Babad
Sakra yang ditulis oleh Raden Barak dari Desa Kuripan ini memulai
tuturnya tentang situasi politik di desa Sakra. Dikisahkan, sebagai
akibat berkuasanya Raden Surya Jaya yang sebenarnya belum dianggap
tepat, banyak memberikan andil atas kekalahan dan kehancuran desa Sakra.
Dalam kemudaannya di bidang usia, ilmu pengetahuan, dan siasat, serta
sikap, Raden Surya Jaya telah menyeret Sakra kepada situasi yang begitu
rumit dan akhirnya berakibat fatal. Ia kurang mempedulikan
nasehat-nasehat para tetua, baik dari pemuka Agama atau para sesepuh
yang telah memiliki banyak pengalaman hidup, ilmu kearifan dan ilmu
siasat yang tinggi. Berulang kali kemenangan hampir diraihnya, akan
tetapi akibat “tingkah kemudaannya” ia telah jatuh kembali dan
mengalami kekalahan.
Pada
bagian tengah dari babad ini bertutur mengenai situasi Kerajaan Mataram
di Karang Asem Sasak, seperti yang terdapat pula pada babad Praya.
Bagian ini bercerita tentang perang saudara antar Kerajaan Mataram
dengan Karang Asem Sasak. Di bagian ini diceritakan pula tentang latar
belakang kehancuran Kerajaan Karang Asem Sasak (Singasari) yang
diperintah oleh seorang raja wanita yang bernama Dewa Cokorda yang
bergelar Dewa Agung. Tingkah laku Dewa Agung yang kurang terpuji karena
paham kebebasan sex (free sex) yang dianutnya. Ia berpaham bahwa siapa
pun bebas melakukan hubungan sex dengan siapa pun. Hal ini telah
menjerumuskan Kerajaan Karang Asem Sasak ini ke jurang kehancurannya.
Bermula dari perbuatan adiknya, Ayu Putri yang menikah dengan putra Raja
Mataram, akan tetapi ia melakukan penyelewengan dengan Gusti Gde. Hal
inilah yang kemudian menjadi puncak kemarahan Mataram karena Dewa Agung
melindungi perbuatan tercela adiknya dan tidak mengizinkan Ida Ratu
Mami Ayu Putri untuk menghukum (membunuh) Gde Dangin. Perang saudara pun
tak dapat dielakkan lagi antara Singasari dengan Mataram. Dalam
peperangan ini ditonjolkan peranan beberapa orang-orang yang dianggap
pahlawan, seperti Gde Bonaha Mumbul, Neneq laki Batu dan Neneq Laki
Galiran (dua bersaudara dari Kuripan), Gusti Gde Wanasari,dan anak Agung
Ketut Karang. Namun Laki Batu kemudian membuat gara-gara sampai
menimbulkan perang dengan Pagutan. Pada saat itu Mataram telah
memperoleh kemenangan. Pagutan yang dahulunya pernah membantu Mataram
dihancur leburkan oleh Mataram hanya karena masalah Wanita (perkawinan
yang gagal).
Melalui
tutur yang berliku-liku dan panjang, akhirnya Babad Sakra sampai pada
kisah pertempuran besar-besaran (pemberontakan) Sasak terhadap kerajaan
Mataram Lombok. Tutur babad Sakra pada bagian yang disebut terakhir ini
terdapat pula pada babad Praya dengan ulasan yang meskipun berbeda
versinya, akan tetapi pokok isinya sama.
_________________________________________________________________________
0 comments:
Post a Comment