Silsilah
ini diawali dengan kisah Datu (Raja) Sempopo yang belum mengenal hukum
agama, khususnya dalam hal perkawinan. Karena ketidaktahuannya terhadap
hukum tersebut ia mengawini saudaranya sendiri, neneknya, dan lain-lain.
Sebagai akibat dari perbuatannya itu ia mendapat kutukan Yang Mahakuasa
yakni meluapnya air laut di Pena (daerah yang sekarang menjadi wilayah
kecamatan Praya Timur). Luapan air laut tersebut menenggelamkan daerah
Sempopo beserta beberapa daerah lainnya seperti Pejanggik, bahkan terus
ke barat yakni di Gunung Tela.
Setelah
kejadian tersebut kemudian disusul dengan adanya usaha-usaha dari para
penguasa setempat untuk melepaskan diri dari kerajaan. Hal ini
mengakibatkan adanya daerah-daerah kekuasaan baru dengan rumpun-rumpun
keluarga raja yang baru pula. Sebagai contoh, Raja Kedaro yang dikenal
juga dengan nama Panjisari Kedaro pindah ke Tendaun. Ia mempunyai
seorang putera bernama Tumenggung Re yang kelak berkuasa di Kentawang.
Hal serupa juga dilakukan oleh rumpun-rumpun kedatuan (keluaga raja)
yang lain, seperti Harya Lesong anak Demung Batu Dendeng dengan daerah
kekuasaannya di Lesong.dan Masrum yang pindah ke Padamara, Den Gunaksa
ke Penunjak, Den Jae yang berkuasa di Pujut bersama dengan yang lainnya.
Mereka berada dalam serumpun dialek yaitu dialek Bahasa “ Hiku Hiyak
”.
Silsilah
ini bertutur pula tentang masuknya Bangsa Jawa yang mengalahkan
penduduk pribumi. Beberapa penduduk di antara penduduk pribumi yang
kalah ditawan ke Jawa, yakni di Kerajaan Busingcili. Akan tetapi nakhoda
Lewin dari tanah Pesisir yang beristri seorang Bangsawan Sasak dari
keluarga Batu Dendeng telah berhasil menyelamatkan mereka.
Pada
bagian tutur mengenai Kuripan disebutkan tentang adanya seseorang yang
sakti bernama Ki Rangga yang telah membuat heboh di Kuripan. Ki Rangga
yang sangat sakti ini tidak dapat ditaklukkan meskipun dengan bantuan
Pujangga Pejanggik. Namun pada akhirnya Ki Rangga dapat dikalahkan oleh
seorang pemuda bernama Hama Kuwi. Ki Rangga masih dapat melarikan diri
ke Tabuak. Baru di Tabuak inilah Ki Rangga dapat benar-benar dikalahkan
oleh dua orang jagoan dari Batu Dendeng bernama Neq Dipati dan Arya
Pati. Sekarang di Tabuak terdapat sebuah Bukit bernama Bukit Tirangga
yang kemungkinan besar berasal dari nama Ki Rangga dalam kisah tersebut.
______________________________________________
0 comments:
Post a Comment