PAKEM adalah pendekatan pembelajaran, bukan metode atau strategi pembelajaran. Pendekatan dapat dimaknai sebagai cara pandang terhadap sesuatu, sedangkan metode adalah bagian dari pendekatan.
Metode bisa berupa diskusi kelompok, ceramah, tanya jawab, penugasan,
demonstrasi, eksperimen, karyawisata; dan kegiatannya bisa berupa siswa
melakukan percobaan, wawancara, membuat denah, membaca peta, membaca dan
menulis ragam teks, dan sebagainya. Semua ini dilakukan dengan cara
mengaktifkan anak, mendorong munculnya kreativitas, dilaksanakan dalam
suasana belajar yang menyenangkan, dan diharapkan mencapai hasil belajar
yang efektif.
Menurut teori Konstruktivisme, belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman dan ini hanya bisa dilakukan kalau siswa aktif (mental dan fisik), melibatkan semua indera (Suparno, 1997:49). Belajar tidak hanya proses individual, tetapi juga proses social di mana anak dapat saling berinteraksi sehingga terasah kecerdasan intelektual, emosional, dan sosialnya sekaligus. Pada diri anak juga ditanamkan bahwa belajar bukan hanya di bangku sekolah, tetapi harus menjadi kegiatan sepanjang hayat. Melalui kegiatan interaksi dengan sesama teman, guru, bahan ajar, dan lingkungan, anak dilatih dapat mengembangkan berpikir kritis dan kreatif.
Apakah PAKEM Cocok untuk Siswa SD ?
Menurut Jean Piaget, perkembangan
berpikir manusia dibagi dalam 4 tahap. Tahap I (usia 0-2 tahun) tahap
sensorimotorik, tahap II (usia 2-7 tahun) tahap pra-operasional, tahap
III (usia 7-12 tahun) tahap operasional konkret, dan tahap IV (usia
12-dewasa) operasional formal (Piaget dalam Suparno, 1997: 34).
Berdasarkan tahapan perkembangan berpikir itu, maka siswa SD berada pada
tahap operasional konkret. Artinya kalau guru menjelaskan suatu konsep
baru harus disertai dengan alat peraga yang dapat dilihat, dicium, atau
diraba. Sementara, anak juga punya potensi lahir yang berupa rasa ingin
tahu yang tinggi dan daya imajinasi. Potensi ini akan berkembang jika
dilayani sesuai dengan hakikat anak belajar, yakni bahwa anak suka
meniru apa yang dilakukan orang dewasa, anak belajar sambil bermain dan
berbuat, dan anak belajar menggunakan banyak indera. Dengan demikian,
kegiatan pembelajaran yang cocok adalah dengan menggunakan benda-benda
konkret di mana anak bisa memanipulasi dengan kemampuan berpikir dan
kinetiknya (gerak/berbuat).
Selain itu, menurut hasil riset
Neurologi, perkembangan otak manusia mencapai 80% terjadi pada usia 0
sampai 8 tahun. Setelah itu akan terus berkembang tetapi semakin
lamban (dalam Pedoman Tematik, Puslitjaknov,2007:9). Jadi pada
kelas-kelas awal SD, anak berada pada usia emas (golden age). Oleh
karena itu, guru harus melayani belajar anak sesuai dengan hakikat dan
tahap perkembangannya, sehingga anak dapat mengembangkan keingintahuan
dan potensinya secara maksimal, termasuk bakat dan minatnya. Proses
belajar aktif yang sesuai dengan karakteristik belajar anak, tentu juga
akan mengembangkan kemampuan berbahasa/berkomunikasi sejalan dengan
kemampuan berpikirnya. Belajar melalui kerja kelompok, mengembangkan
kemampuan berinteraksi dengan bertanya, mengemukakan pendapat,
mengekspresikan gagasan, bercerita/ menceritakan pengalaman adalah
sarana mengembangkan kemampuan berbahasa, sekaligus mengembangkan
kemampuan berpikir dan bernalar.
____________________________________________________
sumber : http://ideguru.wordpress.com/2010/04/29/pakem-adalah-pendekatan-pembelajaran/#more-1006
0 comments:
Post a Comment