Suri tauladan yang baik dari Rasulullah Saw
Anak adalah amanah Allah SWT kepada ayah dan ibunya, oleh karena itu
harus senantiasa dipelihara, dididik dan dibina dengan sungguh-sungguh
agar supaya menjadi orang yang baik, jangan sampai anak tersebut
tersesat jalan dalam menempuh jalan hidupnya. Maka kewajiban orang tua
terhadap anaknya bukan hanya mencarikan nafkah dan memberinya pakaian,
atau kesenangan-kesenangan yang sifatnya duniawi, tetapi lebih dari itu
orang tua harus mengarahkan anak-anaknya untuk mengerti kebenaran,
mendidik akhlaqnya, memberinya contoh yang baik-baik serta mendoakannya.
Firman Allah SWT :
يايُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْآ
اَنْفُسَكُمْ وَ اَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَ
اْلحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ
مَآ اَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ. التحريم:6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak
mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [QS. At-Tahrim :
6]
Dan sabda Rasulullah SAW :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ
مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. اَلاِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ. وَالرَّجُلُ رَاعٍ فيِ اَهْلِهِ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ. وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فيِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُوْلَةٌ
عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِى مَالِ سَيّدِهِ وَ مَسْئُوْلٌ
عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلُ عَنْ رَعِيَّتِهِ .
البخارى 1: 215
Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu
akan ditanya tentang kepemimpinanmu. Imam adalah pemimpin dan akan
ditanya tentang kepemimpinannya. Orang laki-laki (suami) adalah pemimpin
dalam keluarganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Isteri
adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam menjaga harta tuannya dan
akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan masing-masing dari kamu
sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. [HR
Bukhari juz 1, hal. 215]
Dengan ayat dan hadits tersebut menunjukkan bahwa orang tua mempunyai tanggungjawab yang berat terhadap anaknya, untuk itu hendaklah kita perhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Dalam menyambut kelahiran anak
Orang tua hendaknya bergembira menyambut kelahiran anaknya, baik itu
laki-laki maupun perempuan. Kemudian memberinya nama yang baik dan
menyembelih aqiqah (bila ada kemampuan). Sebagaimana riwayat berikut ini
:
عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِاَسْمَا
ئِكُمْ وَبِاَسْمَاءِ آبَائِكُمْ . فَاَحْسِنُوْا اَسْمَائَكُمْ. ابوداود
4: 287، منقطع، لان عبد الله بن ابى زكرياء لم يدرك ابا الدرداء
Dari Abu Darda', ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda, “Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari
qiyamat dengan namamu dan nama ayahmu, maka baguskanlah nama kalian".
[HR. Abu Dawud juz 4, hal. 287, munqathi’, karena ‘Abdullah bin Abu
Zakariya tidak bertemu dengan Abu Darda’]
عَنْ سَمُرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص. اْلغُلاَمُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيْقَتِهِ. يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ
السَابِعِ وَ يُسَمَّى وَ يُحْلَقُ رَاْسُهُ. الترمذى 3: 38
Dari Samurah bin Jundab, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Anak itu tergadai dengan aqiqahnya, disembelih
sebagai tebusannya pada hari ketujuh dan diberi nama pada hari itu
serta dicukur kepalanya". [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 38]
عَنْ اُمّ كُرْزٍ اَنَّهَا سَاَلَتْ
رَسُوْلَ اللهِ ص. عَنِ الْعَقِيْقَةِ، فَقَالَ : عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ
وَعَنِ اْلجَارِيَةِ وَاحِدَةٌ لاَ يَضُرُّكُمْ ذُكْرَانًا كُنَّ اَمْ
اِنَاثًا. الترمذى 3: 35
Dari Ummu Kurzin (Al-Ka'biyah),
sesungguhnya ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang aqiqah,
maka Rasulullah SAW bersabda, “Untuk bayi laki-laki (menyembelih) dua
ekor kambing dan untuk bayi perempuan (menyembelih) seekor kambing,
tidak mengapa bagimu baik kambing itu jantan atau betina". [HR. Tirmidzi
juz 3, hal. 35]
2. Tentang menyusui
Firman Allah SWT :
وَ اْلوَالِدتُ يُرْضِعْنَ
اَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يّـُتِمَّ
الرَّضَاعَةَ، وَ عَلَى اْلمَوْلُوْدِ لَه رِزْقُهُنَّ وَ كِسْوَتُهُنَّ
بِاْلمَعْرُوْفِ، لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلاَّ وُسْعَهَا، لاَ تُضَآرَّ
وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَ لاَ مَوْلُوْدٌ لَه بِوَلَدِه وَ عَلَى
اْلوَارِثِ مِثْلُ ذلِكَ، فَاِنْ اَرَادَا فِصَالاً عَنْ تَرَاضٍ مّنْهُمَا
وَ تَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا، وَ اِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ
تَسْتَرْضِعُوْآ اَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ
مَّآ اتَيْتُمْ بِاْلمَعْرُوْفِ، وَ اتَّقُوا اللهَ وَ اعْلَمُوْا اَنَّ
اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ. البقرة:233
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-Baqarah : 233]
3. Mengkhitankannya
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص
قَالَ: اَلْفِطْرَةُ خَمْسٌ اَوْ خَمْسٌ مِنَ اْلفِطْرَةِ. اَلْخِتَانُ وَ
اْلاِسْتِحْدَادُ وَ تَقْلِيْمُ اْلاَظْفَارِ وَ نَتْفُ اْلاِبْطِ وَ
قَصُّ الشَّارِبِ. مسلم 1: 221
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau
bersabda, “Fithrah itu ada lima, atau lima dari fithrah, yaitu : 1.
khitan, 2. mencukur rambut kemaluan, 3. memotong kuku, 4. mencabut bulu
ketiak, dan 5. memotong kumis”. [HR. Muslim juz 1, hal. 221]
4. Tentang memberi nafkah
Seorang ayah bertanggungjawab memberikan nafkah bagi anak-anak dan
keluarganya, sedang ibu bertanggungjawab mengasuh anak-anak dan mengatur
rumah tangga sebagai wakil dari suaminya. Tentang besarnya nafkah untuk
anak dan keluarganya ini Islam tidak menentukan besarnya secara khusus,
hal ini terserah pada kemampuan masing-masing. Firman Allah SWT :
اَلرّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى
النّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ وَّ بِمَآ
اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ. النساء : 34
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi
kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki)
atas sebagian yang lain (wanita), dan karena laki-laki telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka ...... . [QS. An-Nisaa' : 34]
وَ عَلَى الْمَوْلُوْدِ لَه رِزْقُهُنَّ وَ كِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ. البقرة : 233
Dan bagi ayah berkewajiban memberi nafkah
dan memberi pakaian kepada ibu (dan anaknya) dengan cara yang ma'ruf.
[QS. Al-Baqarah : 233]
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مّنْ سَعَتِه،
وَ مَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُه فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ اتهُ اللهُ، لاَ
يُكَلّفُ اللهُ نَفْسًا اِلاَّ مَآ اتيهَا ، سَيَجْعَلُ اللهُ بَعْدَ
عُسْرٍ يُّسْرًا. الطلاق : 7
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah
menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezqinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya. Allah tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
[QS. Ath-Thalaaq : 7]
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص. : دِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيْلِ اللهِ.
وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى
مِسْكِيْنٍ . وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ عَلَى اَهْلِكَ. اَعْظَمُهَا
اَجْرًا الَّذِيْ اَنْفَقْتَهُ عَلَى اَهْلِكَ. مسلم 2: 692
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda, “Satu dinar kamu infaqkan fii sabiilillah, satu dinar
kamu pergunakan untuk memerdekakan budak, satu dinar kamu sedekahkan
kepada orang miskin, dan satu dinar yang kamu belanjakan untuk
keluargamu, maka yang paling besar pahalanya ialah yang kamu belanjakan
untuk keluargamu". [HR. Muslim juz 2, hal. 692]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. كَفَى بِالْمَرْءِ اِثْمًا اَنْ يُضَيِّعَ مَنْ
يَقُوْتُ. ابو داود 2: 132
Dari Abdullah bin 'Amr (bin Al-'Ash), ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Cukuplah bagi seseorang berdosa,
apabila dia mengabaikan orang yang makan dan minumnya menjadi
tanggungannya". [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 132]
عَنْ اُمّ سَلَمَةَ قَالَتْ : قُلْتُ
يَارَسُوْلَ اللهِ هَلْ لِيْ اَجْرٌ فيِ بَنِيْ اَبِيْ سَلَمَةَ اُنْفِقُ
عَلَيْهِمْ وَلَسْتُ بِتَارِكَتِهِمْ هكَذَا وَهكَذَا ؟ اِنَّمَا هُمْ
بَنِيَّ فَقَالَ نَعَمْ. لَكِ فِيْهِمْ اَجْرُ مَا اَنْفَقْتِ عَلَيْهِمْ.
مسلم 2: 695
Dari Ummu Salamah, ia berkata : Saya
bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apakah saya mendapat
pahala kalau saya membelanjai putra-putranya Abu Salamah, sebab saya
tidak dapat membiarkan mereka demikian dan demikian (mencari makan
kesana-kemari), karena mereka itu juga sebagai anak-anak saya ?". Jawab
Rasulullah SAW, “Ya, kamu mendapat pahala dari apa yang kamu belanjakan
kepada mereka". [HR. Muslim juz 2, hal. 695]
5. Adil dalam pemberian terhadap anak
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ
قَالَ: تَصَدَّقَ عَلَيَّ اَبِى بِبَعْضِ مَالِهِ فَقَالَتْ اُمّى عَمْرَةُ
بِنْتُ رَوَاحَةَ: لاَ اَرْضَى حَتَّى تُشْهِدَ رَسُوْلَ اللهِ ص.
فَانْطَلَقَ اَبِى اِلَى النَّبِيّ ص لِيُشْهِدَهُ عَلَى صَدَقَتِىْ،
فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَفَعَلْتَ هذَا بِوَلَدِكَ كُلّهِمْ؟
قَالَ: لاَ. قَالَ: اِتَّقُوا اللهَ وَ اعْدِلُوْا فِى اَوْلاَدِكُمْ.
فَرَجَعَ اَبِى فَرَدَّ تِلْكَ الصَّدَقَةَ. مسلم 3: 1242
Dari Nu'man bin Basyir, ia berkata,
“Ayahku memberikan sebagian hartanya kepadaku”. Lalu ibuku, yaitu ‘Amrah
binti Rawahah berkata, ”Aku tidak rela sehingga kamu minta disaksikan
kepada Rasulullah SAW”. Maka ayahku datang kepada Nabi SAW meminta
kepada beliau untuk menyaksikan pemberiannya kepadaku. Lalu Rasulullah
SAW bertanya, “Apakah kamu juga memberikan seperti ini kepada semua
anakmu ?". Ia menjawab, “Tidak". Nabi SAW bersabda, “Bertaqwalah kepada
Allah, dan berbuatlah adil terhadap anak-anakmu". Lalu ayahku pulang dan
menarik kembali pemberian itu. [HR. Muslim juz 3, hal. 1242].
و فى رواية، قَالَ: فَاَشْهِدْ عَلَى
هذَا غَيْرِى، ثُمَّ قَالَ: اَيَسُرُّكَ اَنْ يَكُوْنُوْا اِلَيْكَ فِى
اْلبِرّ سَوَاءً؟ قَالَ: بَلَى، قَالَ: فَلاَ اِذًا. مسلم 3: 1244
Dan dalam satu riwayat, Nabi SAW menjawab,
“Carilah saksi untuk hal ini kepada selain aku". Kemudian beliau
bersabda, “Apakah kamu tidak senang apabila anak-anakmu sama-sama
berbhakti kepadamu ?". Dia menjawab, “Ya". Beliau bersabda, “Jika
demikian, maka janganlah kamu lakukan". [HR. Muslim juz 3, hal. 1244]
6. Menyuruh anak-anak untuk mendirikan shalat
Orang tua harus menanamkan 'aqidah yang benar terhadap anak-anaknya
jangan sampai syirik, dan menyuruh mereka untuk mendirikan shalat. Allah
berfirman :
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِا لصَّلوةِ
وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ، لاَنَسْاَلُكَ رِزْقًا ، نَحْنُ نَرْزُقُكَ ،
وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوى. طه :132
Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bershabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezqi kepadamu, Kamilah yang memberi rezqi kepadamu. Dan akibat
(yang baik) adalah bagi orang yang bertaqwa. [QS. Thaahaa : 132]
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ
اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص مُرُوْا اَوْلاَدَكُمْ
بِالصَّلاَةِ وَ هُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَ اضْرِبُوْهُمْ
عَلَيْهَا وَ هُمْ اَبْنَاءُ عَشْرٍ. وَ فَرّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى
اْلمَضَاجِعِ. ابو داود، حديث حسن 1: 133
Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari
kakeknya, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu
melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah
mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur sepuluh tahun dan
pisahkanlah tempat tidur mereka". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 133]
7. Mencarikan jodoh apabila sudah dewasa.
وَ اَنْكِحُوا اْلاَيَامى مِنْكُمْ وَ
الصّلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَ اِمَآئِكُمْ، اِنْ يَّكُوْنُوْا
فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِه، وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ.
النور: 32
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian
diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. An-Nuur : 32]
8. Berdoa untuk keluarga :
Orang tua terhadap anak-anak dan keluarganya hendaklah mengasihani
mereka, bukan hanya dengan harta dan pendidikan saja, tetapi juga dengan
doa untuk kebaikan mereka. Diantara doa-doa itu ialah :
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرّيـَّاتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. الفرقان: 74
Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami,
istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. [QS. Al-Furqaan :
74]
______________________________________________________________________
Sumber : http://salampathokan.blogspot.com
2 comments:
Numpang baca aj ya bos...
Numpang baca aj ya bos...
Post a Comment