Showing posts with label Negeri-Negeri yang Telah Dibinasakan. Show all posts
Showing posts with label Negeri-Negeri yang Telah Dibinasakan. Show all posts

Tuesday, October 1, 2013

9 Negeri yang Telah Dibinasakan

0 comments




Berikut adalah 9 negeri yang telah hilang yang telah diceritakan dalam al-Quranul Karim. Semuanya adalah hasil karya Harun Yahya Versi text terjemahan dikopi dan digabung dengan gambar ilustrasi dari karya yang sama serta dicetak dalam file PDF oleh ais@agus-haris.net









read more

Negeri-Negeri yang Telah Dibinasakan Bagian Ke-9

0 comments


Para Penghuni Gua

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) prasasti itu mereka, termasuk tanda-tanda Kami yang mengherankan.(QS Al Kahfi 9).

Surat ke 18 Al Qur’an dinamakan dengan “Al-Khaf” yang berarti “gua”, menceritakan tentang sekelompok pemuda yang berlindung di sebuah gua untuk bersembunyi dari penguasa yang mengingkari Allah dan melakukan penindasan dan perbutan tidak adil atas mereka yang beriman. Ayatayat yang menerangkan tentang hal ini adalah sebagai berikut :

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunya) prasasti itu mereka, termasuk tanda-tanda Kami yang mengherankan?. (ingatlah) tatkala pemudapemuda itu encari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.

Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tingal (di dalam gua itu). Kami menceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesunguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orrang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?. Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu . Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari anda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang
dapat memberi petunjuk kepadanya.

Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.

Dan demikianlah Kami bangunkan merka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapalamakah kamu berada (disini)?”. Mereka menjawab” “Kita berada (disini) sehari atau etengah hari”. Berkata (yang lain lagi) “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (disini). Maka suruhlah salah satu orang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.

Sesungguhnya jika mereka dapat mengatahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka dan jika demikian nisaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya:.

Dan demikianlah (kami) mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: “dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan diatasnya”. Nanti (ada orang yang akan ) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya dan (yang lain) mengatakan: “(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib: dan (yang lain lagi) mengatakan: “(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya” Katakanlah : “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammmad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun diantara mereka.

Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap seuatu ; “Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah; “Mudah-mudahan Tuhanku memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”. Dan mereka tinggal di dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).

Katakanlah: ” Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nyalah semua yang tersembunyi di langit dan bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain daripada-Nya’ dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan”. (QS Al Kahfi 9-26).

Menurut kepercayaan yang berkembang luas di kalangan pengikut agama Islam dan Kristen, yang dimaksudkan dengan para Penghuni Gua adalah warga negara dari tiran yang kejam dari kekaisaran Romawi bernama Decius. Dikarenakan menemui penindasan dan tindakan sewenang-wenang, sekelompok orang muda ini memperingatkan kaumnya berkali-kali untuk tidak meninggalkan agama Allah. Ketidakacuhan dari kaumnya terhadap pesan-pesan tersebut dijawab dengan peningkatan penindasan oleh pihak kekaisaran dan mereka diancam untuk dibunuh, hal ini mengakibatkan mereka untuk meninggalkan rumah mereka (berlilndung).

Sebagaimana dikabarkan oleh catatan sejarah, pada saat itu, banyak kekaisaran yang melaksanakan kebijakan teror secara meluas, penindasan dan tindakan sewenang-wenang terhadap mereka yang percaya kepada agama Kristen dalam bentuk dan asalnya yang murni.

Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Gubernur Romawi Pilinius (69-113 M) yang berada di Barat Laut Anatolia kepada Kaisar Trayanus, ia menghubungkannya dengan “orang-orang Messiah (Kristen) yang dihukum karena mereka menolak untuk menyembah patung dari sang kaisar”. Surat ini adalah salah satu dokumen terpenting yang berkaitan dengan penindasan yang menimpa orang-orang Kristen pada masa awalnya. Berada dalam situasi seperti ini, maka orang-orang muda ini yang diperintahkan untuk tunduk kepada system yang non-agama dan untuk menyembah seorang kaisar sebagai tuhan selain Allah, merekapun tidak menerima hal ini dan mengatakan :

dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalu demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?.(QS Al Kahfi 14-15).

Dengan memperhatikan daerah dimana Para Penghuni Gua hidup, terdapat beberapa pandangan yang berbeda. Yang paling bisa diterima dengan akal daerah ini adalah Ephesus dan Tarsus.

Hampir semua sumber dari agama Kristen menunjukkan Ephesus adalah tempat dari Gua dimana orang-orang muda yang beriman ini berlindung. Beberapa peneliti Muslim dan pengamat Al Qur’an setuju dengan pendapat kaum Kristen tentang Ephesus. Beberapa yang lainnya menerangkan dengan terperinci bahwa tempat tersebut bukanlah Ephesus, dan kemudian berusaha untuk membuktikan bahwa kejadian tersebut terjadi di Tarsus. Dalam penelitian ini, kedua alternatif ini akan dibahas. Lagipula, semua peneliti dan pengamat – termasuk kalangan Kristen – mengatkan bahwa kejadian tersebut terjadi pada masa Kekaisaan Romawi Decius ( yang juga disebut dengan Decianus) sekitar 250 M.

Decius bersama dengan Nero dikenal sebagai Kaisar Romawi yang sangatlah sering menyiksa kaum Kristen. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, ia mengesahkan sebuah hukum yang memaksa semua orang yang berada di bawah kekuasaannya untuk melakukan sebuah pengorbanan terhadap dewa-dewa Roawi. Seiap orang diwajibkan untuk melakukan pengorbanan terhadap dewadewa ini dan mereka harus mampu menunjukkan surat sertifikat yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan pengorbanan tersebut yang harus mereka tunjukkan kepada petugas pemerintahan. Bagi mereka yang tidak mematuhinya akan dibunuh. Dalam sumber-sumber Kristen hal ini dikatakan bahwa sebagian besar dari kaum Kristen menolak perilaku musyrik ini dan melarikan diri dari “satu kota ke kota lain” atau bersembunyi di tempat rahasia. Para Penghuni gua kemungkinan besar adalah salah satu kelompok diantara para kaum Kristen awal ini.

Namun demikian ada satu hal yang harus ditekankan disini; topik ini telah diceritakan dalam sebuah cerita (perilaku) oleh banyak ahli sejarah dan pengamat Islam dan Kristen, dan akhirnya berubah menjdi sebuah legenda sebagai hasil dari penambahan-penambahan yang penuh dengan kepalsuan dan cerita mulut ke mulut. Namun demikian, kejadian ini adalah benar-benar merupakan kenyataan sejarah yang tidak apat diingkari.

Adakah Para Penghuni Gua berada di Ephesus
Sebagaimana diketahui kota dimana orang-orang muda ini hidup dan gua dimana mereka berlindung, beberapa tempat diindikasikan dalam berbagai sumber yang berbeda. Alasan utama untuk alasan ini adalah : orang-orang ingin percaya bahwa sebuah keteguhan hati dan keberanian dari orangorag yang hidup dikotanya dan banyaknya kesamaan antara gua-gua yang ada di daerah tersebut.Sebagai contoh, hampir di semua tempat ini terdapat tempat untuk menyembah dikatakan dibangun diatas gua-gua.

Sebagaimana dikenal luas, Ephesus diterima sebagai sebuah tempat suci bagi orang Kristen, karena dikota tersebut terdapat sebuah rumah yang dikatakan menjadi milik Perawan Maria dan yang kemudian berubah menjadi sebuah gereja. Jadi sangatlah mungkin bahwa Para Penghuni Gua pernah hidup disalah datu diantara tempat-tempat suci tersebut. Beberapa sumber Kristen bahkan menegaskan bahwa tempatnya adalah disini.

Sumber tertua yang berkaitan dengan hal ini adalah dari seorang pendeta Syria bernama James dari Saruc ( lahir 452 M). Ahli sejarah terkemuka Gibbon telah banyak mengutip dari penelitian James dalam bukunya yang berjudul The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemunduran dan runtuhnya Kekaisaan Romawi). Berdasarkan buku ini, Kaisar yang melakukan penyiksaan tujuh pemuda pemeluk agama Kristen dan memamksa mereka untuk bersembunyi di dalam gua adalah kaisar Decius. Decius berkuasa di Kekaisaan Romawi antara 249-251 M dan masa pemerinahannya dikenal luas terhadap penyiksaan yang dilakukan terhadap para pengikut Nabi Isa (Jesus). Menurut para pengamat Islam, daerah dimana kejadian tersebut terjadi adalah “Aphesus” atau juga “Aphesos”. Menurut Gibbon nama dari tempat ini adalah Ephesus. Terletak di pantai Barat Anatolia, kota ini adalah salah satu pelabuhan dan kota terbesar dari kekaisaran Romawi. Saat ini reruntuhan dari kota ini dikenal sebagai “Kota Antik Ephesus”.

Nama dari kaisar yang memerintah dalam masa ketika para Penghuni Gua dibangunkan dari tidur mereka yang panjang adalah Tezusius menurut para peneliti Muslim, dan menurut Gibon adalah Theodosius II menurut Gibbons. Kekaisaran ini berkuasa antra 408-450 M, setelah kekaisaran Romawi berubah memeluk agama Kristen.

Menurut ayat dibawah ini, dalam beberapa komentarnya dikatakan bahwa pintu masuk dari gua mengarah ke Utara sehingga sinar matahari tidak bisa menembus ke alam gua. Dengan demikian seseorang yang melewati gua tersebut tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada didalamnya. Ayat Al Qur’an yang berkaian dengan hal ini mengatakan :

Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari anda-tanda (kebesaran) Allah.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.( QS Al Kahfi: 17)






Ahli Arkeologis Dr. Musa Baran menunjuk Ephesus sebagai tempat dimana sekelompok orang muda yang beriman ini hidup, dalam bukunya yang berjudul “Ephesus” dia menambahkan : Di tahun 250 SM, tujuh orang pemuda yang idup di Ephesus memilih untuk memeluk agama Kristen dan menolak penyembahan terhadap berhala . Mencoba untuk mencari jalan keluar, sekelompok pemuda ini menemukan sebuah gua yang berada di sebelah Timur lereng gunung Pion. Tentara Romawi yang melihat ini dan merekapun membangun dinding di pintu gua tersebuti.

Saat ini, telah diketahi bahwa diatas reruntuhan tua dan kuburan ini banyak didirikan bangunan religius. Penggalian yang dilakukan oleh Institut Arkrologi Austria di ahun 1926 mengungkapkan bahwa reruntuhan yang ditemukan di lereng Timur dari gunung Pion merupakan sebuah bangunan yang didirikan untuk kepentingan Para Penghuni Gua di pertengahan abad 7 (selama masa kepemimpinan Theodosius II)ii.

Apakah Para Penghuni Gua ada di Tarsus ?.
Tempat kedua yang diajukan sebagai tempat dinama Penghuni Gua pernah hidup adalah Tarsus. Ternyata memang benar terdapat sebuah gua yang mirip dengan gua yang disebutkan dalam Al Qur’an yang terletak di sebuah gunung dikenal bail sebagai Encilus atau Bencilus yang terletak di Barat Laut Tarsus.

Pendapat yang menyatakan bahwa Tarsus adalah tempat yang tepat adalah pandangan dari banyak ilmuwan Islam. Satu dari salah seorang ahli tafsir terkemuka Al Qur’an, at-Tabari menetapkan bahwa nama gunung dimana gua tersebut berada adalah “Bencilus”dalam bukunya yang berjuful “Tarikh al-Umam, dan ditambahkan bahwa gunung ini terletak di Tarsusiii.
 Gua di Tarsus yang diduga merupakan gua yang dihuni para Penghuni Gua.

Ahli Tafsir Al Qur’an lain bernama Muhammad Emin menyatakan bahwa nama dari gunung tersebut adalah “Pencilus” yang ada di Tarsus, yang kadang-kadang diucapkan sebagai “Encilus”. Menurutnya perbeaan huruf disebabkan perbedaan pengucapan huruf “B” atau oleh hilangnya huruf dari kata aslinya yang hal ini disebut dengan “historical word abrasion/ abrasi kata-kata sejarah)”iv.

Fakhrudin ar-Razi seorang ulama al-Qur’an terkenal yang lain, menerangkan dalam penelitiannya bahwa : Meskipun tempat ini disebut dengan Ephesus, maksud dasarnya untuk mengatakan Tarsus disini, sebab Ephesus hanyalah nama lain dari Tarsus”v.

Sebagai tambahan dalam tafsir Qadi al-Baidlawi dan an-Nasafi, dalam tafsir al-Jalalain dan dalam at-Tibyan, dalam komentar-komentar dari Elmali dan O. Nasuhi Bilmen, dan banyak ilmuwan/ulama lainnya, tempat ini ditunjuk sebagai “Tarsus”. Disamping itu kesemua ahli tafsir ini menerangkan bahwa kalimat dalam ayat 17, “ matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri” dengan mengatakan bahwa mulut gua di pegunungan terlihat ke arah Utaravi.

Penghuni Gua menjadi subjek perhatian dan juga pada masa kekaisran Turki Usmani dan banyak peneliti yang melakukan penelitian atas hal ini. Mereka mengadakan korespondensi dan pertukaran informasi tentang hal ini dalam arsip perdana Menteri Turki Usmani. Sebagai contoh dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada Penguasa Perbendharaan Negeri Turki Usmani oleh pemerintah local Trasus, terdapat sebuah permintaan resmi dan lampiran yang menyebutkan permintaan mereka untuk memberikan upah kepada orang-orang yang berurusan dengan pembersihan dan pemeliharaan gua Ashab al-Kahfi (Para Penghuni Gua). Dalam jawaban terhadap surat ini menyatakan bahwa agar gaji itu bisa dibayarkan pada para pekerja dengan diambilkan dari perbendaharaan negara, perlu untuk mengatahui apakah tempat ini adalah benar-benar merupakan tempat dimana Para Penghuni Gua pernah berada. Penelitian yang dilakukan untuk tujuan ini sangatlah berguna dalam penentuan letak sebenarnya dari gua tersebut.

Dalam sebuah laporan yang dipersiapkan setelah melakukan penyelidikan yang dilakukan oleh Dewan Nasional, dikatakan bahwa : “ Disebelah Utara Tarsus, yaitu propinsi Adana terdapat sebuah gua di gunung, dua jam dari Tarsus dan mulut gua tersebut nampak mengarah ke Utara sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an”vii.

Perdebatan yang berkembang atas siapa para Penghuni Gua, dimana dan kapan mereka hidup, selalu mengarahkan pihak berwenang untuk mengadakan penelitian terhaap hal ini dan banyak komentar dibuat atas hal ini. Namun belum satupun komentar-komentar ini yang dapat dipertimbangkan kebenarannya, sehingga pertanyataan seperti ; pada masa yang manakah pemuda yang beriman ini hidup dan dimanakah gua yang disebutkan dalam ayat Al Qur’an, sampai sat ini tetaplah tanpa jawaban yang mendasar.



Kesimpulan
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita )oleh orang-orang yang sebelum mereka?. Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah dating kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah tidak sekali-kali berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. (QS ar Rum 9).

Semua kaum yang telah kita pelajari sampai dengan sekarang, mempunyai beberapa sifat-sifat yang umum seperti : melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Allah, menyekutukan Allah dengan yang lain, berlaku sombong di muka bumi, dengan sewenang-wenang menguasai tanah milik orang lain, cenderung terhadap perilaku seksual yang menyimpang dan angkara murka. Kesamaan umum ciri-ciri yang mereka miliki adalah penindasan dan ketidakadilan mereka terhadap kaum Muslim. Mereka mencoba dengan setiap cara untuk menakut-nakuti kaum Muslim.

Tujuan dari peringatan-peringatan yang terdapat dalam Al Qur’an tentu saja tidaklah hanya untuk memberikan berbagai pelajaran sejarah. Al Qur’an menyatakan bahwa cerita-cerita tentang para nabi diceritakan hanya untuk memberikan sebuah “permisalan”. Para Nabi yang telah terlebih dahulu meninggal haruslah membawa mereka yang datang setelah mereka ke jalan yang benar :

Maka tidaklah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa banyaknya Kami
membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat
tinggal umat-umat itu?. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang
yang berakal. (QS Thaha 128).

Jika kita menyadari semua ini merupakan “contoh-contoh/petunjuk” maka kita dapat melihat bahwa sebagain dari masyarakat kita tidak lebih baik, dalam hal kemerosotan moral dan pelanggaran dibandingkan dengan kaum-kaum yang dibinasakan dan yang disebutkan dalam kisah-kisah ini.

Sebagai contoh, sebagian besar masyarakat saat ini mempunyai jumlah pelaku sodomi dan homoseksual yang sangat banyak yang mengingatkan kita kepada “kaum Lut”. Homoseksual, melakukan pesta seks dengan “para pemuka dari suatu masyarakat”,mempertontonkan segala macam penyimpangan seksual mengalahkan rekan-rekan mereka di Sodom dan Gomorrah. Khususnya sekelompok orang dari mereka yang hidup dikota-kota besar di dunia yang telah “berkembang lebih lanjut” daripada mereka yang ada di Pompeii.

Semua kaum yang telah kita pelajari diatas, mereka telah dibinasakan melalui berbagai macam bencana alam seperti gempa bumi, badai, banjir dan sebagainya. Sama halnya, kaum-kaum yang tersesat dan berani melakukan tindakan pelanggaran seperti halnya orang-orang di masa lalu, juga akan dihukum dengan cara yang sama.

Seharusnya tidak kita lupakan bahwa Allah akan menghukum siapapun orang ataupun bangsa bila Ia berkehendak. Atau Ia akan membiarkan brangsiapa yang Ia ingini untuk tetap hidup biasa di dunia ini (meskipun mereka mengingkari ajaranNya- pen) namun menghukumnya di alam (akhirat) nanti. Al Qur’an menyatakan :

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka
ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada ditimpa dengan
suara yang keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam
bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS Al
Ankabut 40)

Al Qur’an juga menceritakan tentang seorang penganut yang berasal dari keluarga Fir’aun dan hidup dalam masa nabi Musa, namun yang menyembunyikan keimanannya. Ia berkata kepada kaumnya

“Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) Seperti keadaan kaum Nuh, Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hambaNya.

Hai kaumku , sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggilmemanggil.
(yaitu) Hari ketika kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu yang
menyelamatkan kamu dari (azab) Allah , dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada
baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk. QS . Al-Mukmin: 30-33)

Semua Nabi dan Rasul memperingatkan kaumnya, menunjukan kepada mereka tentang Hari Pembalasan/Kiamat dan mencoba membuat mereka takut akan azab dari Allah, sebagaimana yang dilakukan pengikut yang menyembunyikan kepercayaannya ini. Kehidupan dari semua Nabi dan pembawa risalah dikirimkan untuk menerangkan hal-hal ini kepada kaum mereka berulang-ulang kali. Namun demikian, kebanyakan dari kaum dimana mereka diutus menuduh mereka sebagai penuh dengan kebohongan, memperoleh keuntungan materi atau mencoba untuk memaksakan keunggulannya atas mereka dan merekapun melanjutkan melakukan system mereka sendiri tanpa memikirkan apa yang tekah dikatakan para nabi kepada mereka atau tanpa mempertanyakan perbuatan mereka. Banyak diantara mereka yang telah bertindak terlalu jauh dan mencoba untuk membunuh atau mengusir para pengikut nabi. Jumlah orang-orang yang percaya dan patuh, seringkali sangat sedikit. Namun bagaimanapun juga dalam kasus masyarakat-masyarakat yang pengingkaran, Allah senantiasa hanya menyelamatkan para Nabi dan pengikut-pengikutnya.

Meskipun ribuan tahun telah berlalu, dan terjadi berbagai perubahan dalam tempat, perilaku, teknologi dan peradaban, namun belum banyak yang telah berubah dalam struktur sosial dan system dari mereka yang tidak percaya yang telah disebutkan di atas. Sebagaimana telah ditekankan diatas, sejumlah tertentu dari suatu masyarakat dimana kita hidup memiliki semua sifat-sifat corrupt dari kaum-kaum yang disebutkan dalam Al Qur’an. Seperti halnya KaumThamud sebagai tolok ukurnya, saat ini juga terdapat sejumlah besar pemalsu dan penipu. Keberadaan “komunitas homoseksual” yang dipertahankan kapan saja bila perbuatan itu muncul, dan para anggotanya yang tidak berkurang sebagaimana kaum Lut dalam perilaku penyimpangan seksual yang telah mencapai puncaknya. Sejumlah besar dari masyarakat berlaku sebagaimana kaum Saba yang tidak bersyukur dan dan ingkar, tidak bersyukur atas kekayan yang dianugerahkan kepada mereka sebagimana halnya kaum Iram, ketidakpatuhan dan penghinaan terhadap para penganut sebagaimana kaum Nuh dan ketidakacuhan terhadap keadilan social
sebagaimana halnya kaum ‘Ad.

Dari sini terdapat tanda-tanda yang sangat jelas ….
Kita harus selalu mencamkan dalam pikian kira bahwa bagaimanapun perbedaan yang dating dari berbagai masyarakat atau bagaimanapun tinggi tingkat teknologi,hal ini tidak ada artinya sama sekali. Tidak ada satupun dari hal ini yang mampu menyelamatkan seseorang dari hukuman dan azab Allah. Al Qur’an mengingatkan kita atas semua kenyataan ini :

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita )oleh orang-orang yang sebelum mereka?. Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah dating kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah tidak sekali-kali berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.(QS ar Rum 9).

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS Al Baqoroh 32 )

_______________________________________________
i Musa Baran, Eves, pp.23-24
ii L. Massignon, Opera Minora, v.III, pp.104-108
iii At-Tabari, Tarikh al-Umam
iv Muhammed Emin
v Fakhruddin ar-Razi
vi From the Commentaries of Qadi al-Baidawi, an-Nasafi, al-Jalalayn and at-Tibyan, also Elmalili, Nasuhi
Bilmen
vii Ahmet Akgunduz, Tarsus ve Tarihi ve Ashab-i Kehf (Ahmet Akgunduz, Tarsus and History and the
Companions of the Cave)

sumber : ais@agus-haris.net

read more

Negeri-negeri yang Telah Dibinasakan Bagian Ke-8

0 comments


Nabi Sulaiman dan Ratu Saba

Dikatakan kepadanya : “ Masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya”. Berkatalah Sulaiman : “ Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca” Berkatalah Balqis :”Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.“(QS An Naml 44)

Catatan sejarah mengungkapkan pertemuan antara Sulaiman dengan Ratu Saba berdasarkan penelitian yang dilakukan negeri tua Saba di Yaman Selatan. Penelitian yang dilakukan terhadap reruntuhan mengungkapkan bahwa seorang “ratu” yang pernah berada di kawasan ini hidup antara 1000 s/d 950 SM dan melakukanperjalanan ke Utara ( ke Jerusalem).

Keterangan lebih terperinci tentang apa yang terjadi diantara dua orang penguasa, kekuatan ekonomi dan politik dari dua negara ini, pemerintahan mereka dan hal lain yang lebih terperinci semuanya diterangkan dalam Surat An Naml. Kisah yang meliputi sebagian besar surat An Naml, memulai keterangannya tentang ratu Saba berdasarkan berita yang dibawa oleh seekor burung Hud, salah satu tentara nabi Sulaiman kepadanya :

Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata;”Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.

Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

Allah, tiada Tuhan Yang Disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai Ársy yang besar”. Berkata Sulaiman :”Akan kami lihat, apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” ( QS An Naml 22-27).

Setelah menerima berita dari burung hud ini, Sulaimanpun memberikan perintah sebagai berikut :

Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka kemudian
berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”.(QS. An Naml: 28).

Setelah ini, al-Qur’an mengemukakan kejadian yang berkembang setelah Ratu Saba menerima
surat tersebut:

Berkata ia (Balqis) : “Hai pembesar-pembesar, sesunguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat ini dari Sulaiman dan sesungguhnya (isinya):
“Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.

Berkata dia (Balqis) ; “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)”. Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”.

Dia berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan dan demikian pulalah apa yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirimkan utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah dan (aku akan) menunggu apa yang dibawa kembali oleh utusan-utusanku itu.

Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaimanpun berkata: Äpakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan oleh Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

Kembalilah mereka sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina”.

Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar siapakah diantara kamu sekalian yang sanggp membawa singgasananya kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin:”Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab:”Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana tersebut terletak dihadapannya, iapun berkata :Ïni termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni’mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

Dia berkata: “Robahlah baginya singgasananya; maka kia akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenali(nya)”. Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?”. Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”.

Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya ( untuk melahirkan ke- Islamannya), karena sesungguhnya ia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakanlah kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya”. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dai kaca”. Berkatalah Balqis: Ÿa, Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.(QS An Naml 29-44).
 
Ratu Saba sangatlah terkesan ketika ia melihat istana Sulaiman dan ia berserah diri kepada Allah bersama Sulaiman.
Sebuah peta yang menunjukkan dua buah jalur perjalanan ratu Saba.


Istana Sulaiman
Dalam surat dan ayat yang menerangkan tentang ratu Saba, Nabi Sulaiman juga disebutkan. Dalam Al Qurán diceritakan bahwa Sulaiman mempunyai kerajaan serta istana yang mengagumkan dan banyak perincian lain yang diberikan.

Berdasarkan ini, Sulaiman dapatlah dikatakan memiliki teknologi yang maju dimasanya. Di istananya terdapat berbagai karya seni dan benda-benda berharga, yang mengesankan bagi semua yang menyaksikanya. Pintu gerbang istana terbuat dari gelas. Penyebutan Al Qurán dan akibatnya terhadap ratu Saba disebutkan dalam ayat berikut :

Dikatakanlah kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya”. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dai kaca”. Berkatalah Balqis: Ÿa, Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.(QS An Naml 44).

Istana Nabi Sulaiman disebut dengan “Solomon Temple/Kuil Sulaiman” dalam literatur bangsa Yahudi. Saät ini, hanya “Tembok sebelah Barat” yang tersisa dari bangunan kuil atau istana yang masih berdiri, dan pada saat yang bersamaan tempat ini dinamakan “Tembok Ratapan/Wailing Wall”oleh orang Yahudi. Alasan mengapa istana ini, sebagaimana banyak tempat lain yang berada di Jerusalem kemudian dihancurkan adalah dikarenakan tindakan jahat serta kesombongan dari bangsa Yahudi. Hal ini diberitahukan oleh Al Qurán sebagai berikut :

Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan mukamuka
kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (QS al Isra 4-7).

Seluruh kaum yang disebutkan dalam bab-bab terdahulu patut mendapatkan hukuman karena pemberontakan mereka dan ketidak bersyukuran mereka atas karunia Allah, dan makanya merekapun ditimpa bencana. Setelah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa negara dan wilayah, dan akhirnya menemukan sebah rumah di tanah suci pada masa Sulaiman, bangsa Yahudi sekali lagi dihancurkan karena perilaku mereka yang diluar batas, dan karena tindakan mereka yang merusak dan membangkang. Yahudi modern yang telah menetap di daerah yang sama dengan daerah dimasa lalu, kembali menyebabkan kerusakan dan ”berbesar hati dengan kesombongan yang luar biasa” sebagaimana mereka lakukan sebelum peringatan yang pertama.






sumber : ais@agus-haris.net
read more

| Guru Madrasah Blog © 2013. All Rights Reserved | Template Style by My Blogger Tricks .com | Edited by Abdul Hanan | Back To Top |