Showing posts with label Artis Religi. Show all posts
Showing posts with label Artis Religi. Show all posts

Monday, July 29, 2013

BIOGRAPHY “SNADA”

0 comments

Snada mulai dikenal luas sejak lagunya Neo Shalawat dan Jagalah Hati booming di awal tahun 2000an. Grup religi beraliran accapella ini pun menjadi ikon nasyid masa kini dengan belasan album yang telah dirilis. Kelompok yang mendapatkan namanya dari seorang kyai kondang, KH. Toto Tasmara ini menjadi ikon nasyid Indonesia. SNADA memberikan jalan dan menjadi pioneer bagi tim-tim nasyid muda yang bermunculan secara cepat dan mengagumkan di seluruh pelosok nusantara. Merekalah kelompok nasyid pertama yang membawa nasyid ke sekolah, kampus, hotel, perhelatan pernikahan, konferensi, dan event lokal, nasional, regional, dan bahkan internasional.
Sejak dirintis tahun 1991 oleh Agus Idwar Jumhadi (Iid), Erwin Yahya (Ewink), dan M. Lukman Nunasyim (Lukman), SNADA telah membuat beragam kejutan. Snada terbentuk saat Erwin, Lukman, dan Agus sering nongkrong bareng di salah satu musala kampus pada tahun 1991. Mereka bertiga dulu teman satu kampus di FISIP UI (Universitas Indonesia). Dari situlah mereka membentuk kelompok vokal lagu-lagu religius. Saat itu, aliran musik nasyid belum begitu populer. Waktu awal pembentukan group, mereka masih memakai nama Trio APS (Trio Administrasi Perkantoran dan Sekretari). Mereka pertama kali mengikuti acara Musikalisasi Puisi dan Nasyid. Hal itu mendorong Erwin, Lukman, dan Agus bikin kelompok nasyid. Pembentukan kelompok ini juga didorong oleh persoalan Palestina pada masa itu.
Nama Snada sendiri didapat dari penceramah agama KH. Toto Tasmara. Pada masa itu, Trio APS sering mengikuti pengajian yang beliau adakan. Nah, suatu saat mereka datang dan berniat menyumbangkan nyanyi nasyid. Setelah melihat penampilan mereka yang cukup memikat, beliau memberi nama kelompok Snada, kepanjangan dari Senandung Nasyid dan Dakwah. Sejak itu pula nama Trio APS pun berubah menjadi Snada.
Bermula dari teknik bernasyid membagi suara, sambil berdiri, dan menghadap penonton. SNADA memberikan kejutan bagi blantika pernasyidan saat itu, dimana semua orang bernasyid dengan cara duduk, tanpa membagi suara, tiada unsur entertainment, dan monoton. Masuknya personil keempat, Alamsyah (Isa) tahun 1992, membuat kelompok ini lengkap dengan 4 suara.

Masuknya Alamsyah Agus (Aal) dan M. Iqbal Taqiudin (Iqbal) melengkapi rumusan nasyid mereka sehingga seperti Boyz 2 Men pada saat itu. Iqbal yang mantan juara di berbagai festival lagu seperti Cipta Pesona Bintang dan Voice of Asia, membuat penampilan SNADA semakin kinclong pada masa itu.

Kepergian Isa di tahun 1995 karena kesibukan dan visi yang berbeda serta masuknya dua personil baru, Ikhsan Nur Ramadhan (Ikhsan) di bulan Maret 1999 yang notabene mualaf dan Teddy Tardiana Tarlanda (Kang Teddy) di bulan Nopember 2000, memberikan kejutan-kejutan lebih dahsyat bagi SNADA sekaligus blantika nasyid yang semakin marak dari tahun ke tahun.

Ikhsan yang mantan pe-‘basist’ dan Teddy yang penyanyi profesional membuat performa SNADA lebih sempurna, penuh ragam ekspresi suara, dan karakter serta kekuatan vokal yang jauh lebih prima. Kemampuan olah suara Teddy melengkapi karakter vokal Iqbal. Terlebih lagi sejak anak-anak muda ini mendapat gemblengan dari Sekolah Farabi— sekolah musik Dwiki Darmawan yang sejak lama sudah memberi support sangat positif terhadap nasyid di Indonesia terutama kepada SNADA.

"Kita membentuk Senada Acapela agar nasyid itu bisa dinikmati oleh semua. Pada awalnya berdirinya, kami ingin semua orang bisa mendengarkan nasyid. Alhamdulillah sekarang misinya ingin mengajak masyarakat kalau ingin bernyanyi, ya bernyanyilah yang baik, yang nasyid-lah," papar Erwin Yahya, pencetus serta pendiri Senada.
Personel Snada berasal dari latar belakang musik yang beragam. Seperti Alamsyah yang pernah mempelajari musik klasik. Sedangkan Teddy dan Iqbal yang cenderung ke arah pop. Iqbal juga pernah mengikuti ajang Asia Bagus dan Cipta Pesona Bintang. Ikhsan, yang menjadi mualaf pada 1999, pernah aktif di paduan suara. Erwin sendiri mengaku lebih menyukai musik jazz dan musik unplugged.
Lagu yang cukup fenomenal yang dibawakan oleh Snada adalah Jagalah Hati yang merupakan lagu dari Aa Gym. Kedekatan Snada dan Aa Gym pun langsung memberi dampak luar biasa, selain karena kualitas Snada yang meamng mumpuni, saat itu Aa Gym juga sedang naik daun sebagai seorang penceramah agama dengan santri yang berjumlah ribuan orang.
Untuk perjalanan Snada sendiri, saat ini telah banyak menghasilkan album dan kaset, yakni : Di Pintu Langit (2006), Buka Mata Hati - CD (2004), Dari Jakarta Ke Kualalumpur - CD (2003), Neo Shalawat - VCD Karaoke dan Neo Shalawat, serta The Best Snada (2007).
Memasuki 21 tahun perjalanan kariernya, Snada telah meraih berbagai penghargaan dalam bidang musik, salah satunya platinum award di Blackboard atas penjualan fantastis mereka di album Neo Shalawat. Pengalaman tampil Snada suda terbilang matang. Hampir seluruh televisi swasta nasional pernah menayangkan penampilan mereka. Bahkan kesuksesannya membawa mereka malang melintang ke mancanegara,  seperti Malaysia, China, Singapura dll.

sumber:http://klikmusikid.tumblr.com/post/35752125396/klik-biography-snada
read more

Sunday, July 28, 2013

Biografi Rhoma Irama

0 comments
biografi, rhoma irama, penyanyi, artisRaden Oma Irama yang populer dengan nama Rhoma Irama lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1946, Pria ‘ningrat’ ini merupakan putra kedua dari empat belas bersaudara, delapan laki-laki dan enam perempuan (delapan saudara kandung, empat saudara seibu dan dua saudara bawaan dari ayah tirinya). Ayahnya, Raden Burdah Anggawirya, seorang komandan gerilyawan Garuda Putih, memberinya nama ‘Irama’ karena bersimpati terhadap grup sandiwara Irama Baru asal Jakarta yang pernah diundangnya untuk menghibur pasukannya di Tasikmalaya. Sebelum pindah ke Tasikmalaya, keluarganya tinggal di Jakarta dan di kota inilah kakaknya, Haji Benny Muharam dilahirkan.

Sebelum pindah ke Tasikmalaya, keluarganya tinggal di Jakarta dan di kota inilah kakaknya, Haji Benny Muharam dilahirkan. Setelah beberapa tahun tinggal di Tasikmalaya, keluarganya termasuk kakaknya, Haji Benny Muharam, dan adik-adiknya, Handi dan Ance, pindah lagi ke Jakarta lalu tinggal di Jalan Cicarawa, Bukit Duri, kemudian pindah ke Bukit Duri Tanjakan. Di sinilah mereka menghabiskan masa remaja sampai tahun 1971 lalu pindah lagi ke Tebet.

Semenjak kecil Rhoma sudah terlihat bakat seninya. Tangisannya terhenti setiap kali ibundanya, Tuti Juariah menyenandungkan lagu-lagu. Masuk kelas nol, ia sudah mulai menyukai lagu. Minatnya pada lagu semakin besar ketika masuk sekolah dasar. Menginjak kelas 2 SD, ia sudah bisa membawakan lagu-lagu Barat dan India dengan baik. Ia suka menyanyikan lagu No Other Love, kesayangan ibunya, dan lagu Mera Bilye Buchariajaya yang dinyanyikan oleh Lata Maagiskar. Selain itu, ia juga menikmati lagu-lagu Timur Tengah yang dinyanyikan Umm Kaltsum.

Bakat musiknya mungkin berasal dari ayahnya yang fasih memainkan seruling dan menyanyikan lagu-lagu Cianjuran, sebuah kesenian khas Sunda. Selain itu, pamannya yang bernama Arifin Ganda suka mengajarinya lagu-lagu Jepang ketika Rhoma masih kecil. Pengalamannya menyanyikan lagu-lagu India sewaktu masih sekolah dasar, lagu-lagu pop dan rock Barat hingga akhir 1960-an lalu beralih ke musik Melayu, menjadikan lagu dan musik yang dibawakannya di atas panggung lebih dinamis, melodis dan menarik.

Karena usia Rhoma dengan kakaknya Benny tidak berbeda jauh, mereka selalu kompak dan pergi berdua-duaan. Berbeda dengan kakaknya yang lebih sering malas ikut mengaji di surau atau rumah kyai, Rhoma selalu mengikuti pengajian dengan tekun. Setiap kali ayah ibunya bertanya apakah kakaknya ikut mengaji, Rhoma selalu menjawab ya. Ke sekolahpun mereka berangkat bersama-sama. Dengan berboncengan sepeda, keduanya berangkat dan pulang ke sekolah di SD Kibono, Manggarai.

Di bangku SD, bakat menyanyi Rhoma semakin kelihatan. Rhoma adalah murid yang paling rajin bila disuruh maju ke depan kelas untuk menyanyi. Dan uniknya, Rhoma tidak sama dengan murid-murid lain yang suka malu-malu di depan kelas. Rhoma menyanyi dengan suara keras hingga terdengar sampai ke kelas-kelas lain. Perhatian murid-murid semakin besar karena Rhoma tidak menyanyikan lagu anak-anak atau lagu kebangsaan, melainkan lagu-lagu India.

Bakatnya sebagai penyanyi mendapat perhatian penyanyi senior, Bing Slamet karena melihat penampilan Rhoma yang mengesankan ketika menyanyikan sebuah lagu Barat dalam acara pesta di sekolahnya. Suatu hari ketika Rhoma masih duduk di kelas 4, Bing membawanya tampil dalam sebuah show di Gedung SBKA (Serikat Buruh Kereta Api) di Manggarai. Ini merupakan pengalaman yang membanggakan bagi Rhoma.

Sejak itu, meski belum berpikir untuk menjadi penyanyi, Rhoma sudah tidak terpisahkan lagi dari musik. Dengan usaha sendiri, ia belajar memainkan gitar hingga mahir. Karena saking tergila-gilanya dengan gitar, Rhoma sering membuat ibunya marah besar. Setiap kali ia pulang sekolah, yang pertama dia cari adalah gitar. Begitu pula setiap kali ia keluar rumah, gitar hampir selalu ia bawa.

Pernah suatu kali, ibunya menyuruh Rhoma menjaga adiknya, tetapi Rhoma lebih suka memilih bermain gitar. Akibat ulahnya itu, ibunya merampas gitarnya lalu melemparkannya ke arah pohon jambu hingga pecah. Kejadian itu membuat sedih Rhoma karena gitar adalah teman nomor satu baginya.

Dalam perkembangannya dalam mendalami musik, Rhoma mulai menyadari bahwa meskipun ayah dan ibunya – pasangan berdarah ningrat – adalah penggemar musik, mereka tetap menganggap dunia musik bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan atau dijadikan sebuah profesi. Ibunya sering meneriakkan ‘berisik’ setiap kali ia menyanyi dan beranggapan bahwa musik akan menghambat sekolahnya. Kenyataan ini membuat bakat musik Rhoma justru semakin berkembang dari luar rumah karena di dalam rumah ia kurang mendapat dukungan.

Sewaktu Rhoma masih kelas 5 SD tahun 1958, ayahnya meninggal dunia. Sang ayah meninggalkan delapan anak, yaitu, Benny, Rhoma, Handi, Ance, Dedi, Eni, Herry, dan Yayang. Ketika kakaknya, Benny masih duduk di kelas 1 SMP, ibunya menikah lagi dengan seorang perwira ABRI, Raden Soma Wijaya, yang masih ada hubungan famili dan juga berdarah ningrat. Ayah tirinya ini membawa dua anak dari istrinya yang terdahulu dan setelah menikah dengan Ibu Rhoma, sang ibu melahirkan dua anak lagi.

biografi, rhoma irama, penyanyi, artis
Ketika ayah kandungnya masih hidup, suasana di rumahnya feodal. Sehari-hari ayah dan ibunya berbicara dengan bahasa Belanda. Segalanya harus serba teratur dan menggunakan tata krama tertentu. Para pembantu harus memanggil anak-anak dengan sebutan Den (raden). Anak-anak harus tidur siang dan makan bersama-sama. Ayahnya juga tak segan-segan menghukum mereka dengan pukulan jika dianggap melakukan kesalahan, misalnya bermain hujan atau membolos sekolah.

Keadaan keluarga Rhoma di Tebet waktu itu memang tergolong cukup kaya bila dibandingkan dengan masyarakat sekitar. Rumahnya mentereng dan mereka memiliki beberapa mobil seperti Impala, mobil yang tergolong mewah di zaman itu. Rhoma juga selalu berpakaian bagus dan mahal.

Namun, suasana feodal itu tidak lagi kental setelah ayah tiri-nya hadir di tengah-tengah keluarga mereka. Bahkan dari ayah tiri inilah, di samping pamannya, Rhoma mendapat ‘angin’ untuk menyalurkan bakat musiknya. Secara bertahap ayah tirinya membelikan alat-alat musik akustik berupa gitar, bongo, dan sebagainya.

Dunia Rhoma di masa kanak-kanak rupanya bukan hanya dunia musik. Rhoma juga suka adu jotos dengan anak-anak lain. Lingkungan pergaulannya ketika itu tergolong keras. Anak-anak saat itu cenderung mengelompok dalam geng, dan satu geng dengan geng lainnya saling bermusuhan, atau setidaknya saling bersaing. Dengan demikian, perkelahian antar geng sering tak terhindarkan.

Di Bukitduri tempat tinggalnya, hampir setiap kampung di daerah itu terdapat geng (kelompok anak muda). Di Bukitduri ada BBC (Bukit Duri Boys Club), di Kenari ada Kenari Boys, Cobra Boys, dan sebagainya. Dari Bukitduri Puteran, dan dari Manggarai banyak anak muda yang bergabung dengan Geng Cobra. Geng-geng ini saling bermusuhan sehingga keributan selalu hampir terjadi setiap kali mereka bertemu.

Satu hal yang cukup menonjol pada diri Rhoma adalah teman-temannya hampir selalu menjadikan Rhoma sebagai pemimpin. Tentu saja, bila gengnya bentrok dengan geng lain, Rhomalah yang diharapkan tampil paling depan, untuk berkelahi. Meskipun pernah menang beberapa kali, Rhoma juga sering mengalami babak belur, bahkan pernah luka cukup parah karena dikeroyok 15 anak di daerah Megaria.

Ketika ia masuk SMP, tempat-tempat berlatih silat semakin marak. Tetapi, bagi Rhoma, ilmu bela diri nasional ini tidaklah asing, karena sejak kecil ia sudah mendapat latihan dari ayahnya dan beberapa guru silat lainnya. Rhoma pernah belajar silat Cingkrik (paduan silat Betawi dan Cimande) pada Pak Rohimin di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Rhoma juga pernah belajar silat Sigundel di Jalan talang, selain beberapa ilmu silat yang lain. Bila terjadi perkelahian antar geng, para anggota geng saling menjajal ilmu silat yang telah mereka pelajari.

Karena kebandelannya itulah maka Rhoma beberapa kali harus tinggal kelas, sehingga karena malu maka ia acapkali berpindah sekolah. Kelas Tiga SMP dijalaninya di Medan. Ketika itu ia dititipkan di rumah pamannya. Tapi, tak berapa lama kemudian ia sudah pindah lagi ke SMP Negeri XV Jakarta.

Kenakalan Rhoma terus berlanjut hingga bangku SMA. Sewaktu bersekolah di SMA Negeri VIII Jakarta, ia pernah kabur dari kelas lewat jendela karena ingin bermain musik dengan teman-temannya yang sudah menunggunya di luar. Kegandrungannya pada musik dan berkelahi di luar dan dalam sekolah membuatnya acapkali keluar masuk sekolah SMA. Selain di SMA Negeri VIII Jakarta, ia juga pernah tercatat sebagai siswa di SMA PSKD Jakarta, St Joseph di Solo, dan akhirnya ia menetap di SMA 17 Agustus Tebet, Jakarta, tak jauh dari rumahnya.

Di masa SMA lah Rhoma sempat melewati masa-masa sangat pahit. Ia terpaksa menjadi pengamen di jalanan Kota Solo. Di sana dia ditampung di rumah seorang pengamen bernama Mas Gito. Sebenarnya, sebelum ‘terdampar’ di Solo, ia berniat hendak belajar agama di Pesantren Tebuireng Jombang. Namun, karena tidak membeli karcis, Rhoma, Benny kakaknya, dan tiga orang temannya, Daeng, Umar, dan Haris harus main kucing-kucingan dengan kondektur selama dalam perjalanan. Daripada terus gelisah karena takut ketahuan lalu diturunkan di tempat sepi, mereka akhirnya memilih turun di Stasiun Tugu Jogja. Dari Jogja, mereka naik kereta lagi menuju Solo.

Di Solo, Rhoma melanjutkan sekolahnya di SMA St. Joseph. Biaya sekolah diperolehnya dari mengamen dan menjual beberapa potong pakaian yang dibawanya dari Jakarta. Namun, karena di Solo sekolahnya tidak lulus, Rhoma harus pulang ke Jakarta dan melanjutkan sekolah di SMA 17 Agustus sampai akhirnya lulus tahun 1964. Ia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas 17 Agustus, tapi hanya bertahan satu tahun karena ketertarikan Rhoma kepada dunia musik sudah terlampau besar.

biografi, rhoma irama, penyanyi, artis
Pada tahun tujuh puluhan, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.

Tahun 1972, ia menikahi Veronica yang kemudian memberinya tiga orang anak, Debby (31), Fikri (27) dan Romy (26). Tetapi sayang, Rhoma akhirnya bercerai dengan Veronica bulan Mei 1985 setelah sekitar setahun sebelumnya Rhoma menikahi Ricca Rachim – partner-nya dalam beberapa film seperti Melodi Cinta, Badai di Awal Bahagia, Camellia, Cinta Segitiga, Melodi Cinta, Pengabdian, Pengorbanan, dan Satria Bergitar. Hingga sekarang, Ricca tetap mendampingi Rhoma sebagai istri.

Kesuksesannya di dunia musik dan dunia seni peran membuat Rhoma sempat mendirikan perusahaan film Rhoma Irama Film Production yang berhasil memproduksi film, di antaranya Perjuangan dan Doa (1980) serta Cinta Kembar (1984).

Kini, Rhoma yang biasa dipanggil Pak Haji ini, banyak mengisi waktunya dengan berdakwah baik lewat musik maupun ceramah-ceramah di televisi hingga ke penjuru nusantara. Dengan semangat dan gaya khasnya, Rhoma yang menjadikan grup Soneta sebagai Sound of Moslem terus giat meluaskan syiar agama.

Referensi :

- http://id.wikipedia.org/wiki/Rhoma_Irama
- http://pojokearashi.wordpress.com/2009/04/30/biografi-roma-irama/
- http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-rhoma-irama-sang-raja-dangdut.html
read more

Biografi Opick

0 comments
Biografi Opick - Penyanyi Religi Indonesia
Siapa yang tidak mengenal Opick, seorang penyanyi lagu-lagu religi Islami dan juga seorang pencipta lagu yang banyak digemari di Indonesia, perjuangan hidupnya hingga menjadi penyanyi sangat baik untuk disimak . Opick terlahir dengan nama lengkap Aunur Rofiq Lil Firdaus. Ia dilahirkan dari pasangan Dra. H. Lilik Sholelah dan Abdul Gofur, di Jember, Jawa Timur, 16 Maret 1974. Walaupun Opick kecil dikenal anak bandel, tetapi dalam hal mempelajari agama, ia termasuk anak yang rajin. Dari kedua orangtuanyalah pendidikan agama lebih banyak diperolehnya. Cucu K.H. Abdul Mukti, seorang kiai yang cukup ternama di daerahnya, ini memiliki jiwa mandiri, percaya diri, dan pikiran ke depan. Sebagai anak yang datang dari keluarga sederhana, Opick termasuk anak yang terbiasa menelan kehidupan lingkungan susah sebagaimana umumnya kehidupan di perkampungan.

Kali pertama Opick memahami arti kemandirian, bermula sejak di bangku SD ketika ia harus tinggal di tempat kos agar bisa dekat dengan sekolahnya. Di sinilah sebetulnya jiwa kepemimpinannya tertanam karena segala tindakan dan sikapnya harus diambil sendiri tanpa mengandalkan ibu-bapaknya yang berada jauh dari tempat kosnya. Sikap ini berlanjut hingga di masa remaja. Perasaan minder dengan keadaan yang dijalaninya acapkali ditutupi dengan perilaku-perilaku yang berani dan menunjukkan sikap-sikap yang menarik hati teman sebayanya. Opick berani mengambil sikap melawan arus untuk mempertahankan prinsip dan cita-cita yang dipegangnya. Meskipun begitu, ia dapat diterima oleh kawan sebayanya, bahkan dalam beberapa kesempatan, selalu dijadikan pemimpin oleh teman-temannya.

Sejak SMP, Opick sudah memiliki bakat bernyanyi dan mampu memainkan beberapa alat musik, bahkan mendirikan sebuah band. Perjalanan bermusik Opick dijalani dengan panjang. Namun, tekad dan kerja kerasnya terus tertanam untuk bisa mencapai kesuksesan. Ketika memasuki usia dewasa, Opick tetap memegang teguh prinsip hidupnya. Berbeda dengan ketika ia kecil, pada masa ini Opick lebih berpikir bagaimana mewujudkan cita-citanya, khususnya dalam berkarier di dunia kesenian (musik dan teater). Setelah tamat SMA, ia memutuskan untuk bisa berdomisili di Jakarta dalam mewujudkan cita-citanya.

Dengan modal rekaman lagu dengan alat yang serba terbatas, ia menawarkan lagu-lagunya. Namun, semuanya sia-sia. Tidak ada label yang menerimanya. Pada 1993, awalnya Opick berdomisili di Jakarta, tepatnya di Gang Sawo, Rawamangun. Selain aktif dalam kegiatan warga dan keagamaan serta ramah berbaur dengan lingkungan sekitarnya, Opick ikut kegiatan Komunitas Sawo atau dikenal dengan komunitas teater Bela Studio. Waktu itu, opick sangat bercita-cita bisa bergabung dan aktif di Bengkel Teater yang dipimpin Rendra. Kehidupan Opick di Jakarta di masa-masa itu jauh dari kemapanan. Modal di Jakarta adalah sedikit bakat dalam kesenian khususnya dalam hal musik dan ilmu agama secukupnya. Namun begitu, di lingkungannya ia dikenal sebagai seorang santri. Hal itulah yang membuat greget dalam dirinya. Dia menyesali betapa ia tidak mendalami agama sejak dari dahulu. Dengan itikad itulah, ia terdorong untuk lebih mendalami agama di Jakarta. Besar di lingkungan santri sedari kecil menjadi modal kuat baginya dalam berinteraksi dengan ilmu agamanya.

Hidup sendiri di Jakarta, banyak pengalaman yang opick peroleh, khususnya mengenai hakikat hidup. Sebelum sukses, opick memiliki keyakinan apa yang dibuatnya baik akan menuai kebaikan. Dia teguhkan terus keyakinan ini dalam setiap doanya. Hingga ia akhirnya meyakini bahwa musik sebagai jalan hidupnya. Pengalaman menarik yang dimiliki Opick ialah kebiasaannya bernyanyi di pinggir jalan, di halte bus depan Arion, Rawamangun, Jakarta setiap habis subuh sampai pukul 7 pagi. Kebiasaan aneh ini dijalaninya selama 3 tahun. Alasannya, untuk melatih vokal, mencari inspirasi dari lalu lalangnya kendaraan dan para pengamen, serta meyakinkan diri untuk tetap mempertahankan cita-citanya, yaitu sukses di dunia musik.
Biografi Opick - Penyanyi Religi Indonesia

pada tahun 90-an, Opick memulai karier bermusiknya dengan membentuk sebuah band bernama Timor Band yang beraliran cadas, yang personilnya tak lain dan tak bukan sahabatnya di Jember. Sayang, album Nyanyian Perjalanan yang dirilisnya menuai protes dari banyak pihak karena liriknya menyinggung banyak orang. Kritikan dan masukan pun datang dari berbagai pihak. Karena tak mau menamatkan karier musiknya, Opick harus berpikir panjang untuk mengubah aliran dan penampilannya dalam bermusik. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya sang rocker mulai hijrah. Sorban dan baju koko jadi pilihan dalam tiap aktivitas penampilannya. Opick bisa dibilang satu dari sedikit penyanyi dan komposer lagu yang istiqamah pada karya religi Islami setelah sebelumnya sempat bertarung keberuntungan di jalur musik mainstream rock, tetapi menuai kegagalan. Ternyata, keberuntungan dan keberkahan justru didapatnya di jalur religi.

Buah hijrahnya dari musik cadas yang kontradiktif ke melodi religi tak perlu ditunggu panjang dan berliku. Debut album religi pertamanya, Istighfar, yang digubah pada 2005-an menuai hasil maksimal. Album perdana Opick berhasil meraih dobel platinum dan penjualannya menembus angka satu juta keping. Kesuksesan karier Opick dalam bermusik tak berhenti sampai di situ. Tahun berikutnya, 2006, peluncuran album keduanya, Semesta Bertasbih, pun tak kalah sukses. Bahkan kesuksesan ini disertai dengan peluncuran bukunya yang berjudul Opick, Oase Spiritual dalam Senandung. Bila berbicara soal syair, isi lagu-lagunya adalah refleksi dari pengalaman hidupnya sejak masa kanak-kanak. Pengalaman hidup menjadi insiprasi dalam tiap napas lantunan syair yang diciptakannya. Tak heran, buku perdananya yang diterbitkan pada 2005 itu, merupakan bedahan syair-syairnya yang sedemikian rupa dan dikait-kaitkan dengan tiap kisah dalam hidupnya.

Berlanjut album berikutnya, Ya Rahman (2007), Cahaya Hati (2008), Di Bawah Langit-Mu (2009), dan pada akhir Juli 2010 bersama produser Nadahijrah-Forte Records, Opick meluncurkan album bertajuk Shollu Ala Muhammad. Kehadirannya yang konsisten setiap tahun dengan karya album baru, menjadikan ayah tiga anak ini sebagai ikon penyanyi religi Islami yang dipertimbangkan dalam dunia musik Tanah Air. Tak hanya solo, Opick juga sukses membawakan beragam hits dengan sejumlah kawan duet yang lain, seperti Melly Goeslaw untuk lagu Takdir yang terdapat dalam album Semesta Bertasbih, Wafiq Azizah, seorang juara Qariah internasional dalam lagu Ya Rasul, dan Rachel Amanda, pemain sinetron anak yang kini telah remaja. Dalam hal bermusik, Opick bukan tanpa tim kreatif walaupun tidak secara khusus dimilikinya. Namun paling tidak, Opick telah melakukan terobosan baru dalam kariernya, yaitu menggelar kontes menyanyi lagu-lagu religi yang digelar untuk semua kontestan dari seluruh daerah di Indonesia. Alhasil, pada 2010, beberapa bulan lalu, 18 finalis terjaring dan akan terpilih tiga orang sebagai pemenangnya. Menurutnya, mereka bisa featuring di lagu-lagunya untuk membuat wajah baru di kancah musik religi Indonesia.

Biografi Opick - Penyanyi Religi Indonesia

Kesuksesannya pun tak hanya di bidang bermusik. Opick juga sukses membintangi beberapa iklan di televisi. “Alhamdulillah, saya sering diminta untuk membintangi beberapa iklan di televisi maupun radio. Kita patut bersyukur ya, berkah dari menyanyikan lagu-lagu religi yang bisa diterima semua kalangan dan mungkin nama saya sudah dikenal bisa juga menjadi bintang iklan,” ungkapnya. Untuk mencapai kesuksesan, menurut Opick kita tak perlu muluk-muluk. “Do, go, and flow saja,” katanya. Selama kita yakin akan apa yang kita kerjakan itu baik untuk banyak orang, konsisten, dan banyak berdoa dalam menjalaninya, niscaya tidak sulit mendapatkan hasil dari apa yang diikhtiarkan. Satu hal lagi menurutnya, sabar adalah kunci yang tidak boleh diabaikan.

Satu kali terlampui dalam bernyanyi, dua tiga dapat kesempatan main di dunia film. Yap. Itulah sang “tombo ati”. Opick telah hadir dalam kancah perfilman layar lebar. Tapi adakah motivasi lain bagi Opick bermain film? Jawabnya, iya banget. Konon, ada kegelisahan dalam dirinya. Antusiasme dalam batinnya adalah dorongan besar mengamini tawaran dalam bermain film. Sang penyanyi ini sudah cukup lama menaruh obsesi untuk membuat karya film. Tidak hanya berperan sebagai pemain, dalam filmnya yang berjudul Di Bawah Langit, Opick juga ikut andil dalam mendanai proses pembuatan layar lebar tersebut. Hal ini bisa dibilang tindakan berani sebab tidak semua penyanyi yang mau ambil risiko dalam bidang ini. Dalam film perdananya ini. Opick terlibat langsung dalam mengerjakan hampir keseluruhan proses mulai dari menjadi produser, sutradara, penata musik, penulis skenario, hingga pemain sekaligus. Makanya, idealisme Opick amat tegas dalam film ini. Salah satunya, ia ingin menampilkan film yang berbeda, yaitu sebuah film yang bisa menjadi alternatif tontonan bagi masyarakat dan bukan sekadar film-film yang nyaris sejenis. Film yang digarap Opick berisi cerita tentang orang-orang pesisir yang termarjinalkan. Intinya, kisah tentang orang-orang yang kalah, tetapi tetap taat beribadah.

Biografi Opick - Penyanyi Religi Indonesia

Karya-karya dari Opick
  • Pasar Malam Di Kepalamu (1999)
  • Tak Ada Habisnya (2003)
  • Istighfar (2005)
  • Semesta Bertasbih (2006)
  • Ya Rahman (2007)
  • Cahaya Hati (2008)
  • Di Bawah Langit Mu (2009)
  • Shollu Ala Muhammad (2010)
  • The Best of Opick (2011)
  • Salam Ya Rosulullah (2012)
Film
  • Kun Fayakuun (2008)
  • Di Bawah Langit (2010)

  Sumber:
- http://majalahpercikaniman.blogspot.com/2010/10/profil.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Opick 
- http://kolom-biografi.blogspot.com/2013/03/biografi-opick-penyanyi-religi-indonesia.html
read more

Biografi Haddad Alwi

2 comments
haddad alwiNama              : Haddad Alwi Assegaf
Nama Populer : Haddad Alwi
Lahir               : Jakarta, 13 Maret 1966
Pekerjaan        : Penyanyi reliji
Agama            : Islam
Alamat            : Insane Entertainment, Plaza Karinda B1/17
                        Jl. Karang Tengah Raya,Lebak Bulus. Jakarta Selatan 12440
Email               : kcr@haddad-alwi.com, marketing@insanentertainment.com
Website/blog    : haddad-alwi.com


Diskografi:
  • Shimthud-Durar
  • The Way of Love
  • Jalan Cinta 2
  • Love for the Messenger
  • Cinta Rasul 1,2,3,4,5, dan 6
  • Nur Muhammad
  • Ziarah Rasul

Berawal dari keprihatinan terhadap minimnya lagu anak bertema kecintaan terhadap Nabi besar Muhammad SAW, Haddad Alwi lewat album-albumnya mencoba memberikan hiburan yang pantas untuk anak juga menanamkan pendidikan agama terutama kecintaan anak-anak pada Rasul-Nya.
Haddad Alwi Assegaf atau yang lebih dikenal dengan nama Haddad Alwi lahir di Jakarta pada 13 Maret 1966. Ia mengawali kiprahnya di tahun 1997 sebagai penyanyi reliji dengan membuat dua buah album shalawat berjudul ’Nur Muhammad’ dan ’Ziarah Rasul’. Namanya baru mulai mencuat ke publik pada tahun 1999 saat berkolaborasi dengan penyanyi cilik bernama Sulis, membawakan lagu Islami yang sebagian besar bertema kecintaan terhadap Rasulullah, Nabi besar Muhammad SAW.
Dalam kurun waktu lima tahun tepatnya sejak 1999 hingga 2004, di bawah naungan Sholla Studio, Haddad dan Sulis menelurkan 6 album shalawat & nasyid berjudul ’Cinta Rasul’ (Cinta Rasul 1,2,3,4,5, dan 6). Selain itu ia juga pernah merilis satu album shalawat spesial dalam bentuk orchestra berjudul ‘Love for the Messenger’.
Sejak tahun 2004, setelah Sulis beranjak remaja, Haddad mulai menggandeng artis lain untuk berkolaborasi dengannya. Seperti yang terekam dalam album bertitel ’Jalan Cinta 2’, ayah Yasmin Haddad Assegaf ini berkolaborasi dengan Tasya dan Gita Gutawa. Selain album tersebut, hingga tahun 2005 Haddad juga meluncurkan dua album lainnya yakni ‘Shimthud-Durar’ dan ‘The Way of Love’.
Setelah hampir 5 tahun tak menelurkan album, mengambil momentum bulan suci Ramadhan 1430 H, Haddad kembali menyapa penggemar setianya dengan merilis album berjudul ’12 Lagu Pilihan Haddad Alwi’. Album yang rilis tahun 2009 itu kembali hadir dengan syair-syair yang sarat pujian kepada Sang Khalik dan RasulNya.
Lagu dalam album tersebut yang menjadi andalan adalah ’Marhaban Ya Ramadhan’, sebuah pujian menyambut bulan suci Ramadhan. Sama seperti album-albumnya terdahulu, lagu Haddad masih diisi suara anak-anak kecil yang membuat lagu ini terasa sangat membumi dan menyejukkan.
Ramadhan berikutnya, Haddad kembali mengeluarkan karya teranyarnya dengan judul ’Rindu Muhammadku’ berkolaborasi dengan seorang gadis kecil, Vita. Lagu berirama riang yang rilis tahun 2010 itu tampil beda dari lagu-lagu Haddad yang terdahulu. Ia memberi sentuhan baru dengan menggaet rapper Ebith Beat A. Selain dalam rangka penyegaran, ia juga bermaksud menunjukkan bahwa lagu shalawat juga bisa dikemas dengan sentuhan modern tanpa mengurangi makna dari pesan yang hendak disampaikan.
Melihat berbagai album yang sudah dihasilkannya, Haddad termasuk penyanyi reliji yang kerap tampil dengan penyanyi cilik. Hal itu pun diamini Haddad. Menurutnya, ia justru lebih bersemangat jika berpartner dengan anak-anak. Selain itu, ia juga merasa prihatin dengan minimnya lagu khusus anak-anak. Apalagi sekarang ini, televisi banyak menyuguhkan tayangan musik yang hanya diisi oleh band-band dan penyanyi dewasa. Anak-anak pun tak memiliki pilihan tontonan yang sesuai usianya dan bermanfaat bagi perkembangan mental dan spiritualnya. Ia juga merasa galau mengingat jarangnya anak-anak zaman sekarang yang mengenal shalawat.

Dalam kurun waktu lima tahun tepatnya sejak 1999 hingga 2004, di bawah naungan Sholla Studio, Haddad dan Sulis menelurkan 6 album shalawat & nasyid berjudul ’Cinta Rasul’ (Cinta Rasul 1,2,3,4,5, dan 6). Selain itu ia juga pernah merilis satu album shalawat spesial dalam bentuk orchestra berjudul ‘Love for the Messenger’.

“Saya prihatin dengan anak-anak sekarang yang sudah jarang mengenal shalawat. Mereka justru fasih menyanyikan lagu-lagu dewasa. Padahal shalawat adalah jembatan untuk mengenal Allah dan Rasul-Nya,” jelas pria yang gemar mengenakan baju koko ini.
Maka untuk mengisi kekosongan itu, Haddad pun mencoba menyuguhkan sesuatu yang baru, yakni memberikan hiburan yang pantas untuk anak juga menanamkan pendidikan agama terutama kecintaan anak-anak pada Rasul-Nya. Selain sangat perhatian pada dunia anak, mantan suami penyanyi reliji Atina Riawati ini juga menyebarkan ’virus’ cinta Rasul pada umat muslim Indonesia secara keseluruhan.
Lagi-lagi semua itu dilatarbelakangi rasa prihatinnya pada kaum muslimin yang belum mengenal dengan baik sejarah dan akhlak Nabi Muhammad SAW yang seharusnya dapat dijadikan suri tauladan umat manusia. Atas dasar itu, ia kemudian memprakarsai pembuatan sebuah program bernama Hikmah dan Shalawat. Program tersebut menggelar shalawat di panggung-panggung terbuka sambil diisi dengan sedikit taushiyah tentang Rasulullah SAW.
Sejak didirikan tahun 2004 hingga saat ini, menurut Haddad program Hikmah dan Shalawat sudah merambah ke berbagai daerah. Meskipun masih banyak tempat-tempat yang belum terjangkau.
Tiga tahun setelah membentuk program Hikmah dan Shalawat, pria keturunan Arab ini mendirikan Komunitas Cinta Rasulullah (KCR). KCR merupakan sebuah lembaga yang bertujuan untuk lebih menegaskan keharusan setiap Muslim agar terus memupuk cinta kepada Nabi Muhammad SAW. KCR juga mengajak umat Islam untuk mendengungkan sekaligus mengikuti ajaran dan meneladani akhlak sang Nabi dengan beragam aktivitas. Di samping itu, KCR juga berupaya mengajak seluruh komponen umat Islam untuk berbuat, demi kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan umat, sesuai dengan tujuan kerasulan Muhammad SAW.
Di bawah naungan lembaga KCR inilah, beberapa gagasan Haddad Alwi menjadi kenyataan, antara lain dengan munculnya program semacam training (pelatihan) yang diberi nama Sehari Bersama Rasulullah, sebuah program pencerahan tentang kemuliaan, kecintaan, dan keteladanan Nabi Muhammad SAW untuk mendorong umat Islam agar senantiasa mengikatkan batin kepada Rasulullah SAW sedemikian rupa sehingga muncul ghirah (semangat) mereka untuk meneladani akhlak beliau. Sehari Bersama Rasulullah adalah program religius dengan bantuan sarana audio-visual (sound system dan layar lebar), dan dilaksanakan di gedung tertutup (aula, ballroom, dsb), dengan kapasitas peserta terbatas, sesuai dengan luas gedungnya.
Masih berkaitan dengan cinta dan keteladanan Nabi Muhammad SAW, KCR merancang program pencerahan & pelatihan gratis bagi siswa-siswi Muslim (SMA kelas I, II, dan II) di sekolah-sekolah Islam maupun negeri, yang diberi nama I Love The Mesenger: Setengah Hari Bersama Rasulullah.
KCR juga merupakan wadah perwujudan pemikiran seorang Haddad Alwi. Oleh karena itu, KCR membentuk divisi penerbitan buku yang diawali dengan penulisan pemikiran beliau tentang Islam dan umat Islam. Satu booklet 24 halaman (berjudul Ummat Islam Jangan Berpecah-Belah) telah dicetak dua kali sebanyak 20.000 eksemplar dan dibagikan secara gratis kepada berbagai komunitas Islam. Sementara itu, pada 10 April 2009 telah diluncurkan sebuah buku tulisan Haddad Alwi setebal 224 halaman berjudul Uswatun Hasanah: Meneladani Rasul Meraih Cinta Allah, yang diterbitkan oleh Penerbit Hikmah.
Melalui KCR pula, Haddad Alwi menggagas pendirian yayasan yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat muslim ekonomi lemah, pendirian lembaga pendidikan murah bagi anak-anak muslim, dan pendirian klinik bantuan kesehatan bagi keluarga kurang mampu.
Mengawali tahun 2011, Haddad berencana membuat festival ‘Muhammad Nabiku’. Festival itu dirancang untuk melestarikan lagu anak. “Semoga diridhoi, karena saya miris lihat anak-anak sekarang lebih hafal lagu cinta yang kurang sesuai dengan umurnya,” ujarnya seperti dikutip dari situs vivanews.com.
sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/2685-menebar-cinta-pada-rasulullah
read more

Saturday, July 27, 2013

Biografi Sulis

0 comments
Sebuah nama yang sederhana. Sulis, begitulah ia dipanggil oleh teman-temannya juga dikeluarganya. Hanya sedikit orang yang tahu nama lengkapnya yang juga sederhana yaitu Sulistyowati. Dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, dari sebuah keluarga yang biasa-biasa saja tapi bahagia. Sumadi nama ayahnya dan Siti Satinem nama ibunya. Sulis adalah anak bungsu dari tiga dara bersaudara..Rina, anak pertama, Devi kedua dan Sulis pamungkasnya. Berbeda dengan dua kakaknya aku sang ibu, masa kehamilan, merawat Sulis didalam rahim, adalah masa-masa paling berat. Selama lima bulan pertama, ibunya menjadi sangat kurus, lambungnya menolak setiap makanan yang dimakannya. Itu semua menambah kebahagiaan ibu Siti, dihari bulan ke enam masa kehamilannya sampai hari kelahirannya pada 23 January 1990.

Sulis kecil yang belum nampak jelas kelebihan yang dimilikinya, telah mengisyaratkan ada magnit dalam dirinya. Tidak jarang para ibu tetangganya, meminjam Sulis sekedar untuk dikudang (bhs.jawa), disayang-sayang. Disekolah, Sulis selalu mendapat perhatian istimewa dari guru pengasuhnya. Bukan saja karena prestasi sekolahnya yang cukup baik, tapi sikapnya yang kalem (bhs Jawa), biasa-biasa saja, simpatik, itulah daya tariknya. Sulis adalah prototype “puteri Solo” yang memang begitu. Menari juga jadi kegemaran dimasa kecilnya. Waktu itu Sulis duduk dikelas 3 Sekolah Dasar, karena satu dan lain hal ia berpindah sekolah. Baru 3 bulan disekolah barunya, Sulis dipilih sebagai mayoret, pimpinan kelompok dramben (drumband) disitu. Karuan saja, teman-temannya yang melihat Sulis sebagai murid baru, menjadi iri hati.



Sulis yang Sayang Teman Pindah ke Jakarta Mengukir Sejarahnya

Satu hari menjelang lomba drumben, Sulis ditemani ibunya, meninggalkan ayah dan dua kakaknya, pindah ke Jakarta bergabung dengan memenuhi undangan “Cinta Rasul”, tepatnya tgl.7 agustus 1999. Katanya kemudian, alhamdulillah tidak ikut lomba dramben, bila ikut lomba, tentu akan menambah iri, kekecewaan teman-temannya. Kini teman-teman yang ditinggalkan, merindukannya mengenang Sulis sebagai sahabat sejati. Ya, Sulis memang seorang sahabat yang baik.Waktu Cinta Rasul, safari sholawat pentas di Solo. Panitia pengundang, seperti biasanya selalu menempatkan personil “Cinta Rasul” dihotel berbintang. Tapi Sulis, bahkan mengajak ibunya meninggalkan kamarnya yang lengkap dengan fasilitas mewah, dan lebih memilih menginap dikampungnya yang sangat sederhana, bersama teman-teman lamanya. Rumah gurunya jadi prioritas kunjungannya. Penulis menyaksikan, bagaimana gurunya berlinang menahan haru, melihat Sulis, anak didiknya yang gemilang, ternyata masih sama seperti dulu.

Pada 14 July 2000, ayah dan dua kakaknya menyusul. Sejak itu lengkaplah sudah, Sulis sekeluarga menjadi warga ibukota Jakarta. Di Jakarta, Sulis belajar di Sekolah Dasar Harapan Ibu, sebagian teman-temannya seringkali memanggilnya “mama ulis”, karena tidak jarang ia jadi tempat bertanya dan curhat (mencurahkan isi hati) sesama teman-temannya.Kesederhanaan dan keengganan menonjolkan diri, seperti sudah melekat pada dirinya. Sulis tidak pernah merasakan kelebihan yang dimilikinya, ia merasa risi dan malu berceritera tentang kelebihan dirinya. Disekolah, dikampungnya, juga ditempat kursusnya, Sulis diketahui sebagai pelantun sholawat “Cinta Rasul” yang bikin “heboh” itu, baru setelah beberapa bulan kemudian.Itupun bukan darinya. Dalam keseharian, Sulis anak remaja yang tampil dalam kesederhanaannya. Siapapun yang melihat Sulis dalam kesehariannya, tidak akan menyadari bahwa gadis kecil ini sedang mengukir sejarah dalam hidupnya, sekaligus merubah perjalanan hidup seluruh keluarganya. Semua itu dilewatinya seperti biasa-biasa saja. Setelah semua kegemilangan yang diraihnya, adakah Sulis menjadi anak manja yang merepotkan ayah ibu dan kedua kakaknya ? Tetap saja Sulis sebagai seorang anak yang patuh, seorang adik yang menyenangkan, yang menciptakan kebahagiaan dan keceriaan dalam keluarganya. Kalau sesekali “error”, yaa itulah tanda bahwa Sulis kini tengah menjelang masa remajanya. Jelasnya, Sulis dulu, Sulis sekarang dan Sulis diwaktu mendatang adalah sama saja, Sulis sekedarnya yang Cinta Rasul insya Allah

…semoga Allah selalu menjaga dan menyertai perjalanan panjang hidupnya.



Sulis dan Cinta Rasul

Pada tahun 1998, kak Haddad bersama beberapa teman, dipimpin haydar yahya, membentuk sebuah grup dengan nama “Studio 12” yang melahirklan dua buah album solo Haddad Alwi berjudul “Nur Muhammad shollollohu’alaihi wa alihi wa sallam”dan “Ziarah Rasul”. Album sederhana itu mendapat perhatian masyarakat luas terutama adik-adik. Mulailah direncanakan album yang lebih ditujukan pada adik-adik kecil. Pelantun sholawat cilik segera dicari. Dari sebuah yayasan islam dikota Solo (Jawa Tengah, kota kelahiran Haddad, Sulis juga haydar yahya) dilakukan seleksi. Setelah mendengar dan bertemu, Haddad menjatuhkan pilihannya, lagi-lagi pada Sulistyowati. Rencana penerbitan album sholawat anak-anak dan remajapun akan menjadi nyata. Waktu itu tahun 1999. Menyongsong bulan maulid 1420 hijriyyah, waktu yang dipilih sebagai album perdana yang legendaris “CINTA RASUL”yang kini dikenal dengan “Cinta Rasul 1”. Dari jumlah peredarannya album “Cinta Rasul 1” ini, mengalahkan album manapun yang pernah hit dimasa sebelumnya dan sampai kini di Indonesia. Diperkirakan kaset yang beredar melampaui puluhan juta copy. Jutaan anak-anak Indonesia hafal hampir seluruh “nasyid”(lagu) dalam album itu.

“Cinta Rasul” mencatat sejarahnya. Sebagai aprisiasi, penghargaan, dalam perjalanan “Cinta Rasul”, haydar dan Haddad, berketetapan mengundang Sulis sebagai keluarga tetap “Cinta Rasul”. Sulispun memulai perjalanan “hijrah”nya memenuhi undangan. Sulis pindah ke Jakarta ditemani ibunya pada tgl.7 agustus 1999. Berpisah dengan ayah dan dua kakak kesayangannya yang kemudian menyusul pada 14 July 2000. Berdasarkan istikhoroh (memilih dengan memohon petunjuk Allah), haydar yahya, menetapkan nama “Sholla”, Studio Cinta Rasul, yang sampai saat ini telah menerbitkan tujuh buah album yaitu “Cinta Rasul 1 sampai dengan Cinta Rasul 6” dan edisi khusus “Love for the Messenger”with Victoria Philharmonic Orchestra, Melbourne dan Sydney Concert Orchestra. Keduanya termasuk dua orchestra bertaraf internasional dari negara kanguru, Australia. Musik album khusus ini diaransir ulang oleh, seorang musisi muda terbaik, Dwiki Dharmawan yang sampai kini berniat selalu bersama “Cinta Rasul”insya Allah.



Kini Dunia Islam Mengenalnya

Bila “Cinta Rasul 1 sampai Cinta Rasul 3” Haddad bersama Sulis, maka “Cinta Rasul 4”adalah album perdana solo Sulis yang kini mulai menjadi kak Sulis yang telah dikenal hampir diseluruh dunia. Telpon, fax, surat, email setiap hari diterimanya bukan hanya dari pelosok tanah air Indonesia, tapi juga dari Malaysia, Brunei, Singapore, Mesir, Siria, Kuwait, Turkiy, Iran, Pakistan, Maroko, Abijan, Kosovo, Mauritunius, Belanda, bahkan Amerika Serikat.



Obat Rewel Bagi Anak Balita

Album “Cinta Rasul” adalah juga mujarab sebagai obat rewel bagi anak balita. Begitu kata para ibu. Seorang ibu mengaku, kemanapun ia pergi bersama anaknya, selalu menenteng tepe kecil dan kaset “Cinta Rasul”. Begitu anaknya rewel,langsung distelkan dan si anak yang memang sudah “Cinta Rasul”itu jadi gembira sambil menggerak-gerakkan tangan dalam posisi berdo’a mencontoh Sulis dalam klipnya. Coba saja kalau tidak percaya.



Sulis Pertama Kali Rekaman

Saat pertama kali rekaman, disebuah studio dipinggiran kota gudeg Yogyakarta, hari-hari itu adalah hari-hari tak terlupakan buat Sulis. Ia seperti tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Ia rasakan seperti mengalir begitu saja dibawa waktu dan keadaan. Sepertinya, tiba-tiba saja ia sudah berada diruang tunggu studio. Apa maksud dari semua ini ? Mampukah saya memenuhi harapan dan keinginan Cinta Rasul yang penuh harap ?! Sulis merasakan beban berat yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Macam-macam timbul tenggelam dalam hati dan pikiran…hatinya berdebar kuat dan mata yang indah yang dimilikinya mengalirkan airmata…Sulis menangis, merapat ke ibunya yang selalu menemaninya, memberi semangat dan dorongan. Namanya sebuah perjalanan, akhirnya terlewati juga. Sampai sekarang sudah sampai album ke enam yang insya Allah tidak akan pernah berakhir, terus “Cinta Rasul” sampai mati, mohon do’a semuanya kata Sulis.



Bagaimana Sulis Berlatih ?

Sulis memulai karirnya seperti menjalani takdir yang memang sudah seharusnya dijalani. Berbeda dengan kebanyakan artis, vokalis pada umumnya. Sulis tidak pernah belajar tekhnik vocal seperti lazimnya orang ingin menjadi vocalis. Ia mengembangkan bakatnya sendiri. Ia menyanyi sekedar mengikuti naluri perasaan hatinya yang lembut. Seperti air sungai, mengalir mengikuti sunnatullahnya sampai ke samudera lepas sesuai kehendak Allah. Begitulah perjalanan Sulis, pelantun sholawat terbaik yang dimiliki dunia saat ini. Banyak orang tidak percaya, bahwa Sulis baru berlatih vocalizing menjelang penerbitan albumnya yang ke empat yaitu “Cinta Rasul 4”. Itupun dijalaninya dengan sekedarnya saja.



Sulis di Panggung dan Bunga Pilihannya

Orang yang ingin melihat seorang artis yang gemerlapan dan penuh gaya bisa dipastikan akan kecewa melihat Sulis dipanggung. Dilihat dari sudut stage act (aksi panggung),Sulis memang bukan seorang artis. Bahkan sampai saat ini. Yang membedakannya dengan artis lain hanyalah bunga yang selalu dibawanya saat bersholawat diatas panggung. Bunga mengatakan semua yang indah dan damai. Semua yang dilakukannya adalah spontan. Tindak tanduknya, langkahnya, senyumnya, sorot matanya, saat bersama teman-temannya, dirumah atau saat ia melantunkan sholawat diatas panggung didepan puluhan ribu penggemarnya, semua apa adanya. Sulis selalu tampil sekedarnya, sebagai seorang teman, seorang sahabat yang tidak berbeda dengan adik kakak penggemarnya. Tidak dirasakannya jarak diantaranya. Itu pulalah yang membuat para penggemarnya, adik kecil, remaja, ibu-ibu tidak sekedar sebagai penggemarnya, tapi mereka menyayangi dan mencintai Sulis sebagai layaknya adik kakak. Setiap kali kembali dari safari sholawat (sebutan bagi konser Cinta Rasul), selalu disusul dengan surat, email, telpon, hadiah, kiriman cendera mata dari para penggemarnya yang seringkali membuat Sulis gelisah, bagaimana mesti membalas kebaikan para penggemarnya yang berjuta jumlahnya itu. Semoga Allah membalas kebaikan mereka semua dengan berlipat ganda…do’anya.Semoga Allah mencatatnya sebagai manifestasi kecintaan kita semua kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah shollollohu’alaihi wa alihi wa sallam.



Sulis Remaja dan Penggemarnya

Sulis sekarang adalah Sulis remaja. Daya pikatnya bertambah. Bukan hanya suaranya yang sulit dikatakan bagaimana...bukan hanya nama besar, sikap dan tindak tanduk yang sekedarnya, membuat penasaran pemerhatinya...tapi…kecantikannya yang khas jawa, senyum madunya, sorot matanya yang magis, memang unik dan terlalu sulit disembunyikan. Panggilan akrabnya bertambah.Teman-teman dekatnya memanggil Sulis dengan Uchan (Ulis cantik). Semua itu seringkali merepotkan Sulis menghadapi penggemar maniaknya. Kalau mulanya hanya adik-adik kecil yang bertepuk tangan, berteriak kegirangan manakala Sulis melangkah ke panggung, kini remaja putra dan pemuda bersaing dengan adik-adiknya. Teriakan :”Suliiiiiiissss I love you...” tidak jarang terdengar bahkan seringkali mengganggu kekhusyukan bersholawat. Setiap kali selesai pentas, pengamanan pagar betis yang tangguh mesti disiapkan. Bila pengamanan lengah, bunga yang Sulis bawa setiap kali pentas jadi sasaran rebutan dan kadang hancur berkeping entah buat apa. Ada yang cukup melihat dari jauh, ada yang ingin mendekat, ada yang ingin menyentuh dan banyak juga yang menarik baju, jilbab dan mencubit bila berkesempatan. Disituasi seperti itu Sulis biasanya hanya menunduk. Kadang panik juga dan baru lega begitu sampai dimobilnya. Melambaikan tangan, menyapa para peggemarnya yang tidak henti-hentinya mengetuk-ngetuk kaca mobilnya… Sulis terdiam seribu bahasa, sulit ditebak apa yang ada dibenak pikiran dan hatinya disaat itu. Yang pasti sesampainya dihotel katanya :”Sulis lapar, mau pop mie atau mie ayam …” bersembunyi dikamar bersama ibunya. Sementara para penggemar mengejar, datang bergantian minta foto bersama. Sulis yang capek, tetap saja melayani dengan sebaik-baiknya.

Itulah Sulis yang kini remaja dan lebih banyak yang menggoda. Semoga Allah menjaganya.*** 




sumber:http://deardeary1989.blogspot.com/2010/06/biografi-sulis.html
read more

Friday, July 26, 2013

Mengenal Sulis yang Tetap Eksis Bersholawat

0 comments

Sulis yang Tetap Eksis Bershalawat


Beberapa album duet Sulis bersama Hadad Alwi adalah Cinta Rasul 1, Cinta Rasul 2, Cinta Rasul 3, Cinta Rasul 5, Cinta Rasul 6, Cinta Rasul 7 serta Sulis With Orchestra. Cinta Album CinTa Rasul With Orchestra yang didampingi Victoria Philharmonic Orchestra dari Melbourne dan Sydney memperoleh AIM, Award Industri Music, penghargaan paling bergengsi di Malaysia sebagai satu dari lima album terbaik Indonesia.

Meski telah merilis belasan album, Sulis tetap berusaha meningkatkan kualitas bernyanyinya. Ia berguru pada Anwar Fauzi yang juga pencipta beberapa lagu yang dia bawakan. Saat ini Sulis terlibat dalam pembuatan film Baik-baik Sayang bersama Wali Band. Ini merupakan film perdananya bagi Sulis setelah sekian lama dikenal publik sebagai penyanyi religi.

Konsistensinya pada salawat membuat Sulis--panggilan akrabnya--diberi beasiswa di universitas yang didirikan cendekiawan Nurcholish Madjid itu.Walau pernah belajar kepada Bertha maupun di Sekolah Musik Farabi selama beberapa bulan, Sulis lebih mengutamakan hatinya ketika bersalawat. Dia belajar pada saat masa transisinya dari anak kecil yang masih SD ke SMP yang beranjak remaja. "Supaya saya sadar ketika ada peralihan suara (dari anak kecil ke remaja)," kata bungsu dari tiga bersaudara itu.
Masa kecilnya sebagian dihabiskan di tempat kelahirannya di Solo. Di sana, alih-alih salawat, Sulis kecil setiap hari mendengar house music, plus suami-istri dan anak-orang tua yang kerap cekcok. "Mirip di Bronx," ujarnya menyebut kawasan di Manhattan yang terkenal bising.

Sulis selalu mengaji di TPA Al-Ihyah sepulang dari sekolahnya yang hampir ambruk. Suatu hari, di TPA diumumkan akan ada tes menyanyi untuk mencari backing vocal seorang penyanyi. Sulis, yang terpilih bersama tiga anak dari TPA itu, belum pernah menyanyi sebelumnya. "Saya juga nggak tahu apa itu salawatan," katanya sambil tertawa kecil.

Setelah itu selebihnya adalah sejarah. Rekamannya dengan Haddad Alwi meledak luar biasa. Sulis pun memboyong keluarganya pindah ke Jakarta. "Bakat seni saya tampaknya diturunkan dari ayah dan kakek," katanya. Walau cuma seorang sopir, ayahnya juga pesinden, seperti kakeknya kala di Solo.


Sulis memang jauh dari incaran infotainment. Namun, tak berarti dia sepi order di luar bulan Ramadan. Beberapa daerah selalu mengundangnya untuk menyanyi. "Yang pasti setiap tahun Sampit (Kalimantan Barat)," ujar remaja yang sering berbinar matanya ini ketika bercerita.



Perkembangan musik religius, menurut Sulis, saat ini sudah jauh lebih modern. "Ini bagus, karena nggak pakai gendang-gendang saja, sudah ada drum dan gitar listrik," tuturnya. Apalagi musik ini bisa menjangkau masyarakat dari artis yang biasanya di bulan selain Ramadan menyanyikan lagu pop atau rock.
Pengagum Haddad Alwi, Sami Yusuf (penyanyi lagu religius dari Inggris), dan Josh Groban itu kini sedang mencoba menuntaskan puisi dan lirik-lirik yang sering ditulisnya menjadi lagu. Semua materinya berdasarkan pengalamannya dan orang sekitarnya, termasuk cerita soal asmara. Soal ini, dia memang sering menjadi tempat "curhat" (mencurahkan isi hati) teman-temannya, sejak kecil. "Sampai saya dijuluki 'mama'," ujarnya tergelak.


Karena tahu "rahasia" hidup orang-orang sekitarnya itulah dia ingin memperdalam pengetahuannya tentang manusia. Makanya dia memilih ilmu psikologi. Ilmu juga bekalnya menggapai cita-citanya sebagai guru TK. Sekarang dia sedang lahap membaca buku psikologi anak. Dan di akhir tahun 2011 Sulis mengeluarkan single Dzikir Anak.
Sulistyowati yang lebih dikenal sebagai Sulis (lahir di Solo, Jawa Tengah, 23 Januari 1990) adalah penyanyi lagu-lagu religius. Nama Sulis melejit setelah berduet bersama penyanyi religius Haddad Alwi dalam album Cinta Rasul 1. Lebih dari sepuluh juta kopi didistribusikan dan segera jutaan anak Indonesia tahu kata lirik per kata.
Sulis Cinta Rasul Endang Kurnia Blog
Lebih dari sepuluh juta kopi didistribusikan dan segera jutaan anak Indonesia tahu kata lirik per kata.
Bungsu tiga bersaudara pasangan Sumadi dan Siti Satinem ini senang menyanyi sejak kecil. Keberuntungan datang saat penyanyi Hadad Alwi mencari pelantun shalawat anak-anak untuk duet dengannya.
Nama Sulis langsung melejit setelah membawakan lagu-lagu pujian sholawat nabi yang berhasil mengambil hati para penggemarnya. Pengalaman rekaman pertamanya adalah saat dia masih berusia 9 tahun kelas III SD.

Pada tahun 2007, Sulis merilis album solo keduanya. Album bertajuk Ya Allah ini merupakan album ke-12. Tak seperti lazimnya lagu religi Islam lainnya yang diwarnai dengan musik gambus dan rebana, dalam album ini menggantikannya dengan drum dan gitar bahkan lebih nge-beat.
sumber:http://kumpulan-sholawatku.blogspot.com/2012/12/sulis-yang-tetap-eksis-bershalawat.html
read more

Biografi Wafik Azizah

4 comments
Mengenal Dekat Tentang Wafiq Azizah
Perempuan gemar makan mie goreng ini meskipun sibuk rekaman dan kuliah semester enam ambil jurusan tarbiyah di Wonosobo, dia tetap melaksanakan kewajibannya sebagai ibu dari anak kembarnya.Sholawat talenta yang tumbuh pada diri Wafiq sejak kecil. Wafiq nama panggilan dari Wafiq Azizah, bakatnya tuk bersenandung diturunkan dari bapaknya. Perempuan manis yang lahir di kota Magelang pada 4 Mei 1987 dari pasangan Buktari dan Tonah Lestari sudah mengasah bakatnya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar kelas dua dengan mengikuti perlombaan-perlombaan dikotanya. Hingga dia dapat menjuarai sholawat tingkat kota Magelang. Anak pertama dari tiga bersaudara ini semakin giat belajar dengan masuknya ke sanggar seni di kota Magelang. Dan sejak itu dia mulai mengisi acara di TVRI Yogyakarta sampai kelas lima sekolah dasar. Ibarat pungguk kejatuhan bulan itu perumpamaan tepat untuk menggambarkan karier Wafiq.

Kenapa, Sebab disaat dia mengisi acara di TVRI Yogyakarta ada seorang produser dari Jakarta kecantol dengan suaranya. Hingga akhirnya rekaman setiap tahun harus diikuti oleh Wafiq disaat usianya masih kecil.
Namanya kian melejit setelah membawakan sholawat rebana.

Masalah yang menjadi sandungan adalah undangan dari luar kota yang bersamaan jam sekolah, tapi tidak membuatnya putus asa. Lalu bagaimana sikap kedua orang tua Wafiq? Tetap mendukung asal bukanlah lagu pop atau dangdut yang menjadi pilihannya untuk berkarier ditarik suara. Begitu juga saat rekaman di kota Jakarta, Wafiq tetap dalam pengawasan ibunya. Karena Bapak Buhtari tidak tega membiarkan Wafiq pergi sendiri bersama pihak produser Jakarta. Sedangkan bapaknya wafiq tidak dapat mengawasi disebabkan tugas-tugasnya sebagai guru agama di sekolahan aliyah Magelang.
Hingga akhirnya, Wafiq memutuskan menikah diusia dini untuk mengurangi beban kedua orang tuanya.

Dari hasil pernikahannya dengan laki-laki bernama Guntur Sarwo Edhy pada bulan agustus tahun 2006 telah dikaruniai putra putri kembar bernama Asbiq Badru Rufi’ilwafa dan Kayla Badru Taqiyya.

Menjadi muslimah yang bermanfaat bagi keluarga dan orang lain suatu cita-citanya. Maka dari itu meskipun sudah penuh jadwal seambrek, dia masih sempatkan waktu untuk melatih anak-anak kecil dalam olah vocal dan tari islami di sekolahan bapaknya mengajar. Tetap semangat bersaing dengan lagu-lagu pop dan dangdut adalah sebagai wujud perjuangannya bahwa dia tetap ingin menyebarkan syariah Islam. Lalu bagaimana sikap suami dengan tekatnya? Tetap mendukung, buktinya saat di Hongkong Wafiq berduet dengan suaminya tercinta bersenandung.
sumber:http://www.bekamsteriljakarta.com/2012/02/biografi-wafik-azizah.html

read more

| Guru Madrasah Blog © 2013. All Rights Reserved | Template Style by My Blogger Tricks .com | Edited by Abdul Hanan | Back To Top |