- Yang lebih mengerti serta lebih fashih tentang Al-Qur'an
- Yang lebih memahami Sunnah Rasul
- Yang lebih dahulu hijrah (baik hijrah dari Makkah ke Madinah sebagaimana para shahabat maupun hijrah dari segala yang buruk kepada yang baik)
- Yang lebih tua atau yang lebih dahulu Islamnya,
- Yang lebih dicintai, dengan kecintaan yang dibenarkan oleh agama.
Dasar penetapan tersebut :
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيّ
قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا كَانُوْا ثَلاَثَةً فَلْيَؤُمَّهُمْ
اَحَدُهُمْ. وَ اَحَقُّهُمْ بِاْلاِمَامَةِ أَقْرَؤُهُمْ. مسلم
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, "Apabila mereka tiga orang, maka hendaklah
mengimami mereka salah seorang diantara mereka. Dan yang paling berhak
menjadi imam diantara mereka ialah yang paling pandai (faham) diantara mereka". [HR. Muslim juz 1, hal. 464]
عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ اْلاَنْصَارِيّ
قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَؤُمُّ اْلقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ
اللهِ. فَاِنْ كَانُوْا فِى اْلقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ
بِالسُّنَّةِ. فَاِنْ كَانُوْا فِى السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ
هِجْرَةً. فَاِنْ كَانُوْا فِى اْلهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ
سِلْمًا. وَلاَ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِى سُلْطَانِهِ. وَلاَ
يَقْعُدْ فِى بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ اِلاَّ بِإِذْنِهِ. مسلم
Dari Abu Mas'ud Al-Anshariy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Yang mengimami suatu kaum itu hendaklah orang yang lebih pandai (faham) tentang kitab Allah diantara mereka. Apabila mereka itu di dalam kefahamannya sama, maka yang lebih mengetahui diantara mereka tentang sunnah. Jika mereka itu sama dalam pengetahuannya tentang sunnah, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka itu sama dalam hal hijrahnya, maka yang lebih dahulu diantara mereka masuk Islam.
Dan janganlah seseorang mengimami orang lain di dalam kekuasaannya. Dan
janganlah ia duduk di tempat kehormatannya yang berada di dalam
rumahnya kecuali dengan idzinnya". [HR. Muslim juz 1, hal. 465]
عَنْ اِسْمَاعِيْلَ بْنِ رَجَاءٍ
قَالَ: سَمِعْتُ اَوْسَ بْنَ ضَمْعَجٍ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ اَبَا مَسْعُوْدٍ
يَقُوْلُ: قَالَ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص: يَؤُمُّ اْلقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ
لِكِتَابِ اللهِ وَ أَقْدَمُهُمْ قِرَاءَةً. فَاِنْ كَانَتْ قِرَاءَتُهُمْ
سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً. فَاِنْ كَانُوْا فِى
اْلهِجْرَةِ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ اَكْبَرُهُمْ سِنًّا. وَلاَ
تَؤُمَّنَّ الرَّجُلَ فِى اَهْلِهِ وَ لاَ فِى سُلْطَانِهِ. وَلاَ تَجْلِسْ
عَلَى تَكْرِمَتِهِ فِى بَيْتِهِ اِلاَّ اَنْ يَأْذَنَ لَكَ اَوْ
بِإِذْنِهِ. مسلم
Dari Ismai'il bin Raja', ia berkata : Saya
pernah mendengar Aus bin Dlam'aj berkata : Saya pernah mendengar Abu
Mas'ud berkata : Rasulullah SAW bersabda kepada kami, "Orang yang mengimami suatu kaum hendaklah orang yang paling pandai diantara mereka tentang kitab Allah dan lebih baik diantara mereka bacaannya. Jika bacaan (kefahaman) mereka itu sama, maka hendaklah mengimami mereka orang yang lebih dahulu diantara mereka berhijrah. Jika mereka itu sama didalam hijrahnya, maka hendaklah mengimami mereka orang yang paling tua umurnya
diantara mereka. Dan janganlah kamu mengimami orang lain di dalam
keluarganya, dan jangan pula di dalam kekuasaannya. Dan janganlah kamu
duduk ditempat kehormatannya di dalam rumahnya, kecuali orang tersebut
mengidzinkan untukmu atau dengan idzinnya". [HR. Muslim juz 1, hal. 465]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يَقُوْلُ: ثَلاَ ثَةٌ لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُمْ
صَلاَةً: مَنْ تَقَدَّمَ قَوْمًا وَ هُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ. وَ رَجُلٌ
أَتَى الصَّلاَةَ دِبَارًا، وَ الدّبَارُ اَنْ يَأْتِيَهَا بَعْدَ اَنْ
تَفُوْتَهُ، وَرَجُلٌ اعْتَبَدَ مُحَرَّرَهُ. ابو داود
Dari Abdullah bin 'Amr ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, "Ada tiga golongan yang Allah tidak mau menerima shalat
mereka, yaitu : Orang yang mengimami suatu kaum sedang mereka (orang
yang diimami tersebut) benci kepadanya, dan seseorang melaksanakan
shalat yang sudah bukan waktunya, yaitu dia melaksanakan shalat setelah
waktu shalat tersebut hilang, dan orang yang menjadikan orang merdeka
sebagai budak". [HR. Abu Dawud Juz I, hal 162]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُوْلِ
اللهِ ص قَالَ: ثَلاَثَةٌ لاَ تَرْتَفِعُ صَلاَتُهُمْ فَوْقَ رُءُوْسِهِمْ
شِبْرًا: رَجُلٌ اَمَّ قَوْمًا وَ هُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ، وَ امْرَأَةٌ
بَاتَتْ وَ زَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَ اَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ. ابن
ماجه
Dari Ibnu Abbas dari Rasulullah SAW,
beliau bersabda, "Ada tiga golongan yang tidak terangkat shalat mereka
di atas kepala mereka meskipun satu jengkal (yakni tidak diterima shalat
mereka), yaitu : Seseorang yang mengimami suatu kaum sedang mereka
(yang diimami itu) benci kepadanya, dan seorang isteri yang bermalam
sedang suaminya marah kepadanya, dan dua orang yang saling memutus
persaudaraan". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 311, sanadnya shahih]
قَالَ مَالِكٌ بْنُ حُوَيْرِثٍ،
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ زَارَ قَوْمًا فَلاَ
يَؤُمَّهُمْ، وَ لْيَؤُمَّهُمْ رَجُلٌ مِنْهُمْ. ابو داود
Berkata Malik bin Huwairits : Saya pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mengunjungi suatu
kaum, maka janganlah mengimami mereka, dan hendaklah mengimami mereka
salah seorang dari kaum itu". [HR. Abu Dawud 1 : 163]
Keterangan :
- Dari hadits-hadits tersebut dapat diambil pengertian bahwa tuan rumah atau orang yang berkuasa di daerah itu lebih berhak menjadi imam, kecuali bila mereka mempersilahkan orang lain untuk mengimaminya.
عَنْ اَبِى عَلِيّ اْلمِصْرِيّ قَالَ:
سَافَرْنَا مَعَ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ اْلجُهَنِيّ فَحَضَرَتْنَا
الصَّلاَةُ فَاَرَدْنَا اَنْ يَتَقَدَّمَنَا، قَالَ، قُلْنَا: اَنْتَ مِنْ
اَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ لاَ تَتَقَدَّمُنَا. قَالَ: اِنّى سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ اَمَّ قَوْمًا فَاِنْ اَتَمَّ فَلَهُ
التَّمَامُ وَ لَهُمُ التَّمَامُ، وَ اِنْ لَمْ يُتِمَّ فَلَهُمُ
التَّمَامُ وَ عَلَيْهِ اْلاِثْمُ. احمد
Dari Abu 'Ali Al-Mishriy, ia berkata :
Kami pernah bepergian bersama 'Uqbah bin 'Amir Al-Juhaniy, kemudian
datang waktu shalat, lalu kami menghendaki salah seorang dari kami untuk
maju menjadi imam. (Abu ‘Ali) berkata : Lalu kami berkata, “Kamu saja
(ya ‘Uqbah bin ‘Amir), yang termasuk shahabat Rasulullah SAW, kenapa
tidak mau maju (untuk mengimami kami) ?”. ‘Uqbah bin ‘Amir berkata :
Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa
mengimami suatu kaum, jika ia menyempurnakan shalat itu (shalat dengan
baik), maka kesempurnaan itu (pahalanya) bagi imam dan bagi mereka (para
makmum). Dan jika imam itu tidak menyempurnakan (shalatnya tidak baik),
maka bagi mereka (para makmum) mendapat (pahala) shalat dengan
sempurna, sedang imam tersebut mendapatkan dosa". [HR. Ahmad juz 4, hal.
154]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ اَمَّ قَوْمًا فَلْيَتَّقِ اللهَ، وَ
لْيَعْلَمْ اَنَّهُ ضَامِنٌ مَسْؤُوْلٌ لِمَا ضَمِنَ، وَ اِنْ اَحْسَنَ
كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلُ اَجْرِ مَنْ صَلَّى خَلْفَهُ مِنْ غَيْرِ
اَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَ مَا كَانَ مِنْ نَقْصٍ
فَهُوَ عَلَيْهِ. الطبرانى فى الاوسط
Dari Abdullah bin 'Umar, ia berkata :
Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barangisapa mengimami
suatu kaum, maka hendaklah takut kepada Allah dan hendaklah mengetahui
bahwa dia sebagai orang yang bertanggungjawab dan akan ditanya tentang
apa yang menjadi tanggungjawabnya. Jika dia memperbagus (didalam
shalatnya), maka dia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang
shalat dibelakangnya tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan
apa-apa yang berupa kekurangan (shalatnya tidak baik) maka yang demikian
itu menjadi tanggungjawabnya". [HR. Thabrani dalam Al-Ausath, dlaif,
karena di dalam sanadnya ada Mu’arik bin ‘Ibad]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ ص قَالَ: يُصَلُّوْنَ لَكُمْ، فَاِنْ اَصَابُوْا فَلَكُمْ وَ لَهُمْ،
وَ اِنْ اَخْطَئُوْا فَلَكُمْ وَ عَلَيْهِمْ. البخارى
Dari Abu Hurairah, ia berkata :
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "(Imam-imam itu) shalat untuk kamu
sekalian. Jika mereka itu benar (di dalam shalatnya), maka (pahalanya)
untuk kalian dan untuk mereka. Dan jika mereka itu berbuat salah
(didalam shalatnya), maka kalian mendapatkan pahala shalat itu dan
mereka mendapatkan dosanya". [HR. Bukhari juz 1, hal. 170]
______________________________________________________________________
Sumber : http://salampathokan.blogspot.com/2013/01/syarat-menjadi-imam-dalam-shalat.html
0 comments:
Post a Comment