Monday, May 13, 2013

Kerajaan Selaparang



Menjelang akan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur runtuh, di Lombok ada kerajaan- kerajaan kecil seperti : kerajaan Selaparang, kerajaan Lombok, Langko, Pejanggik, Parwa, Sokong dan Bayan Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang. Ketika Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke pulau Bali tahun 1343M diteruskan ke Lombok di bawah pimpinan Empu Nala untuk menaklukkan Selaparang.

Sumber lain menyebutkan bahwa setelah kerajaan Lombok, dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspahit melarikan ke dalam hutan, sekembalinya dari hutan mendirikan kerajaan baru di Patu Parang yang disebut Selaparang

Setelah ditaklukkan, Gajah Mada datang ke Selaparang yang sebelumnya dikenal dengan nama Selapawis. Sela berarti batu dan pawis berarti ditaklukan jadi Selapawis berarti batu yang ditaklukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa prasasti tentang pernah datangnya Patih Gajah Mada di Lombok meskipun Kerajaan Selaparang merupakan kerajaan yang berdiri sendiri akan tetapi masih bernaung di bawah Kerajaan Majapahit (Lalu Wacana 1977). Kedatangan Gajah Mada ke Lombok ditulis dalam sebuah memori yang disebut Bencangah Pinan.
Sejak kehancuran Selaparang Hindu, di Pulau Lombok timbul kerajaan-kerajaan kecil. Salah satu diantaranya adalah kerajaan Mumbul yang berpusat di Labuhan Lombok. Rajanya bernama “Demung Mumbul atau Batara Mumbul bergelar Prabu Turunan” Prabu Turunan adalah adik dari Pangeran Kaesari, keturunan dari Tunggul Ametung di Jawa. Demung Mumbul diperkirakan datang ke Lombok pada akhir abad XIII atau awal abad XIV sewaktu di Jawa terjadi pergolakan di Kerajaan Majapahit. Demung Mumbul mendirikan kota di teluk Labuan Lombok bersama para pengiringnya dan dimakamkan di sebuah bukit (sekarang Gunung Kayangan).
Setelah mangkatnya Demung Mumbul maka naiklah puteranya yang bernama Pangeran Indrajaya. (Lalu Wacana, 1997). Di kerajaan Lombok terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Demung Brangbantuh karena menuntut balas atas kematin adiknya Patih Sandubaya akan tetapi dapat dipatahkan. Atas nasehat Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda kerajaan Mumbul (Labuan Lombok) dipindahkan ke Selaparang pada saat itu sedang berlangsung pemerintahan Sunan Dalem yang memerintah tahun 1505 -1545 Masehi.
Pemindahan pusat kerajaan ke Selaparang dengan alasan : Tingkat keamanan yang lebih tinggi dari serangan musuh karena terletak di dataran yang tinggi sehingga mudah untuk mengamati kapal yang datang dari sebelah utara maupun sebelah barat, baik itu kapal para pedagang maupun kapal musuh yang akan menyerang ke Selaparang.
Silsilah Raja-Raja Selaparang
 silsilah raja selaparang
Pendapat lain : Raja-raja Selaparng yang disebut-sebut dalam tradisi sesuai dengan yang dimakamkan antara lain :  (1) Raden Mas Pakenak, (2) Dewa Mraja Mas Pekel, (3) Raden Dipati Prakosa, (4) Batara Selaparang

Setelah Prabu Indrajaya meninggal diganti oleh puteranya bernama Raden Mas Panji Anom yang juga dikenal dengan nama Prabu Anom. Pada masa inilah awal masuknya Islam di Lombok. Prabu Anom mempunyai anak bernama Raden Mas Panji. Raden Mas Panji Tilar Negara diseberangkan ke Alas-Sumbawa. (Tawalinuddin Haris, HS., 2002,). Dari sumber Makasar (Kronik Goa dan Tallo) menyebutkan bahwa Seorang anak laki-laki Raja Selaparang ”Mas Pamayan” menjadi Raja di Sumbawa yang dilantik pada tanggal 30 Nopember 1648 M.
A.   Daerah Kekuasaan Kerajaan Selaparang
Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Lombok seperti Kerajaan Selaparang, Langko, Pejanggik, Sokong dan Bayan dan beberapa desa kecil seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang merdeka. Dalam babad Lombok disebutkan batas-batas wilayah kekuasaan meliputi :
  1. Sebelah Utara berbatasan dengan Sokong dan Bayan
  2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kokok Belimbing
  3. Sebelah Barat berbatasan dengan Tegal Sampopo ke arah utar sampai Denek Mingkar (Sebelah barat daerah ini ditemukan Sari Kuning)
  4. Batas Timur tidak disebutkan….?
Dengan demikian wilayah Selaparang pada waktu itu meliputi sebagian besar Lombok Timur. Disebutkan pula bahwa Lombok dan Sumbawa ada di bawah kekuasaan seorang Raja di Lombok.
B.   Hubungan Kerajaan Selaparang dengan Kerajaan Lainnya
Kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Sokong, Bayan, Langko, Kedaro, Parwa, Sarwadadi, dan Pejanggik mengakui Selaparang sebagai induk atau kakaknya. Hubungan di antara mereka penuh dengan persaudaraan, hidup rukun dan damai, tak ada gesekan sehingga mereka tidak membutuhkan tentara reguler yang dipersenjatai, apabila situasi membutuhkan pertahanan, Rakyat siap bangkit membela negara. Pejabat yang mengurusi masalah pertahanan dan keamanan disebut Dipati. Dengan demikian, persekutuan masyarakat hukum yang tertinggi di Lombok telah ada sejak tahun 1543 M.
Sebagai kerajaan yang kuat, Selaparang melakukan hubungan dengan kerajaan di Kalimantan. Hikayat Banjarmasin, menyebutkan ”seorang bangsawan Banjar bernama Raden Subangsa pergi ke Selaparang mengawini seorang putri raja. Dari perkawinan tersebut terlahir  Raden Mataram,  setelah istrinya meninggal, Raden Subangsa kawin lagi dengan Putri Selaparang di Sumbawa dan melahirkan Raden Banten.
Selanjutnya tahun 1618 M kerajaan Goa menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumbawa Barat kemudian dipersatukan dengan kerajaan Selaparang. Keberhasilan Goa merebut Lombok dari Bali pada tahun 1640 M, maka proses Islamisasi semakin mantap. Dalam usaha mengembangkan pengaruhnya di Lombok, masing-masing kerajaan meningkatkan hubungan melalui perkawinan antara kedua belah pihak (kerajaan Selaparang dan kerajaan Gowa). Hal ini dapat diketahui dari nama-nama gelar seperti pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, Pemban Parwa sedangkan kerajaan kecil lainnya yang bersifat otonom  rajanya disebut Datu seperti Datu Bayan, Langko, Sokong, Kuripan, Pujut dan lain-lainnya.
C.   Ancaman Gelgel dan Karang Asem
Kemajuan yang kerajaan Selaparang setelah masuknya Agama Islam menjadi hambatan bagi kerajaan Gelgel di Bali. Pada tahun 1520, Gelgel mencoba melakukan penyerangan tetapi tidak berhasil. Kemudian pada tahun 1530 Gelgel melakukan usaha secara damai dengan mengirimkan utusan yang dipimpin oleh Dankiang Nirartha sambil memasukkan paham baru berupa sinkreitisme Hindu Islam. Walaupun tidak lama ajarannya telah dapat mempengaruhi beberapa pemimpin di Lombok yang belum lama masuk Islam.  Keberhasilan Selaparang menghambat laju masuknya kerajaan Gelgel karena mendapatkan perlindungan dari kerajaan Gowa di Makasar.
Ditandatanganinya Perjanjian Bongaya di Kelungkung Bali Tahun 1667 yang berarti bahwa Pulau Lombok dan Sumbawa dinyatakan lepas dari pengaruh Goa dan Tallo. maka kerajaan di Bali mencurahkan perhatiannya ke Mataram dengan mengirim ekspedisi tahun 1667 dan 1668 tetapi kedua invasi tersebut dapat dipukul mundur oleh Selaparang dengan bantuan dari prajurit Sumbawa. Kekalahan yang dialami oleh Gelgel tidak membuatnya berputus asa.
Pada tahun 1690, Gelgel membuat pangkalan di Pagutan dan Pagesangan yang dikoordinasi  oleh Kerajaan Karang Asem.  Strateginya yaitu pengiriman utusan berupa pasukan pendahulu yang beragama Islam yaitu Patih Arya Sudarsana (beragama Islam). H. Lalu Djelenga, 2002. Patih Arya Sudarsana berhasil menyusup ke Selaparang sehingga terjadi konflik. Dalam peperangan tersebut, pasukan Arya Sudarsana berhasil di desak sampai Suradadi yaitu di Reban Talat tetapi Arya Sudarsana tidak berhasil di tangkap. Peperangan inipun Selaparang mendapatkan bantuan dari Sumbawa di bawah pimpinan Amasa Samawa (1723-1725). Bekas prajurit Sumbawa itu sebagian menetap di Lombok dan merupakan nenek moyang dari penduduk desa Rempung, Jantuk, Siren Rumbuk, Kembang Kerang Daya, Kuang Berora, Moyot dan yang lainnya. Dan penduduk tersebut berbahasa Taliwang. 
D.   Keruntuhan Kerajaan Selaparang
Terkalahkannya Gowa oleh Belanda, maka pada tanggal 18 Nopember 1667 ditandatangani “Perjanjian Bongaya”, kemudian VOC mengusir kekuasaan Goa di Lombok  dan Sumbawa. Pada tahun 1673 Belanda memindahkan pusat kerajaan dari pulau Lombok ke Sumbawa untuk memusatkan kekuatan. Hal ini diketahui dari berita-berita tahun 1673 dan 1680 tentang pertanggungjawaban Raja Sumbawa atas daerah Lombok. Kemudian pada tahun 1674 Sumbawa mendandatangani perjanjian dengan VOC yang isinya “Sumbawa harus melepaskan Selaparang”.
Setelah Selaparang lepas dari kekuasaan Sumbawa, maka VOC menempatkan regent dan pengawas. Ketidaksetujuan Selaparang terhadap VOC yang menempatkan regent dan pengawas menyebabkan pemberontakan Selaparang pada tanggal 16 Maret 1675. Untuk memadamkan pemberontakan tersebut VOC di bawah Kapten Holsteiner berhasil mengalahkan Selaparang. Pada akhirnya pemimpin-pemimpin Selaparang yang masing-masing : Raden Abdi Wirasentana, Raden Kawisangir Koesing, dan Arya Boesing diperintahkan membayar 5.000 sampai 15.000 kayu sepang dalam jangka waktu 3 tahun.
Kedatangan  VOC  ke Lombok, akhirnya sejak tahun 1691 Kerajaan Selaparang mengalami kemunduran. Karang Asem Bali bersama Arya Banjar Getas berperang melawan raja-raja di Lombok. Pada tahun 1740,  peperangan di Tanaq Beaq dimenangkan oleh Karang Asem, maka tamatlah riwayat Kerajaan Selaparang.
_____________________________________________________________________
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas VI oleh H. Sudirman dkk.

0 comments:

Post a Comment

| Guru Madrasah Blog © 2013. All Rights Reserved | Template Style by My Blogger Tricks .com | Edited by Abdul Hanan | Back To Top |