang kita yang tinggal di pesisir pantai mengambil makanan dari pantai dan laut. Bukti tentang keberadaannya adanya alat yang ditemukan seperti jaring (kerakat), alat penangkap cumi-cumi, adanya sisa kerang
  2. Pemukiman di Daerah Pedalaman
Nenek moyang kita yang tinggal di daerah pedalaman (hutan) mengambil bahan  makanannya  dari  hutan  maupun  sungai-sungai yang ada di dalam hutan. Adapun jenis alat yang telah ditemukan dan kini disimpan di Museum NTB yaitu alat-alat berburu seperti tombak, iwus, jaring, kodong ipin untuk menangkap udang, kodong lindung  untuk menangkap belut dan sebagainya.
_________________________________________________________________________
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.
read more

Sistem Kepercayaan Nenek Moyang Masyarakat Sasak

0 comments

 

Setelah nenek moyang kita hidup menetap mereka memilki dua aliran kepecayaan yaitu animisme dan dinamisme. Kepercayaan nenek moyang kita  bahwa benda memiliki roh-roh halus di sebut Animisme. Bukti nenek moyang kita percaya adanya roh-roh halus yaitu tempat penguburan di Gunung Piring berada di perbukitan. Di bukit-bukit yang tinggi roh nenek moyang kita bersemayam menurut dia. Kepercayaan nenek moyang kita bahwa benda-benda memiliki memiliki kekuatan gaib disebut Dinamisme. Oleh sebab itu, ia menyembah dan memuja roh-roh agar tidak terjadi bencana alam.
Setelah adanya pengaruh dari luar,  nenek moyang kita menganut sistem kepercayaan Boda. Boda bukan Budha tetapi Boda adalah anasir atau unsur dari kepercayaan animisme, dinamisme, antroformisme dan politisme. Begitu pula setelah penyebaran agama Islam dan agama Hindu ke pulau Lombok nenek moyang kita menganut sistem kepercayaan Islam Waktu Telu (Wetu Telu). Islam Waktu Telu adalah penggabungan antara ajaran Hindu dan Islam.  Menurut Fawaizul Umam, sampai saat ini, komunitas Islam Wetu Telu terletak di kawasan Tanjung dan beberapa desa di Kecamatan Bayan seperti Loloan, Anyar, Akar-akar, dan Mumbul Sari. Sedangkan dusun-dusunnya memusat di Senaru, Barung Birak, Jeruk Manis, Dasan Tutul, Nangka Rempek, Semokan dan Lendang Jeliti.
Selanjutnya Lalu Wacana menjelaskan kepercayaan masyarakat masa lampau tentang adanya makhluk-makhluk halus yang memiliki kekuatan (supernatural) masih terdengar sampai sekarang seperti :
  1. Betara guru yaitu raja dewa-dewa yang menurunkan raja Lombok
  2. Bidadari yaitu sebangsa dewi yang hidup di madya antara awang-awang
  3. Bebodo’ yaitu sebangsa hantu yang berkeliaran bila magrib tiba, terutama pada malam Jum’at. Itulah sebabnya pada saat-saat itu, anak-anak dilarang bermain-main. Ia suka menyembunyikan anak kecil yang diberi makan ulat. Untuk menemukannya dipukulkan parang buntung.
  4. Bake’ juga sebangsa hantu yang sangat jahat membuat manusia sakit. Tempat tinggalnya di hutan, batu-batu besar dan pohon kayu yang rindang.
  5. Belata’, sama halnya dengan bake, hanya perbedaannya belata makan orang.
  6. Bebai sejenis makhluk halus yang kecil, tidak semua orang dapat melihatnya. Bebai dipelihara oleh selak
  7. Sela’ sebenarnya bukanlah makhluk halus melainkan manusia biasa. Seorang dapat menjadi sela disebabkan memiliki ilmu sejenis sihir. Oleh sebab itu, ia dapat menjadi sesuatu sesuai kehendaknya. Ada juga orang menjadi sela’ karena keturunan, demikian juga orang yang beristrikan sela’, maka ia menjadi sela’. Jenis sela’ ada dua yaitu :
    1. Sela’ Beleq : kekuatannya lebih besar dan lebih hebat dalam menghancurkan kekuatan lawan umumnya memakan bangkai dan kotoran manusia.
    2. Sela’ Bunga : hidupnya di angkasa dan selalu mencari musuh di malam hari. Sela’ bunga tidak memakan makanan yang kotor seperti halnya sela’ beleq.
     
 _______________________________________________________________________
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.
read more

ZAMAN KUNO GUMI SASAK

0 comments


A.   Hubungan Gumi Sasak dengan Dunia Luar
untitledUntuk mengetahui tentang pengaruh  luar di Gumi Sasak dapat ditelusuri dari temuan benda-benda purbakala. Menurut V.J. Herman,  bahwa benda-benda hasil temuan merupakan kekayaan budaya material yang dapat menggambarkan tentang aktivitas dan  kreativitas  kehidupan  masa  lalu.   Oleh sebab itu,  penemuan-penemuan benda yang merupakan produksi luar menunjukkan hubungan Lombok dengan daerah luar.
 Pada akhir zaman prasejarah masyarakat di Indonesia telah mulai mengenal kehidupan secara teratur. Nenek moyang kita melakukan hubungan dengan dunia luar berbagai peralatan semakin berkembang dengan adanya saling tukar menukar barang, mulai dari perhiasan untuk melengkapi kebutuhan hidup  sehari-hari. Dalam situasi yang demikian nenek moyang kita menerima pengaruh Hindu-Budha. Pengaruh  agama Budha telah dapat diketahui sejak awal keberadaan kerajaan di Indonesia seperi Kutai, Tarumanegara dan Sriwijaya.
B. Pengaruh Budha Hindu
Gumi Sasak disebutkan pada saat kerajaan Sriwijaya berkuasa wilayahnya meliputi : Sin-to (Sunda), yang berbatasan dengan Yong-ya-lu (Jenggala), Batas Su-chi-ton (Sriwijaya), adalah Suito. Disamping kekuasaan Yong-ya-lu juga Ta-ban (Tumapel), Po-hu-yuan, Ma-teng (Medang), Hsi-ning (?), Teng-che, Ta-kang, Huan-ma-chu, Ma-li (Bali) Niu-lun (Lombok), Tan-jung-wu-lo (Tanjung Pura-Kalimantan), ti-wu (Timor), Peng-ya-i (Banggai, Sulawesi), Wa-nu-ku (Maluku)
Bukti adanya pengaruh agama Budha di Gumi Sasak adalah :
  1. Temuan 4 (empat) buah arca Budha dari perunggu pada tahun 1960 di Lombok Timur tepatnya di Batu Pandang, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur. Keempat patung Budha tersebut kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.  Dua  di  antara  patung  tersebut  dikenal sebagai Tara dan Awalokiteswara. Menurut Dr. Soekmono, satu di antaranya mirip dengan patung Budha yang terdapat di Candi Borobudur.
  2. Penemuan sebuah Genta di Pendua, Desa Sesait,  Kecamatan  Gangga  Lombok  Barat.   Genta   yang  ditemukan terbuat dari perunggu,      bentuknya     menyerupai   stupa     dengan       bagian  tangkai bagian atas diberi hias Wajra berujung lima. Wajra adalah tanda Dewa Indra   atau tanda pendeta Budha.
Pengaruh dari kerajaan Majapahit yang beragama Hindu tertulis  dalam  kitab  Kertagama  karya  Pujangga  Mpu Prapanca, nama pulau Lombok disebutnya dalam Sarga XIII dan XIV dengan perincian sebagai berikut : Jawa, Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Irian Jaya. Sesudah gurun maka sampailah kita ke daerah pulau Lombok Mirah Sasak yang utama.
Dengan demikian pengaruh agama Hindu berkembang juga di Lombok, banyak masyarakat di Lombok yang memeluk agama Hindu. Bukti bahwa di Gumi Sasak mendapat pengaruh dari Kerajaan Majapahit sebagai penganut agama Hindu adalah  :
  1. Temuan Arca Siwa Mahadewa Tahun 1950, di Batu Pandang, Desa Sapit Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur.  Arca tersebut bergaya  Jawa  Tengahan  abad  IX.
  2. Kemudian tradisi masyarakat Pujut mengatakan tentang asal usul nenek moyangnya dari Majapahit yaitu Raden Mas Mulia.
Di  Klungkung,  Bali  Mas   Mulia  kawin  dengan  Putri  Dewa Agung Putu Alit bernama Dewi Mas Ayu Supraba. Dari Bali, Mas Mulia disertai 17 keluarga berangkat menuju Lombok dan menetap di Pujut.
____________________________________
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.
read more

Kerajaan Tertua di Gumi Sasak

0 comments

Informasi tentang kerajaan Lombok, karena sumbernya yang sangat kurang sehingga timbul beberapa pendapat. Adapun pendapat itu antara lain :
  1. Menurut Babad Lombok kerajaan tertua di Lombok terletak di Desa Lae’ diperkirakan di sekitar Sambelia. Beberapa tahun pindah dan membangun negeri baru yang disebut Pamatan di Kecamatan Aikmel. Ketika meletusnya Gunung Rinjani penduduk kerajaan ini terpencar-pencar anatara lain ada yang ke Batu dendeng kemudian  Suwung yang terletak di sebelah Utara Perigi rajanya Batara Indra. Setelah itu Kerajaan Lombok.
  2. Sumber lain mengatakan bahwa setelah kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspahit melarikan diri ke dalam hutan, dan sekembalinya tentara itu Raden Maspahit membangun kerajaan baru yang bernama Batu Parang yang kemudian terkenal dengan nama Selaparang.
  3. Sumber lain mengatakan bahwa pada abad ke XIII disebutkan Kerajaan Perigi yang dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati. Ketika Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke pulau Bali tahun 1343 diteruskan ke Lombok di bawah pimpinan Empu Nala, untuk menaklukkan Selaparang. Setelah ditaklukkan Gajah Mada datang ke Lombok yang dikenal dengan nama Selapawis. Kedatangan Gajah Mada ke Lombok ditulis dalam sebuah memori yang disebut Bencangah Pinan. Sejak kehancuran Selaparang Hindu, di pulau Lombok timbul kerajaan-kerajaan kecil, diantaranya kerajaan Mumbul yang berpusat di Labuhan Lombok.
  4. Kira-kira pada abad IX – abad ke XI di Lombok berdiri satu kerajaan bernama kerajaan Sasak (diketahui dari kentongan perunggu di Punjungan Tabanan). Mengenai bentuk dan bentuk susunan pemerintah kerajaan ini tidak diketahui dengan pasti, justru kentongan tersebut merupakan peringatan kemenangan Negara Sasak atas Bali yang kira-kira dibuat setelah jaman Anak Wungsu (1077).
  5. Kerajaan Kedaro merupakan kerajaan yang terletak di Belongas, rajanya bernama Ratu Maspanji berasal dari Jawa, kemudian pindah ke Pengantap dengan nama kerajaan Samarkaton. Peninggalan kerajaan ini ialah pakaian kerajaan berupa pakaian yang disimpan oleh Amaq Darminah di Belongas, demikian pula alat-alat upacara seperti gong saat ini masih tersimpan di Penujak. Kerajaan ini berakhir, ketika terjadi serangan dari kerajaan Langko dipimpin oleh Patih Singarepa dan Patih Singaulung.

Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.
read more

Kerajaan Selaparang

0 comments

Menjelang akan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur runtuh, di Lombok ada kerajaan- kerajaan kecil seperti : kerajaan Selaparang, kerajaan Lombok, Langko, Pejanggik, Parwa, Sokong dan Bayan Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang. Ketika Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke pulau Bali tahun 1343M diteruskan ke Lombok di bawah pimpinan Empu Nala untuk menaklukkan Selaparang.

Sumber lain menyebutkan bahwa setelah kerajaan Lombok, dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspahit melarikan ke dalam hutan, sekembalinya dari hutan mendirikan kerajaan baru di Patu Parang yang disebut Selaparang

Setelah ditaklukkan, Gajah Mada datang ke Selaparang yang sebelumnya dikenal dengan nama Selapawis. Sela berarti batu dan pawis berarti ditaklukan jadi Selapawis berarti batu yang ditaklukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa prasasti tentang pernah datangnya Patih Gajah Mada di Lombok meskipun Kerajaan Selaparang merupakan kerajaan yang berdiri sendiri akan tetapi masih bernaung di bawah Kerajaan Majapahit (Lalu Wacana 1977). Kedatangan Gajah Mada ke Lombok ditulis dalam sebuah memori yang disebut Bencangah Pinan.
Sejak kehancuran Selaparang Hindu, di Pulau Lombok timbul kerajaan-kerajaan kecil. Salah satu diantaranya adalah kerajaan Mumbul yang berpusat di Labuhan Lombok. Rajanya bernama “Demung Mumbul atau Batara Mumbul bergelar Prabu Turunan” Prabu Turunan adalah adik dari Pangeran Kaesari, keturunan dari Tunggul Ametung di Jawa. Demung Mumbul diperkirakan datang ke Lombok pada akhir abad XIII atau awal abad XIV sewaktu di Jawa terjadi pergolakan di Kerajaan Majapahit. Demung Mumbul mendirikan kota di teluk Labuan Lombok bersama para pengiringnya dan dimakamkan di sebuah bukit (sekarang Gunung Kayangan).
Setelah mangkatnya Demung Mumbul maka naiklah puteranya yang bernama Pangeran Indrajaya. (Lalu Wacana, 1997). Di kerajaan Lombok terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Demung Brangbantuh karena menuntut balas atas kematin adiknya Patih Sandubaya akan tetapi dapat dipatahkan. Atas nasehat Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda kerajaan Mumbul (Labuan Lombok) dipindahkan ke Selaparang pada saat itu sedang berlangsung pemerintahan Sunan Dalem yang memerintah tahun 1505 -1545 Masehi.
Pemindahan pusat kerajaan ke Selaparang dengan alasan : Tingkat keamanan yang lebih tinggi dari serangan musuh karena terletak di dataran yang tinggi sehingga mudah untuk mengamati kapal yang datang dari sebelah utara maupun sebelah barat, baik itu kapal para pedagang maupun kapal musuh yang akan menyerang ke Selaparang.
Silsilah Raja-Raja Selaparang
 silsilah raja selaparang
Pendapat lain : Raja-raja Selaparng yang disebut-sebut dalam tradisi sesuai dengan yang dimakamkan antara lain :  (1) Raden Mas Pakenak, (2) Dewa Mraja Mas Pekel, (3) Raden Dipati Prakosa, (4) Batara Selaparang

Setelah Prabu Indrajaya meninggal diganti oleh puteranya bernama Raden Mas Panji Anom yang juga dikenal dengan nama Prabu Anom. Pada masa inilah awal masuknya Islam di Lombok. Prabu Anom mempunyai anak bernama Raden Mas Panji. Raden Mas Panji Tilar Negara diseberangkan ke Alas-Sumbawa. (Tawalinuddin Haris, HS., 2002,). Dari sumber Makasar (Kronik Goa dan Tallo) menyebutkan bahwa Seorang anak laki-laki Raja Selaparang ”Mas Pamayan” menjadi Raja di Sumbawa yang dilantik pada tanggal 30 Nopember 1648 M.
A.   Daerah Kekuasaan Kerajaan Selaparang
Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Lombok seperti Kerajaan Selaparang, Langko, Pejanggik, Sokong dan Bayan dan beberapa desa kecil seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang merdeka. Dalam babad Lombok disebutkan batas-batas wilayah kekuasaan meliputi :
  1. Sebelah Utara berbatasan dengan Sokong dan Bayan
  2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kokok Belimbing
  3. Sebelah Barat berbatasan dengan Tegal Sampopo ke arah utar sampai Denek Mingkar (Sebelah barat daerah ini ditemukan Sari Kuning)
  4. Batas Timur tidak disebutkan….?
Dengan demikian wilayah Selaparang pada waktu itu meliputi sebagian besar Lombok Timur. Disebutkan pula bahwa Lombok dan Sumbawa ada di bawah kekuasaan seorang Raja di Lombok.
B.   Hubungan Kerajaan Selaparang dengan Kerajaan Lainnya
Kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Sokong, Bayan, Langko, Kedaro, Parwa, Sarwadadi, dan Pejanggik mengakui Selaparang sebagai induk atau kakaknya. Hubungan di antara mereka penuh dengan persaudaraan, hidup rukun dan damai, tak ada gesekan sehingga mereka tidak membutuhkan tentara reguler yang dipersenjatai, apabila situasi membutuhkan pertahanan, Rakyat siap bangkit membela negara. Pejabat yang mengurusi masalah pertahanan dan keamanan disebut Dipati. Dengan demikian, persekutuan masyarakat hukum yang tertinggi di Lombok telah ada sejak tahun 1543 M.
Sebagai kerajaan yang kuat, Selaparang melakukan hubungan dengan kerajaan di Kalimantan. Hikayat Banjarmasin, menyebutkan ”seorang bangsawan Banjar bernama Raden Subangsa pergi ke Selaparang mengawini seorang putri raja. Dari perkawinan tersebut terlahir  Raden Mataram,  setelah istrinya meninggal, Raden Subangsa kawin lagi dengan Putri Selaparang di Sumbawa dan melahirkan Raden Banten.
Selanjutnya tahun 1618 M kerajaan Goa menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumbawa Barat kemudian dipersatukan dengan kerajaan Selaparang. Keberhasilan Goa merebut Lombok dari Bali pada tahun 1640 M, maka proses Islamisasi semakin mantap. Dalam usaha mengembangkan pengaruhnya di Lombok, masing-masing kerajaan meningkatkan hubungan melalui perkawinan antara kedua belah pihak (kerajaan Selaparang dan kerajaan Gowa). Hal ini dapat diketahui dari nama-nama gelar seperti pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, Pemban Parwa sedangkan kerajaan kecil lainnya yang bersifat otonom  rajanya disebut Datu seperti Datu Bayan, Langko, Sokong, Kuripan, Pujut dan lain-lainnya.
C.   Ancaman Gelgel dan Karang Asem
Kemajuan yang kerajaan Selaparang setelah masuknya Agama Islam menjadi hambatan bagi kerajaan Gelgel di Bali. Pada tahun 1520, Gelgel mencoba melakukan penyerangan tetapi tidak berhasil. Kemudian pada tahun 1530 Gelgel melakukan usaha secara damai dengan mengirimkan utusan yang dipimpin oleh Dankiang Nirartha sambil memasukkan paham baru berupa sinkreitisme Hindu Islam. Walaupun tidak lama ajarannya telah dapat mempengaruhi beberapa pemimpin di Lombok yang belum lama masuk Islam.  Keberhasilan Selaparang menghambat laju masuknya kerajaan Gelgel karena mendapatkan perlindungan dari kerajaan Gowa di Makasar.
Ditandatanganinya Perjanjian Bongaya di Kelungkung Bali Tahun 1667 yang berarti bahwa Pulau Lombok dan Sumbawa dinyatakan lepas dari pengaruh Goa dan Tallo. maka kerajaan di Bali mencurahkan perhatiannya ke Mataram dengan mengirim ekspedisi tahun 1667 dan 1668 tetapi kedua invasi tersebut dapat dipukul mundur oleh Selaparang dengan bantuan dari prajurit Sumbawa. Kekalahan yang dialami oleh Gelgel tidak membuatnya berputus asa.
Pada tahun 1690, Gelgel membuat pangkalan di Pagutan dan Pagesangan yang dikoordinasi  oleh Kerajaan Karang Asem.  Strateginya yaitu pengiriman utusan berupa pasukan pendahulu yang beragama Islam yaitu Patih Arya Sudarsana (beragama Islam). H. Lalu Djelenga, 2002. Patih Arya Sudarsana berhasil menyusup ke Selaparang sehingga terjadi konflik. Dalam peperangan tersebut, pasukan Arya Sudarsana berhasil di desak sampai Suradadi yaitu di Reban Talat tetapi Arya Sudarsana tidak berhasil di tangkap. Peperangan inipun Selaparang mendapatkan bantuan dari Sumbawa di bawah pimpinan Amasa Samawa (1723-1725). Bekas prajurit Sumbawa itu sebagian menetap di Lombok dan merupakan nenek moyang dari penduduk desa Rempung, Jantuk, Siren Rumbuk, Kembang Kerang Daya, Kuang Berora, Moyot dan yang lainnya. Dan penduduk tersebut berbahasa Taliwang. 
D.   Keruntuhan Kerajaan Selaparang
Terkalahkannya Gowa oleh Belanda, maka pada tanggal 18 Nopember 1667 ditandatangani “Perjanjian Bongaya”, kemudian VOC mengusir kekuasaan Goa di Lombok  dan Sumbawa. Pada tahun 1673 Belanda memindahkan pusat kerajaan dari pulau Lombok ke Sumbawa untuk memusatkan kekuatan. Hal ini diketahui dari berita-berita tahun 1673 dan 1680 tentang pertanggungjawaban Raja Sumbawa atas daerah Lombok. Kemudian pada tahun 1674 Sumbawa mendandatangani perjanjian dengan VOC yang isinya “Sumbawa harus melepaskan Selaparang”.
Setelah Selaparang lepas dari kekuasaan Sumbawa, maka VOC menempatkan regent dan pengawas. Ketidaksetujuan Selaparang terhadap VOC yang menempatkan regent dan pengawas menyebabkan pemberontakan Selaparang pada tanggal 16 Maret 1675. Untuk memadamkan pemberontakan tersebut VOC di bawah Kapten Holsteiner berhasil mengalahkan Selaparang. Pada akhirnya pemimpin-pemimpin Selaparang yang masing-masing : Raden Abdi Wirasentana, Raden Kawisangir Koesing, dan Arya Boesing diperintahkan membayar 5.000 sampai 15.000 kayu sepang dalam jangka waktu 3 tahun.
Kedatangan  VOC  ke Lombok, akhirnya sejak tahun 1691 Kerajaan Selaparang mengalami kemunduran. Karang Asem Bali bersama Arya Banjar Getas berperang melawan raja-raja di Lombok. Pada tahun 1740,  peperangan di Tanaq Beaq dimenangkan oleh Karang Asem, maka tamatlah riwayat Kerajaan Selaparang.
_____________________________________________________________________
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas VI oleh H. Sudirman dkk.
read more

Pengertian Sasak Lombok

0 comments


A.   Pendapat-Pendapat tentang Arti dan Makna Sasak Lombok
Sasak dan Lombok memiliki arti yang beraneka ragam, adapun Sasak dan Lombok dapat dijabarkan sebagai berikut :
  1. Dari sumber lisan  : Sasak karena zaman dahulu ditumbuhi hutan belantara yang sangat rapat.
  2. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa : Sasak diartikan buluh bambu atau kayu yang di rakit menjadi satu.
  3. Kitab Negarakertagama (Decawanana).  Sasak dan Lombok dijelaskan bahwa Lombok Barat disebut Lombok Mirah dan  Lombok Timur disebut Sasak Adi.
  4. Dr.C.H. Goris : Sasak berasal dari bahasa Sansekerta (Sak = pergi dan Saka = asal). Jadi orang Sasak adalah orang yang meninggalkan negerinya dengan menggunakan rakit sebagai kendaraannya. Orang yang pergi tersebut dimaksudkan adalah orang Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya silsilah para bangsawan dan juga hasil sastra digubah dalam bahasa Jawa Madya dan berhuruf Jejawan (huruf Sasak).
  5. Dr Van Teeuw dan P. De Roo De La Faille : Sasak berasal dari pengulangan tembasaq (kain putih) yaitu saqsaq sehingga menjadi Sasak dan Kerajaan Sasak berada disebelah barat daya.
  6. Ditjen Kebudayaan Propinsi Bali  : di Pujungan Tabanan Bali terdapat sebuah tongtong perunggu yang dikeramatkan bertuliskan “Sasak dana prihan, srih javanira”. Tong tong itu di tulis setelah Anak Wungsu (sekitar abad ke-12).
  7. Dalam babad Sangupati, Lombok terkenal dengan nama Pulau Meneng (sepi).
  8. Steven van der Hagen, : Pada tahun 1603 di Labuan Lombok banyak beras yang murah dan hampir setiap hari di kirim ke Bali sehingga pelabuhan Lombok dipopulerkan menjadi Lombok
             Sampai akhir abad ke-19, pulau Lombok terkenal dengan nama Selaparang. Kerajaan ini semula bernama Watu Parang kemudian berubah menjadi Selaparang. Dalam suatu memori tentang kedatangan Gajah Mada di Lombok, waktu itu pulau Lombok disebut Selapawis (bahasa kawi : sela berarti batu dan pawis berarti ditaklukan). Jadi Selapawis berarti batu yang ditaklukan.
B.   Sasak dan Lombok Sebuah Satu Kesatuan
Sasak dan Lombok mempunyai kaitan yang erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Ia terjalin menjadi satu yang berasal dari kata ” Sa’sa’ Lombo”. Kata sa`= satu dan lombo` = lurus. Dengan demikian, Sasak Lombok berarti satunya lurus atau ”satu-satunya kelurusan”. 
Orang Sasak Lombok  artinya orang yang menjunjung tinggi kelurusan dan selalu memegang teguh kejujuran.

 Selanjutnya dijelaskan arti dan makna Sasak Lombok ditinjau dari beberapa segi, antara lain :

1.     Segi Bahasa.
Bahasa Sasak sangat sederhana, paling banyak hanya terdiri dari  dua suku kata. Cukup dengan menambahkan kata ”timur” atau  “barat”, dan ”Utara atau Selatan” Contoh Mamben Lau’, Mamben Deye. Kemudian apabila di tempat  itu berdiri sebuah pohon, misalnya pohon  asam maka dusun yang dicarikan nama itu, cukup dinamakan dengan ”Dasan Bagik” (bagik = asam).
2.     Segi keyakinan dan bermasyarakat
Suku Sasak bersandar pada Sa’sa’ Lombo’, sebagai sesuatu yang diyakini. Hal ini berpengaruh positif dalam hidup dan kehidupannya. Adapun sikap-sikap yang dimaksudkan dalam hidup beragama yaitu
  • Penyerahan diri kepada Tuhan (Tauhid).
  • Taat kepada Tuhan
  • Taat kepada pemerintah
  • Taat kepada orang tua.
Suku Sasak sangat teguh memegang apa yang diajarkan sebelumnya begitu pula dalam hidup bermasyarakat seperti :
  • Penyebaran Islam pada tingkat permulaan hanya yang shalat para mubalig, karena mereka sangat taat dengan ajaran yang sudah diterimanya dari guru yang pertama tadi. Hal ini terbukti pada masyarakat yang dinamakan ”Islam Waktu Telu”.
  • Penduduk Lombok sangat  taat kepada orang tua (ibu bapak atau orang yang lebih dewasa). Jika orang tua telah memiliki pendapat atau saran, maka yang lainnya harus ikut pendapat atau saran tersebut.
            Kejujuran atau kesederhanaan mereka beranggapan bahwa orang yang lebih tua dan patut lebih dihormati itu tidak akan membohonginya. Itulah yang menjadi dasar bagi masyarakat  ”Waktu Telu”  pada masa transisinya, bahwa untuk menjalankan syari’at agama, lebih banyak diserahkan pada para Kiyai dan Pemangkunya.
3.     Segi ketaatan kepada pemerintah.
Kesederhanaan orang Sasak dalam menjalankan ajaran agamanya ”taat kepada Tuhan, taat kepada Rasul  dan taat kepada pemerintah”. Dalam hal ini nampak kelemahan bagi mereka yang bulat-bulat menyerahkan persoalannya kepada seorang pemimpin. Kalaupun ada yang kemudian ternyata menipunya, mereka juga tidak akan memberikan reaksi yang berlebih-lebihan. Paling-paling mereka akan menggerutu dalam bahasa sasak mengatakan : ”Ia penje ia penjahit, ia pete ia dait, bagus pete bagus tedait, lenge pete lenge tedait”.
Dari penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan nama suku dan pulau ini berasal dari ”Sa’sa’Lombo” menjadi Sasak Lombok yang artinya satu-satunya kelurusan.  Dengan demikian orang Sasak Lombok adalah orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran (kelurusan).
_________________________________________________________________________
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas V oleh H. Sudirman dkk.
read more

Monday, April 29, 2013

Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Lombok

0 comments


al-quran tertua di lombok
Al Qur’an yang terbawa saat perdagangan
Sumber : Buletin NTB
A.     Labuan Lombok Pusat Perdagangan
Sejak abad ke 13 Masehi Labuan Lombok banyak dikunjungi para pedagang yang berasal dari Palembang, Banten, Gresik dan Sulawesi. Dengan demikian agama Islam mulai merasuki Lombok. Mula-mula kedatangan mereka untuk berdagang, kemudian banyak diantara mereka yang bertempat tinggal menetap bahkan mendirikan perkampungan-perkampungan. Sampai sekarang pun masih dapat kita lihat bekas-bekasnya seperti perkampungan Bugis di Labuan Lombok. Para pendatang dengan suku Sasak mengadakan hubungan. Dalam hubungan itu timbul rasa saling hormat menghormati dan harga menghargai. Dengan sadar atau tidak sadar terjadilah ambil mengambil dan pengaruh mempengaruhi dalam berbagai bidang seperti budaya dan agama. Yang dianggap baik dan cocok diterima sedangkan yang tidak cocok ditinggalkan.
Labuan Lombok sebagai pelabuan dagang disinggahi para pelaut dan saudagar muslim dari Jawa dan mulailah timbul bandar-bandar tempat para pedagang sehingga semakin ramai. Selanjutnya melalui saluran perdagangan tersebut terbawa pula kitab-kitab kesusateraan yang bernafaskan agama Islam seperti Roman Yusuf, Serat menak. Selain itu juga, Al Qur’an terbawa oleh para pedagang untuk mengaji di tempatnya masing-masing.
Ketika berkembang pesatnya perdagangan rempah-rempah, di Bali dan Lombok sudah berkembang perdagangan sarung yang diangkut oleh kapal-kapal dari Gresik.. Menurut  Wisselius kemungkinan besar bahwa sejak abad  ke-14, pedagang-pedagang muslim telah melakukan pelayaran dan perdagangan di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa, Selat Madura  Pesisir Timur pulau Lombok, pulau-pulau Sunda Kecil sampai ke Maluku. Dengan demikian penyebaran agama Islam di pulau Lombok melalui perdagangan, perkawinan, dan juga melalui seni sastra, ukir, pewayangan dan lain-lain.

B.   Berkembangnya Agama Islam
 Agama Islam masuk di Bumi Selaparang tidak lama setelah runtuhnya kerajaan Majapahit karena pada waktu itu sudah ada pedagang-pedagang muslim yang bermukim dan berniaga di Lombok kemudian mereka menyebarkan agamanya. Bukti yang paling eksplisit menjelaskan kedatangan Islam di Lombok adalah Babat Lombok yang menjelaskan bahwa ”Sunan Ratu Giri memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke Indonesia Bagian Utara yaitu
  1. Lemboe Mangkurat dengan pasukannya dikirim ke Banjar
  2. Datu Bandan dikirim ke Makasar, Tidore, Seram, Selayar
  3. Anak Laki-Laki Raja Pangeran Perapen berlayar ke Bali, Lombok, dan Sumbawa
Menurut Faille, setelah turun dari kapal, pasukan pangeran Prapen mendarat, Raja Lombok dengan sukarela memeluk Agama Islam tetapi rakyatnya tetap menolak sehingga terjadi peperangan yang dimenangkan oleh pihak Islam. Pendapat lain menyebutkan bahwa Raja Lombok awal mulanya menolak kedatangan Islam, namun setelah Pangeran Prapen menjelaskan maksudnya yaitu untuk menyampaikan misi suci dengan cara damai maka beliaupun diterima dengan baik, tetapi karena hasutan rakyatnya kemudian Raja Lombok ingkar janji dan mempersiapkan pasukan sehingga terjadilah peperangan. Dalam peperangan itu, Raja Lombok terdesak dan melarikan diri tetapi malang bagi raja yang dikejar oleh Jayalengkara lalu beliau dibawa menghadap ke Pangeran Perapen. Beliau kemudian diampuni dan mengucapkan dua kalimah syahadat serta dikhitan. Masjidpun segera dibangun sedangkan Pura, Meru, Babi, dan Sanggah dimusnahkan. Seluruh rakyat diislamkan dan dikhitan kecuali kaum wanita penghitanannya ditunda atas permintaan Syahbandar Lombok.
Setelah berhasil mengislamkan Raja Lombok, Sunan Perapen dengan pasukannya mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak (Lombok Utara).  Hal ini memiliki bukti-bukti adanya tinggalan arkeologi seperti mesjid-mesjid tua, makam-makam kuno dan sebagainya. Dalam mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya, sebagiannya masuk Islam dengan sukarela sebagian lagi masuk Islam dengan cara kekerasan seperti di Parigi dan Sarwadadi. Setelah itu beberapa tahun kemudian seluruh Lombok memeluk agama Islam, kecuali Pajarakan dan Pengantap.

C.   Sunan Prapen Kembali ke Lombok
 Sesuai dengan misi yang diemban dari Ratu Sunan Giri, maka setelah mengislamkan kerajaan-kerajaan lainnya di pulau Lombok, maka Sunan Prapen melanjutkan penyebaran Islam ke Sumbawa, Dompu dan Bima. Sepeninggal Sunan Perapen, keadaan agama Islam di Lombok sangat menyedihkan karena kaum wanitanya menolak memeluk agama yang baru itu. Hal ini sangatlah beralasan karena masih kuatnya pengaruh agama sebelumnya dan juga adanya pengaruh dari Karang Asem di Bali sebagai kerajaan yang kuat dan tangguh.
Timbulnya permasalahan ini kemudian Sunan Prapen kembali lagi dan mendarat di Lombok melalui Sugian untuk menyerang penduduk yang masih kafir. Menurut Van der Kraan,  dalam penyerangan ini penduduk Lombok terpecah menjadi 3 (tiga) bagian yaitu ;
  1. Kelompok yang melarikan diri dan mengungsi ke gunung-gunung masuk hutan dikenal dengan Orang Boda,
  2. Kelompok yang takluk dan masuk Islam dikenal sebagai Waktu Lima,
  3. Kelompok yang hanya takluk di bawah kekuasaan Sunan Perapen dikenal sebagai Penganut Wetu Telu.
Rencana Sunan Perapen untuk mengislamkan Pulau Bali terpaksa ditunda karena mendapat perlawanan dari Dewa Agung Gelgel yaitu Dewa Agung Batu Renggong yang pada pertengahan abad ke-16 berusaha membendung penyebaran Agama Islam yang dilakukan oleh orang-orang Jawa dari arah barat maupun orang-orang Makasar dari arah Timur. Oleh sebab itu, pengaruh Kerajaan Gelgel di bagian barat Pulau Lombok yang besar sehingga Sunan Prapen mendarat di pantai timur (Labuan Lombok).

D.   Penyebaran Islam di Bayan
Kompleks Mesjid Bayan Beleq Sumber : Museum Negeri NTB
Kompleks Mesjid Bayan Beleq
Sumber : Museum Negeri NTB

Sekitar abad ke-16, penyebaran agama Islam juga masuk melalui pantai utara Bayan dan dari arah barat sekitar Tanjung. Pembawanya adalah seorang syekh dari Arab Saudi bernama Nurul Rasyid dengan gelar sufinya Gaoz Abdul Razak. Makamnya terletak di Kuranji di sebuah desa pantai barat daya Lombok. Gaoz Abdul Razak mendarat di Lombok bagian utara yang disebut dengan Bayan. Ia pun menetap dan berdakwah di sana mengawini Denda Bulan yang melahirkan seorang anak bernama Zulkarnaen.  Keturunan inilah  yang  menjadi  cikal  bakal raja-raja Selaparang. Kemudian Gaoz Abdul Razak mengawini lagi Denda Islamiyah yang melahirkan Denda Qomariah yang populer dengan sebutan Dewi Anjani.
Berita lain menyebutkan, Sunan pengging, pengikut Sunan Kalijaga datang ke Lombok pada tahun 1640 untuk  menyiarkanagama Islam (sufi). Ia kawin dengan putri dari kerajaan Parwa sehinggga meninmbulkan kekecewaan raja Goa. Selanjutnya, raja Goa menduduki Lombok pada tahun 1640. Sunan Pengging terkenal dengan nama Pangeran Mangkubumi lari ke Bayan. Salah satu bukti yang dapat dijadikan sebagai kajian tentang awal penyebaran agama Islam adalah Mesjid Kuno Bayan Beleq.

E.   Penyebaran Islam di Pujut
 Tokoh legendaris penyebar Agama Islam adalah Wali Nyatok. Dalam tradisi lisan Wali Nyatok dikenal sebagai penyebar Agama Islam di Lombok Bagian Selatan dan sekitarnya. Nama lain Wali Nyatok adalah Sayid Ali atau Sayid Abdurrahman.   Sayang   sekali  pada  batu  nisannya  tidak  ada inskripsi yang menyebut nama tokoh meskipun dari segi tipologi tergolong tua. Mesjid di Rembitan sering dikaitkan dengan tokoh Wali Nyatok. Salah satu bukti yang paling konkrit adalah Masjid kuno Rembitan. Bangunan ini merupakan prototipe mesjid-mesjid tua. Secara kronologis diperkirakan sekitar abad ke 16.
Salah satu penyebar Islam di Lombok Selatan adalah Pangeran sangupati. Pangeran Sangupati adalah putra Selaparang yang dianggap Waliyullah, ia mengarang kitab Jatiswara, Prembonan, Lampanan Wayang, Tasawuf dan Fiqh. Pendapat lain menyebutkan bahwa Pangeran Sangupati berasal dari Jawa yang sengaja berkelana untuk menyebarkan Agama Islam dan memiliki nama asli di Jawa yaitu Aji Datu Semu, sedangkan, di Sumbawa dikenal dengan nama Tuan Semeru.
Pendapat lain menyebutkan Pangeran Sangupati adalah tokoh agama Hindu yang menyebarkan agama Hindu di kalangan ummat Islam karena Islam yang dianut oleh para penduduk masih sangat lemah, maka beliau menyebarkan agama Islam Waktu Telu (Wetu Telu) suatu bentuk peralihan dari agama Boda tua ke agama Waktu Lima dan dia dikenal dengan nama Pedanda Wau Rauh.
Selain tokoh-tokoh tersebut ada juga yang disebut-sebut sebagai penyebar Agama Islam di Lombok yaitu Al-Fadal.
_________________________________________________________________________________________
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas V oleh H. Sudirman dkk.
DUP00195
read more

| Guru Madrasah Blog © 2013. All Rights Reserved | Template Style by My Blogger Tricks .com | Edited by Abdul Hanan | Back To Top |