Menjelang
akan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur runtuh, di Lombok ada
kerajaan- kerajaan kecil seperti : kerajaan Selaparang, kerajaan Lombok,
Langko, Pejanggik, Parwa, Sokong dan Bayan Pujut, Tempit, Kedaro, Batu
Dendeng, Kuripan, Kentawang. Ketika Majapahit mengirimkan ekspedisinya
ke pulau Bali tahun 1343M diteruskan ke Lombok di bawah pimpinan Empu
Nala untuk menaklukkan Selaparang.
Sumber lain menyebutkan bahwa setelah kerajaan Lombok, dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspahit melarikan ke dalam hutan, sekembalinya dari hutan mendirikan kerajaan baru di Patu Parang yang disebut Selaparang |
Setelah ditaklukkan, Gajah Mada datang ke Selaparang yang sebelumnya dikenal dengan nama Selapawis.
Sela berarti batu dan pawis berarti ditaklukan jadi Selapawis berarti
batu yang ditaklukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa
prasasti tentang pernah datangnya Patih Gajah Mada di Lombok meskipun
Kerajaan Selaparang merupakan kerajaan yang berdiri sendiri akan tetapi
masih bernaung di bawah Kerajaan Majapahit (Lalu Wacana 1977).
Kedatangan Gajah Mada ke Lombok ditulis dalam sebuah memori yang disebut
Bencangah Pinan.
Sejak
kehancuran Selaparang Hindu, di Pulau Lombok timbul kerajaan-kerajaan
kecil. Salah satu diantaranya adalah kerajaan Mumbul yang berpusat di
Labuhan Lombok. Rajanya bernama “Demung Mumbul atau Batara Mumbul
bergelar Prabu Turunan” Prabu Turunan adalah adik dari Pangeran Kaesari,
keturunan dari Tunggul Ametung di Jawa. Demung Mumbul diperkirakan
datang ke Lombok pada akhir abad XIII atau awal abad XIV sewaktu di Jawa
terjadi pergolakan di Kerajaan Majapahit. Demung Mumbul mendirikan kota
di teluk Labuan Lombok bersama para pengiringnya dan dimakamkan di
sebuah bukit (sekarang Gunung Kayangan).
Setelah
mangkatnya Demung Mumbul maka naiklah puteranya yang bernama Pangeran
Indrajaya. (Lalu Wacana, 1997). Di kerajaan Lombok terjadi pemberontakan
yang dipimpin oleh Demung Brangbantuh karena menuntut balas atas
kematin adiknya Patih Sandubaya akan tetapi dapat dipatahkan. Atas
nasehat Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda kerajaan Mumbul (Labuan
Lombok) dipindahkan ke Selaparang pada saat itu sedang berlangsung
pemerintahan Sunan Dalem yang memerintah tahun 1505 -1545 Masehi.
Pemindahan pusat kerajaan ke Selaparang dengan alasan : Tingkat
keamanan yang lebih tinggi dari serangan musuh karena terletak di
dataran yang tinggi sehingga mudah untuk mengamati kapal yang datang
dari sebelah utara maupun sebelah barat, baik itu kapal para pedagang
maupun kapal musuh yang akan menyerang ke Selaparang.
Silsilah Raja-Raja Selaparang
Pendapat lain : Raja-raja Selaparng yang disebut-sebut dalam tradisi sesuai dengan yang dimakamkan antara lain : (1) Raden Mas Pakenak, (2) Dewa Mraja Mas Pekel, (3) Raden Dipati Prakosa, (4) Batara Selaparang |
Setelah
Prabu Indrajaya meninggal diganti oleh puteranya bernama Raden Mas
Panji Anom yang juga dikenal dengan nama Prabu Anom. Pada masa inilah
awal masuknya Islam di Lombok. Prabu Anom mempunyai anak bernama Raden
Mas Panji. Raden Mas Panji Tilar Negara diseberangkan ke Alas-Sumbawa.
(Tawalinuddin Haris, HS., 2002,). Dari sumber Makasar (Kronik Goa dan
Tallo) menyebutkan bahwa Seorang anak laki-laki Raja Selaparang ”Mas
Pamayan” menjadi Raja di Sumbawa yang dilantik pada tanggal 30 Nopember
1648 M.
A. Daerah Kekuasaan Kerajaan Selaparang
Setelah
runtuhnya Kerajaan Majapahit, kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Lombok
seperti Kerajaan Selaparang, Langko, Pejanggik, Sokong dan Bayan dan
beberapa desa kecil seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng,
Kuripan, Kentawang merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang merdeka. Dalam
babad Lombok disebutkan batas-batas wilayah kekuasaan meliputi :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Sokong dan Bayan
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kokok Belimbing
- Sebelah Barat berbatasan dengan Tegal Sampopo ke arah utar sampai Denek Mingkar (Sebelah barat daerah ini ditemukan Sari Kuning)
- Batas Timur tidak disebutkan….?
Dengan
demikian wilayah Selaparang pada waktu itu meliputi sebagian besar
Lombok Timur. Disebutkan pula bahwa Lombok dan Sumbawa ada di bawah
kekuasaan seorang Raja di Lombok.
B. Hubungan Kerajaan Selaparang dengan Kerajaan Lainnya
Kerajaan-kerajaan
kecil lainnya seperti Sokong, Bayan, Langko, Kedaro, Parwa, Sarwadadi,
dan Pejanggik mengakui Selaparang sebagai induk atau kakaknya. Hubungan
di antara mereka penuh dengan persaudaraan, hidup rukun dan damai, tak
ada gesekan sehingga mereka tidak membutuhkan tentara reguler yang
dipersenjatai, apabila situasi membutuhkan pertahanan, Rakyat siap
bangkit membela negara. Pejabat yang mengurusi masalah pertahanan dan
keamanan disebut Dipati. Dengan demikian, persekutuan masyarakat hukum
yang tertinggi di Lombok telah ada sejak tahun 1543 M.
Sebagai
kerajaan yang kuat, Selaparang melakukan hubungan dengan kerajaan di
Kalimantan. Hikayat Banjarmasin, menyebutkan ”seorang bangsawan Banjar
bernama Raden Subangsa pergi ke Selaparang mengawini seorang putri raja.
Dari perkawinan tersebut terlahir Raden Mataram, setelah istrinya
meninggal, Raden Subangsa kawin lagi dengan Putri Selaparang di Sumbawa
dan melahirkan Raden Banten.
Selanjutnya
tahun 1618 M kerajaan Goa menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumbawa
Barat kemudian dipersatukan dengan kerajaan Selaparang. Keberhasilan Goa
merebut Lombok dari Bali pada tahun 1640 M, maka proses Islamisasi
semakin mantap. Dalam usaha mengembangkan pengaruhnya di Lombok,
masing-masing kerajaan meningkatkan hubungan melalui perkawinan antara
kedua belah pihak (kerajaan Selaparang dan kerajaan Gowa). Hal ini dapat
diketahui dari nama-nama gelar seperti pemban Selaparang, Pemban
Pejanggik, Pemban Parwa sedangkan kerajaan kecil lainnya yang bersifat
otonom rajanya disebut Datu seperti Datu Bayan, Langko, Sokong,
Kuripan, Pujut dan lain-lainnya.
C. Ancaman Gelgel dan Karang Asem
Kemajuan
yang kerajaan Selaparang setelah masuknya Agama Islam menjadi hambatan
bagi kerajaan Gelgel di Bali. Pada tahun 1520, Gelgel mencoba melakukan
penyerangan tetapi tidak berhasil. Kemudian pada tahun 1530 Gelgel
melakukan usaha secara damai dengan mengirimkan utusan yang dipimpin
oleh Dankiang Nirartha sambil memasukkan paham baru berupa sinkreitisme
Hindu Islam. Walaupun tidak lama ajarannya telah dapat mempengaruhi
beberapa pemimpin di Lombok yang belum lama masuk Islam. Keberhasilan
Selaparang menghambat laju masuknya kerajaan Gelgel karena mendapatkan
perlindungan dari kerajaan Gowa di Makasar.
Ditandatanganinya
Perjanjian Bongaya di Kelungkung Bali Tahun 1667 yang berarti bahwa
Pulau Lombok dan Sumbawa dinyatakan lepas dari pengaruh Goa dan Tallo.
maka kerajaan di Bali mencurahkan perhatiannya ke Mataram dengan
mengirim ekspedisi tahun 1667 dan 1668 tetapi kedua invasi tersebut
dapat dipukul mundur oleh Selaparang dengan bantuan dari prajurit
Sumbawa. Kekalahan yang dialami oleh Gelgel tidak membuatnya berputus
asa.
Pada
tahun 1690, Gelgel membuat pangkalan di Pagutan dan Pagesangan yang
dikoordinasi oleh Kerajaan Karang Asem. Strateginya yaitu pengiriman
utusan berupa pasukan pendahulu yang beragama Islam yaitu Patih Arya
Sudarsana (beragama Islam). H. Lalu Djelenga, 2002. Patih Arya Sudarsana
berhasil menyusup ke Selaparang sehingga terjadi konflik. Dalam
peperangan tersebut, pasukan Arya Sudarsana berhasil di desak sampai
Suradadi yaitu di Reban Talat tetapi Arya Sudarsana tidak berhasil di
tangkap. Peperangan inipun Selaparang mendapatkan bantuan dari Sumbawa
di bawah pimpinan Amasa Samawa (1723-1725). Bekas prajurit Sumbawa itu
sebagian menetap di Lombok dan merupakan nenek moyang dari penduduk desa
Rempung, Jantuk, Siren Rumbuk, Kembang Kerang Daya, Kuang Berora, Moyot
dan yang lainnya. Dan penduduk tersebut berbahasa Taliwang.
D. Keruntuhan Kerajaan Selaparang
Terkalahkannya
Gowa oleh Belanda, maka pada tanggal 18 Nopember 1667 ditandatangani
“Perjanjian Bongaya”, kemudian VOC mengusir kekuasaan Goa di Lombok dan
Sumbawa. Pada tahun 1673 Belanda memindahkan pusat kerajaan dari pulau
Lombok ke Sumbawa untuk memusatkan kekuatan. Hal ini diketahui dari
berita-berita tahun 1673 dan 1680 tentang pertanggungjawaban Raja
Sumbawa atas daerah Lombok. Kemudian pada tahun 1674 Sumbawa
mendandatangani perjanjian dengan VOC yang isinya “Sumbawa harus
melepaskan Selaparang”.
Setelah
Selaparang lepas dari kekuasaan Sumbawa, maka VOC menempatkan regent
dan pengawas. Ketidaksetujuan Selaparang terhadap VOC yang menempatkan
regent dan pengawas menyebabkan pemberontakan Selaparang pada tanggal 16
Maret 1675. Untuk memadamkan pemberontakan tersebut VOC di bawah Kapten
Holsteiner berhasil mengalahkan Selaparang. Pada akhirnya
pemimpin-pemimpin Selaparang yang masing-masing : Raden Abdi
Wirasentana, Raden Kawisangir Koesing, dan Arya Boesing diperintahkan
membayar 5.000 sampai 15.000 kayu sepang dalam jangka waktu 3 tahun.
Kedatangan
VOC ke Lombok, akhirnya sejak tahun 1691 Kerajaan Selaparang mengalami
kemunduran. Karang Asem Bali bersama Arya Banjar Getas berperang
melawan raja-raja di Lombok. Pada tahun 1740, peperangan di Tanaq Beaq
dimenangkan oleh Karang Asem, maka tamatlah riwayat Kerajaan Selaparang.
_____________________________________________________________________
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas VI oleh H. Sudirman dkk.
0 comments:
Post a Comment