Showing posts with label Info Religi. Show all posts
Showing posts with label Info Religi. Show all posts

Monday, April 13, 2015

Tanda hitam di dahi bekas sujud

1 comments
Image result for bekas sujud di dahi
Sujud

Pertanyaan: bagaimana sebenarnya sebenarnya maksud dari hadist nabi tentang masalah nabi benci kepada tanda hitam yg ada di dahi, krna ada tgk2 yg memper-eleh msalah hitam di dahi,
dia mencontohkan abu kuta krueng dan abu tumin saja tidak hitam di dahi, bagaimna itu tgk??
Jawab :
Adanya pemahaman bahwa tanda hitam di dahi merupakan karunia Allah kepada orang-orang yang banyak sujud adalah berangkat dari pemahaman sebagian umat Islam terhadap firman Allah yang berbunyi :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (Q.S. al-Fath : 29)

Sebagaimana kita perhatikan ayat di atas, sebenarnya tidak ada penegasan bahwa yang dimaksud dengan bekas sujud tersebut adalah munculnya warna hitam di dahi, tetapi yang ada hanya perkataan “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud”. Jadi bekas sujud tersebut ada pada wajahnya, tidak khusus pada dahi, tetapi bisa pada dahi dan juga bisa pada bagian wajah lainnya, bahkan juga bisa pada keseluruhan wajah. Untuk mencari penafsiran yang benar firman Allah ini, mari kita merujuk kepada penafsiran kitab-kitab tafsir yang mu’tabar yang sering menjadi rujukan ulama kita dalam menafsirkan al-Qur’an, yakni antara lain :
1.      Tafsir al-Khazin karya ‘Alauddin al-Khazin, menjelaskan :
Terjadi perbedaan pendapat ulama mengenai makna “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” kepada dua pendapat. Pendapat pertama tanda itu muncul pada hari qiyamat nanti. Berdasarkan pendapat ini, dikatakan tanda itu berupa cahaya putih yang muncul pada wajah mereka yang dengan sebabnya mereka dikenali nanti di hari akhirat sebagai orang yang gemar sujud di dunia. Ini salah satu riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas. Pendapat lain berdasarkan pendapat pertama ini adalah bagian wajah mereka yang kena sujud bagaikan bulan purnama. Pendapat lain mengatakan mereka akan dibangkit pada hari akhirat nanti dalam keadaan putih yang indah sehingga mereka dikenali dengannya.
Pendapat kedua mengatakan tanda itu muncul di dunia. Wajah mereka bersinar pada waktu siang karena banyak shalat pada waktu malam. Pendapat lain berdasarkan pendapat kedua ini mempunyai perilaku yang yang baik, khusyu’ dan tawadhu’. Pendapat lainnya bersih wajah karena berjaga malam. Hal itu dapat dikenali pada dua orang dimana salah satunya berjaga malam untuk shalat dan ibadah, sedangkan satunya lagi berjaga malam untuk main-main Maka begitu pagi tiba, nyatalah beda antara keduanya, pada wajah orang shalat muncul cahaya dan sinar, sedangkan pada wajah yang gemar main-main muncul kegelapan. Pendapat lain lagi berdasarkan pendapat kedua ini munculnya bekasan tanah pada dahi mereka karena mereka sujud atas tanah, bukan atas kain.[1]

2.      Tafsir Ibnu Katsir mengatakan :
Dalam menafsirkan tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka” Ibnu Abbas mengatakan perilaku yang baik. Mujahid dan lainnya mengatakan khusyu’ dan tawadhu’. Al-Suddi mengatakan shalat memperbaguskan wajah. Sebagian salaf mengatakan orang yang banyak shalat pada waktu malam akan memperbagus wajahnya pada waktu siang. [2]

3.      Tafsir al-Thabari ;
Dalam tafsirnya, Al-Thabari setelah menyebut pendapat-pendapat mengenai penafsiran “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka” sebagaimana yang telah dikemukakan al-Khazin dan Ibnu Katsir di atas,  beliau mengatakan :
“Pendapat yang lebih tepat adalah sesungguhnya Allah Ta’ala memberitahukan bahwa mereka adalah kaum yang disifati dengan suatu sifat dari bekas sujud dan sifat itu tidak terkhusus pada suatu waktu, maka itu ada pada setiap waktu. Karena itu, tanda mereka yang dapat dikenali mereka dengan sebabnya adalah bekas Islam, yakni berupa khusyu’, hidayah, zuhud, perilaku yang baik, bekas menunai ibadah fardhu dan sunnatnya. Sedangkan di akhirat tanda-tanda mereka sebagaimana khabar tentangnya adalah putih pada wajahnya, putih pada tangan dan kakinya karena bekas wudhu’ dan putih wajah karena bekas sujud.[3]
4.      Tafsir al-Qurthubi :
Dalam Tafsir al-Qurthubi selain dari pendapat-pendapat di atas disebutkan juga  Malik menyatakan tanda mereka pada wajah mereka berupa bekas sujud, yaitu tanah yang bersangkut pada dahi mereka pada ketika sujud. Pendapat ini juga merupakan pendapat Sa’id bin Jubair. Ibnu Juraij mengatakan berwibawa dan bercahaya. Syimr bin Athiah mengatakan pucat wajah karena mendirikan malam. Hasan mengatakan apabila kamu melihat mereka, kamu sangka mereka sakit, padahal mereka tidak sakit. Zhahak mengatakan tidak ada bekas apapun pada wajah mereka, tetapi itu pucat.[4]
5.      Tafsir al-Jalalain dan Hasyiah nya, al-Shawi.
Dalam Tafsir al-Jalalain disebutkan cahaya putih yang dapat dikenali mereka dengan sebabnya di hari akhirat kelak. Dalam al-Shawi ‘ala al-Jalalain dikatakan terjadi perbedaan pendapat mengenai makna tanda tersebut. Sebagian ulama mengatakan bagian wajah yang kena sujud itu dilihat pada hari kiamat laksana bulan purnama. Pendapat lain mengatakan pucat wajah karena berjaga malam. Sebagian lain berpendapat khusyu’ yang muncul pada anggota tubuh sehingga seperti dilihat mereka dalam keadaan sakit, padahal mereka tidak sakit. Selanjutnya al-Shawi menegaskan tidak termasuk dari maksud tanda dari bekas sujud itu apa yang dilakukan oleh sebagian orang bodoh yang sengaja memperlihatkan tanda bekas sujud pada dahinya, maka itu adalah perbuatan kaum Khawarij. Kemudian al-Shawi mengutip hadits Nabi yang berbunyi :
اني لابغض الرجل واكره اذا رايت بين عينيه اثر السجود
Artinya : Sesungguhnya aku sangat membenci seseorang apabila aku melihat di antara dua matanya bekas sujud.[5]
Hadits yang dikemukakan oleh al-Shawi di atas merupakan inti dari hadits dari Syarik bin Syihab, beliau berkata :
 كُنْتُ أَتَمَنَّى أَنْ أَلْقَى رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يُحَدِّثُنِي عَنِ الْخَوَارِجِ، فَلَقِيتُ أَبَا بَرْزَةَ فِي يَوْمِ عَرَفَةَ فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَقُلْتُ:يَا أَبَا بَرْزَةَ، حَدِّثْنَا بِشَيْءٍ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَقُولُهُ فِي الْخَوَارِجِ. قَالَ: أُحَدِّثُكَ بِمَا سَمِعَتْ أُذُنَايَ وَرَأَتْ عَيْنَايَ: أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - بِدَنَانِيرَ يُقَسِّمُهَا، وَعِنْدَهُ رَجُلٌ أَسْوَدُ، مَطْمُومُ الشَّعْرِ، عَلَيْهِ ثَوْبَانِ أَبْيَضَانِ، بَيْنَ عَيْنَيْهِ أَثَرُ السُّجُودِ، فَتَعَرَّضَ لِرَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَأَتَاهُ مِنْ قِبَلِ وَجْهِهِ فَلَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا، فَأَتَاهُ مِنْ قِبَلِ يَمِينِهِ فَلَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا، ثُمَّ أَتَاهُ مِنْ خَلْفِهِ فَلَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا، فَقَالَ: وَاللَّهِ يَا مُحَمَّدُ مَا عَدَلْتَ فِي الْقِسْمَةِ مُنْذُ الْيَوْمِ. فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - غَضَبًا شَدِيدًا ثُمَّ قَالَ: " وَاللَّهِ لَا تَجِدُونَ بَعْدِي أَحَدًا أَعْدَلَ عَلَيْكُمْ مِنِّي " قَالَهَا ثَلَاثًا.ثُمَّ قَالَ: " يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ - كَانَ هَذَا مِنْهُمْ - هَدْيُهُمْ هَكَذَا، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ، كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، لَا يَرْجِعُونَ إِلَيْهِ ". وَوَضَعَ يَدَهُ عَلَى صَدْرِهِ " سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ، لَا يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ حَتَّى يَخْرُجَ آخِرُهُمْ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ " قَالَهَا ثَلَاثًا " شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ " قَالَهَا ثَلَاثًا».
Artinya : Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang shahabat Rasulullah SAW yang bisa menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat pada hari ‘Arafah. Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang engkau dengar dari Rasulullah SAW tentang Khawarij !”. Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kamu suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah SAW lalu beliau membaginya. Ada seorang yang berkulit hitam dan plontos kepalanya dan ada bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Rasulullah SAW dari arah depan, tetapi Rasulullah SAW tidak memberinya sesuatupun, kemudian dia mendatanginya dari arah kanan, tetapi Rasulullah SAW juga tidak memberikannya sesuatupun, lalu dia mendatanginya dari arah belakang, namun Rasulullah SAW pun tidak memberikannya. Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”. Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku”. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda, “Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al-Qur’an namun al-Qur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Rasulullah SAW meletak tangan beliau di dadanya, kemudian mengatakan, ciri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul sehingga muncul yang terakhir dari mereka. Apabila kalian melihatnya, maka bunuhlah mereka. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Mereka adalah seburuk-buruk kejadian dan makhluq. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. (H.R. Ahmad dan al-Azraq bin Qais, telah dinyatakan tsiqqah oleh Ibnu Hibban, sedangkan rijal lainnya adalah shahih)[6]
Kesimpulan
1.      Tidak ditemukan penafsiran ulama tafsir sebagaimana terlihat dalam kutipan di atas yang menafsirkan bahwa tanda sujud yang dimaksud dalam firman Allah Q.S. al-Fath : 29 di atas bermakna tanda hitam di dahi sebagaimana anggapan sebagian umat Islam dewasa ini. Bahkan ada hadits yang mencela orang-orang yang mempunyai tanda hitam tersebut.
2.      Menurut hemat kami celaan Rasulullah SAW sebagaimana tersebut dalam hadits di atas berlaku bagi orang-orang yang sengaja membuat tanda tersebut (boleh jadi  sengaja menekan dengan keras ketika sujud) untuk memperlihat kepada orang lain (riya) bahwa dia adalah orang yang gemar sujud kepada Allah. Ini merupakan ciri khas orang Khawarij sebagaimana penjelasan hadits di atas dan juga sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Shawi di atas.
3.      Orang yang tidak ada tanda hitam pada sujudnya tidak berarti dia bukan orang yang gemar sujud, karena kalau sujud dengan tekanan yang pelan atau sujud atas lapik seperti kain, sajadah dan lainnya, maka Insya Allah dahinya tidak berbekas.
4.      Boleh jadi seseorang karena gemar sujud, maka dahinya berbekas tanda hitam.  Mudah-mudahan bagi orang ini, Allah menggantikan dahinya tersebut dengan dahi yang bercahaya di hari akhirat kelak seandainya tanda hitam itu bukan karena dibuat-buat.



[1] ‘Alauddin al-Khazin, Tafsir al-Khazin, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. IV, Hal. 172
[2] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut Juz. VII, Hal. 337
[3] Al-Thabari, Tafsir al-Thabari, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 265
[4] Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Maktabah Syamilah, Juz. XVI, Hal. 293
[5] Al-Shawi, Hasyiah al-Shawi ‘ala al-Jalalain, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia, Juz. IV, Hal. 106
[6] Al-Haitsami, Majma’ al-Zawaid, Maktabah Syamilah, Juz. VI, Hal. 229, No. Hadits 10408
disalin sesuai dengan aslinya dari http://kitab-kuneng.blogspot.com
read more

Sunday, April 12, 2015

Bagimana Hukum air percikan basuh najis berat (anjing dan babi)

0 comments

Pertanyaan : bagaimana hukum percikan air pertama setelah basuhan tanah pada menyucikan benda terkena anjing ?

Jawab :
Dalam kitab Syarh al-Mahalli ‘ala al-Minhaj disebutkan :
(وَالْأَظْهَرُ طَهَارَةُ غُسَالَةٍ تَنْفَصِلُ بِلَا تَغَيُّرٍ وَقَدْ طَهُرَ الْمَحَلُّ) لِأَنَّ الْمُنْفَصِلَ بَعْضُ مَا كَانَ مُتَّصِلًا بِهِ وَقَدْ فُرِضَ طُهْرُهُ
“Menurut pendapat yang lebih zhahir, suci air pembasuh najis yang sudah terpisah apabila tidak berubah dan sudah suci mahal (benda yang dibasuh), karena air yang sudah terpisah tersebut merupakan sebagian dari air yang masih bersambung dengan mahal. Sedangkan mahal itu memang sudah suci.”

Selanjutnya al-Mahalli menjelaskan dua pendapat lain yang berbeda dengan pendapat di atas, yakni pendapat yang mengatakan najis air pembasuh najis. Pendapat lain lagi yaitu qaul qadim yang mengatakan suci menyucikan.[1]
Berdasarkan pendapat yang dianggap lebih rajih oleh al-Nawawi di atas (pendapat yang lebih zhahir di atas), maka hukum air yang sudah dipakai untuk membasuh najis tergantung kepada kesucian benda yang sudah dibasuh dengan air itu sendiri. Karenanya, apabila benda yang sudah dibasuh dengan air tersebut sudah dihukum suci, maka air yang sudah digunakan untuk membasuhnya, hukumnya juga suci. Hal ini juga berlaku bagi air yang sudah digunakan untuk membasuh najis berat seperti anjing dan babi. Dengan demikian, air basuh najis berat seperti anjing dan babi yang pertama sampai dengan ke- enam, hukumnya adalah najis karena membasuh pertama sampai dengan ke-enam belum menyucikan najis. Sedangkan air basuh yang ketujuh adalah suci karena mahalnya sudah suci. Kesimpulan ini sesuai dengan pensyarahan dari ‘Amirah terhadap penjelasan al-Mahalli di atas, yakni sebagai berikut :
قَوْلُ الشَّارِحِ (وَفِي الْقَدِيمِ أَنَّهَا مَطْهَرَةٌ) يُعَبَّرُ عَنْ هَذَا بِأَنَّ لِلْغُسَالَةِ حُكْمَ نَفْسِهَا قَبْلَ الْوُرُودِ، وَعَنْ الثَّانِي بِأَنَّ لَهَا حُكْمَ الْمَحَلِّ قَبْلَ الْوُرُودِ وَعَنْ الْأَوَّلِ بِأَنَّ لَهَا حُكْمَ الْمَحَلِّ بَعْدَ الْوُرُودِ، وَعَلَى هَذِهِ الْأَقْوَالِ يَنْبَنِي حُكْمُ الْمُتَطَايِرِ مِنْ غَسَلَاتِ الْكَلْبِ، فَلَوْ تَطَايَرَ مِنْ الْأُولَى فَعَلَى الْأَظْهَرِ يُغْسَلُ سِتًّا، وَعَلَى الثَّانِي سَبْعًا، وَعَلَى الْقَدِيمِ لَا شَيْءَ.
“Perkataan pensyarah “Menurut pendapat qadim, air basuhan najis adalah suci menyucikan”, di’ibarat dari ini (qaul qadim) dengan “Bagi air basuhan najis adalah hukum dirinya sendiri sebelum datang kepada mahal”. Di’ibarat dari qaul kedua (qaul najis) dengan “Bagi air basuhan najis adalah hukum mahal sebelum datang air” dan  ‘ibarat dari qaul pertama (qaul azhhar/rajih di atas) dengan “Bagi air basuhan najis adalah hukum mahal sesudah datang air kepada mahal.” Berdasarkan pendapat-pendapat ini, maka dibangun pendapat-pendapat mengenai hukum percikan-percikan dari bekas basuhan anjing. Maka seandainya percikan air itu dari membasuh pertama kalinya, maka berdasarkan pendapat azhhar, hendaknya dibasuh enam kali,  berdasarkan pendapat kedua, maka dibasuh tujuh kali dan berdasarkan pendapat qadim tidak perlu dibasuh sama sekali.”[2]
Kesimpulan
1.      Berdasarkan pendapat yang kuat dalam mazhab Syafi’i, air percikan dari basuhan najis anjing adalah najis apabila percikan itu datang dari membasuh pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima dan ke-enam. Najisnya ini karena mahalnya belum suci.
2.      Air basuhan najis anjing ketujuh adalah suci
3.      Air percikan dari basuhan najis anjing yang pertama wajib dibasuh enam kali, dan yang kedua wajib dibasuh lima kali, yang ketiga wajib dibasuh empat kali, yang keempat wajib dibasuh tiga kali, yang kelima wajib dibasuh dua kali dan yang ke-enam wajib dibasuh satu kali.



[1] Jalaluddin al-Mahalli, Syarh al-Mahalli ‘ala al-Minhaj, (dicetak pada hamisy Qalyubi wa ‘Amirah) Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia, Juz. I, Hal. 75
[2] ‘Amirah, Hasyiah Qalyubi wa ‘Amirah ‘ala Syarh al-Mahalli,  Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia, Juz. I, Hal. 75
sumber:http://kitab-kuneng.blogspot.com/2015/04/hukum-air-percikan-basuh-najis-berat.html
read more

Wednesday, June 12, 2013

Rahasia Semua Hari

1 comments

RAHASIA HARI-HARI
Guru Madrasah. kali ini akan membahas tentang Rahasia Hari yang mana semua Hari memang ada Rahasia yang Tersembunyi. Tiap hari dan waktu punya Tajaali kemuliaan yang berbeda.jangan kau anggap bahwa semua hari itu adalah sama.

 RAHASIA HARI SENIN
Wahyu yang pertamakali turun mengenai keesaan Allah SWT, turun pada hari Senin - Rasullulah SAW Wafat pada hari ini, tepatnya 13 Rabiul Awal - Pada hari Senin juga, Allah SWT menciptakan gunung. Sedangkan pada pagi hari ini: adalah waktu yang baik untuk melakukan perjalanan jauh. Mengapa hari yang baik untuk sebuah perjalanan jauh?
Karena Nabi Musa AS, pernah mengadakan perjalanan jauh hingga 7 kali dan semuanya terjadi pada hari ini. Dan beliau selalu mendapat pertolongan Allah SWT.
1. Safarul Ghazab/ ketika Musa dibuang oleh Ibundanya, untuk menyelamatkannya dari angkara Firaun yang membunuh setiap bayi laki-laki
2. Safarul Harab/ ketika Nabi Musa dari Mesir melakukan perjalanan jauh ke negeri Madyan
3. Safarul Thalab/ Saat Musa hendak pulang dari Madyan dan membutuhkan api, kemudian ia melihat sumber api, lalu ia terus berjalan menuju ke arah tersebut sampai dapat
4. Safarul Sabab/ ketika Nabi Musa menuju Sungai Nil: untuk menyelamatkan diri dari kezaliman Firaun, karena dicari-cari tentara Firaun
5. Safarul ‘Ujub/ Musa bersama lebih-kurang 70 pengikutnya (12 kaum), masuk ke hutan belantara selama 40 tahun. Kuasa Allah SWT, mereka makan dari makanan syurga ‘Manna dan Salwa’. Sementara air jernih terus terpancar dari batu-batu didekat mereka
6. Safarul Adab/ Nabi Musa AS mulai mencari Nabi Khaidir AS yang berada di tepi Sungai Nil
7. Safarut Tharbi/ Musa menuju bukit Thursina untuk bermunajat kepada Allah SWT
Dihari ini juga, amal manusia dibentangkan atau diserahkan oleh Malaikat. Dasar itulah, Rasullullah SAW menyarankan puasa Senin – Kamis, ia ingin agar ummatnya dalam keadaan puasa saat amalnya diperiksa. Pada hari ini pula, Allah menciptakan pohon dan buah-buahan [Wallahualam bissawab. Hanya Allah SWT yang mengetahui segala rahasia]



 RAHASIA HARI SELASA
Allah menciptakan bintang-bintang pada hari ini. Hari ini adalah hari berdarah. Anas bin Malik RA meriwayatkan sebab hari ini adalah hari berdarah. “Karena pada hari ini Siti Hawa haid dan putera Nabi Adam membunuh saudaranya sendiri,” kata Nabi Muhammad. Hari ini bagus untuk ‘berbekam/ mengeluarkan darah kotor’ (teknik pengobatan yang sering dianjurkan islam).
Kejadian besar yang jatuh pada Hari Selasa:
1. Raja Durdiyanah [penyembah berhala] dibunuh Jurjais bin Falthin
2. Wafatnya Nabi Yahya AS
3. Wafatnya Nabi Zakaria AS
4. Meninggalnya tukang sihir Firaun
5. Meninggalnya isteri Firaun, Asiah
6. Sapi Bani Israil disembelih
7. Meninggalnya Habil, putera Nabi Adam AS





RAHASIA HARI RABU
Rabu adalah hari yang baik untuk memulai berobat/ meminum obat. Hari inilah air diciptakan. Laut dan Sungai yang masih ada hingga sekarang. Tapi, dalam sejarah Islam, hari ini adalah hari na’as.
Dari riwayat Anas bin Malik, Rasulullah SAW berkata: “Hari Rabu adalah hari yang selalu na’as. Allah SWT menenggelamkan Fira’un dan hampir seluruh bala tentaranya: Allah pula membinasakan Kaum ‘Ad dan Kaum Thamud [kaumnya Nabi Shalih AS] pada hari Rabu.
Beberapa kisah Allah SWT melaknat orang/ kaum yang mengingkarinya pada Hari Rabu:
1. ‘Auj bin ‘Unuq yang bermaksud menghancurkan Nabi Musa dan kaumnya di hutan belantara. Tapi malah dia yang tewas oleh burung Hud Hud, yang membunuhnya dengan batu intan yang menembus tengkuk ‘Auj bin ‘Unuq
2. Qarun – seorang kaya raya yang hidup di zaman Nabi Musa – yang menentang kekuasaan Allah: dibenamkan Allah SWT bersama harta bendanya kedalam perut bumi hingga tewas. [Makanya banyak orang muslim mengenal sebutan harta karun: sebutan untuk harta yang terpendam dalam tanah]
3. Firaun dan tentaranya tenggelam di Laut Nil
4. Namrud dan tentaranya dibunuh oleh gerombolan nyamuk.Allah berfirman: “Hari ini kujadikan daging-daging tentara Namrud sebagai rezekimu, maka berpencarlah kamu mencari rezeki!”
5. Kehancuran Kaum Saleh melalui Malaikat Jibril yang menggoncangkan bangunan atau tugu-tugu yang tinggi
6. Syaddad bin ‘Ad dihancurkan dengan teriakan Jibril karena kesombongannya dan kaumnya ingin membangun ‘seperti syurga’ di dunia
7. Kaum Hud dihancurkan dengan angin taufan
Hanya Allah SWT yang mengetahui segalanya…



RAHASIA HARI KAMIS
“Jika hendak meminta bantuan kepada sesame manusia, mintalah pada hari Kamis. Karena hari ini adalah hari memetik hasil.”
Allah SWT menciptakan syurga dan neraka dihari Kamis. Masih dari riwayat Anas bin Malik RA, Rasulullah berkata: “hari Kamis adalah hari tercapainya hajat.” Pada hari ini – Nabi Ibrahim menghadap Raja Mesir dan hajatnya dikabulkan. Nabi Ibrahim mendapat Siti Hajar juga pada hari ini.
1. Nabi Muhammad SAW memasuki Makkah Al Mukarrommah pada hari ini, beliau mendapat kemenangan
2. Nabi Yak’ub masuk negeri Mesir, beliau mendapat keamanan
3. Bunyamin bertemu saudara tercintanya, Nabi Yusuf setelah sangat lama terpisah
Dihari ini juga, amal manusia dibentangkan atau diserahkan oleh Malaikat. Dasar itulah, Rasullullah SAW menyarankan puasa Senin – Kamis, beliau ingin agar ummatnya dalam keadaan puasa saat amalnya diperiksa.


RAHASIA HARI JUM'AT
Dulu, sebelum kedatangan nabi Muhammad SAW: nama Jumat dikenal dengan hari Arubah. Hari ini adalah penghulu dari segala hari bagi ummat muslim. Hari yang agung, hari penuh keampunan dan berkah. Hari untuk kemuliaan Muhammad SAW dan ummatnya - Selain itu, hari jumat adalah hari pertemuan atau pernikahan - Nabi Adam dan Siti Hawa juga diciptakan pada hari yang luarbiasa ini – dan dalam riwayat Ibnu Jarir, Rasulullah pernah mengatakan bumi ini betul-betul telah sempurna diciptakan oleh Allah SWT pada petang Jumat.
1. Pernikahan Nabi Adam dan Siti Hawa
2. Nabi Yusuf dan Zulaikha
3. Nabi Musa dengan Shafrawa
4. Sulaiman AS dan Balqis
5. Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah
6. Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah
Menurut Syeikh al-Qutubul Ghaus Syaidil Habib Abdullah bin Alawi al-Haddadi: Qiamat juga akan terjadi di hari Jumat. Ahli syurga [nantinya] akan menziarahi atau bertemu dengan Allah Ta’ala di hari ini juga. Menurut Abu Laits Assamarqandi, Nabi Adam AS juga meninggal pada hari Jumat. Hanya Allah yang mengetahui segala rahasia…



RAHASIA HARI SABTU
Hari Sabtu adalah hari yang baik untuk berburu. Dalam sejarah islam, hari ini penuh dengan tipu-daya:
1. Kaum Nuh menipudaya Nabi Nuh AS
2. Begitu juga Kaum Saleh, menipu Nabi Saleh AS
3. Begitu pula yang di alami Musa
4. Isa juga menerima perlakuan yang sama
5. Kaum Quraisy mencoba melakukan tipudaya kepada Muhammad SAW pada hari ini
6. Saudara-saudara Nabi Yusuf menipu Yusuf AS
Sebelum Islam masuk, hari Sabtu adalah hari yang mulia bagi ummat-ummat sebelumnya.


RAHASIA HARI AHAD {  MINGGU }
Dalam kajian buku yang sekarang saya rangkum ini, Hari Ahad adalah hari pertama dalam hitungan muslim. Pada hari ini langit dan bumi diciptakan. Hari ini adalah hari permulaan penciptaan bumi
1. Penciptaan jalur/ tempat jalan bintang-bintang
2. Penciptaan bintang-bintang yang bergerak
3. Api neraka diciptakan pada hari Ahad
4. Tujuh lapis bumi
5. Tujuh lautan
6. Penciptaan anggota-anggota tubuh manusia
Hanya Allah yang maha mengetahui segala kebenaran…
Demikianlah RAHASIA HARI-HARI yang dapat saya sampaikan semoga saja bisa bermanfaat bagi kita semua agar kita selalu mencintai RASULLULAH SAW dan selalu mensyukuri atas nikmat yang telah ALLAH SWT berikan kepada kita semua..


Anda sedang membaca artikel tentang Rahasia Semua Hari. Semoga artikel ini bias bermanfaat bagi para blogger. Jangan Lupa meninggalkan komentar. Salam Guru Madrasah

___________________________________________________
sumber : http://hajinorman.blogspot.com/2012/12/rahasia-hari-hari.html
read more

Wednesday, June 5, 2013

"Al-Qur'an" Kitab Sastra yang Mempesona

0 comments



Saya yakin, Alquran akan tetap relevan tanpa batas ruang dan zaman.
Allah tak memberi Muhammad (mujkizat) ”kesaktian” seperti yang Dia berikan pada Musa dan Isa karena umat Muhammad sudah matang dalam berpikir (setidaknya bila dibandingkan dengan umat sebelumnya). Saya tak bisa memungkiri bahwa Jibril membawa turun Alquran setelah firman Allah itu ”diterjemahkan” ke bahasa manusia (Bahasa Arab). Yang perlu digaris bawahi: meskipun Alquran berbahasa Arab, bukan berarti ia produk budaya (muntaj tsaqofi). Lalu, apa tujuannya?
Sebelum Tuhan mengutus Muhammad, bangsa Arab tersekat-sekat. Mereka membangga-banggakan suku, ras, dan nasab. Saling menghina dan tak menutup kemungkinan berakhir di medan perang. Tapi bangsa Arab adalah orang-orang yang cerdas: mereka menghina dengan puisi-puisi indah sebagai medianya, bukan umpatan-umpatan, dengan mata menyala seperti jago merah yang akan memangsa ranting-ranting kering, seperti di pasar-pasar tradisional di negara kita.
Mereka juga cerdik menyusun pujian dan puisi cinta yang memabukkan. Bangsa Arab adalah penyair-penyair yang layak diperhitungkan, tak berlebihan bila saya katakan demikian.
Dan untuk itu, Alquran diturunkan dengan bahasa sastrawi tak tertandingi: ”kitab sastra” mempesona yang membuat pujangga Jahiliyyah terheran-heran, demikian cerita Muhammad Utsman Ali dalam bukunya, Fi Adab-il Islam-i: Ashr an Nubuwwah wa Ar Rasyidin wa Bani Umayyah: wa Dirasah Washfiyyah-Tahliliyyah. Bahkan pada periode awal Islam, Sastra Arab sempat vakum karena mereka terlena dengan gaya bahasa Alquran yang begitu mempesona.
Cerita itu begitu terkenal, setidaknya bagi pegiat Sastra Arab. Tapi, pertanyaan kita, apakah Alquran diturunkan sebagai tandingan karya sastra penyair Jahiliyyah?
Saya berani menegaskan, tidak. Pasca-kenaikan Isa Al Masih, tampaknya orang tak mengamalkan ajarannya lagi. Injil direvisi total, Isa dan ruhul qudus (melalui berbagai tahap Konsili) dituhankan. Umat manusia perlahan menganut paganisme kembali.
Bagi pembaca, yang mungkin kristolog, tentu sudah mafhum hal ini. Setelah Isa diangkat dan para sahabatnya tak lagi ada, penganut Kristen jadi minoritas; mereka harus berjuang menyelamatkan selembar nyawa dari kejaran para paganisme. Merekalah Kristen yang pertama (Yudeo-Christian).
Perusak pertama ajaran Isa adalah Paulus. Al Razi dalam Tafsir Al Razi, menceritakan awal kebohongan Paulus: waktu itu, Paulus sedang memacu kudanya. Sekonyong-konyong, kudanya terjatuh. Dan, ia terlepar jauh. Saat itu, Paulus mendengar pesan Isa agar ia menyebarkan ajaran Kristian. Sebagai orang yang paling berdosa ia meminta ampun dan bertobat sambil meneput-tepuk kepalanya dengan debu. Paulus merasa berdosa karena dia adalah tangan setan yang membantai pengikut-pengikut Isa.
Akhirnya, ia datang ke tempat para murid Isa. Terjadi perdebatan menegangkan: antara menerima dan menolak, tentu. Tapi berkat pengaruh Barnabas, ia diterima. Lalu, ia ditempatkan di pertapaan. Tapi di sana Paulus bukan bertaubat. Sebaliknya, ia menggunakan kesempatan itu untuk menyusun doktrin-doktrinnya.
Diantara peran Paulus: menghilangkan khitan yang merupakan syariat Musa dan Isa, juga merubah agama Kristen jadi agama terbuka, bukan lagi ajaran yang khusus untuk bangsa Yahudi, tulis Almarhum Saih Ali Husaen, dalam bukunya, Al Aqidah: Baina-al Wahy-i wal Falsafat-i wal Ilm-i. Dan masih banyak lagi.
Maka, Allah mengutus Muhammad dan memberinya Alquran untuk menyegarkan kembali (baca: naskh) agama-kitab para pendahulunya yang sudah tinggal nama.
Waktu itu, ketika malaikat Jibril kali pertama membawa wahyu pada petapa buta aksara, orang-orang Yahudi sudah menyebar kemana-mana. Tak terkecuali di semenanjung Arab. Pun, masyarakat Arab di sekitar ka’bah sudah jadi paganisme kembali.
Tak bisa memungkiri bahwa Jibril membawa turun Alquran setelah firman Allah itu ”diterjemahkan” ke bahasa manusia (Bahasa Arab), tapi yang perlu digaris bawahi: meskipun Alquran berbahasa Arab, bukan berarti ia produk budaya (muntaj tsaqofi). Lalu, apa tujuannya?
Agar bisa dipahami dan dibumikan oleh para pembacanya. Dan, dengan gaya bahasa sastrawi yang mempesona,
 
sumber :  http://angkatigabelas.blogspot.com/2012/12/al-quran-kitab-sastra-yang-mempesona.html
read more

| Guru Madrasah Blog © 2013. All Rights Reserved | Template Style by My Blogger Tricks .com | Edited by Abdul Hanan | Back To Top |